Extra Part

582 49 5
                                    

Sudah beberapa hari sejak aku menangis
Kemana kamu akan pergi?
Aku ingin segera mengikutimu
Waktu dimana aku menunggumu telah berakhir
Malam ketika aku mencarimu
Malam ketika aku merindukanmu,
yang tidak bisa tercapai

+++

Seminggu lebih Sooyoung hanya meringkuk di tempat tidurnya. Yang selalu ia lakukan hanya menangis meratapi takdirnya. Selalu ia bertanya dalam hati, "kenapa aku di pertemukan dengan Sungjae oppa kalau akhirnya harus berpisah dengan mengenaskan?"

Hatinya belum ikhlas. Merelakan kekasih pergi ke tempat yang tidak bisa ia gapai benar-benar sangat menyakitkan. Bagaimana kalau nanti ia rindu? Rasanya pasti sangat menyiksa batin.

Seminggu yang lalu, setelah Sungjae menghilang entah kemana, Sungyoung keluar dari balik panggung dan langsung menarik tangan Sooyoung keluar teater. Sooyoung yang saat itu masih terpukul tidak bisa berbuat banyak. Ia benar-benar pasrah di bawa kemanapun oleh Sungyoung.

Ternyata Sungyoung membawanya ke rumah sakit tempat ia pernah di rawat. Sungyoung menarik Sooyoung ke salah satu kamar.

"Kamar siapa ini, unnie?" Tanya Sooyoung bingung.

"Sungjae." Nafas Sooyoung langsung memburu. Mendengarnya saja sudah membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Apa lagi yang akan Sooyoung lihat kalau ia masuk ke dalam? Tubuh hancur Sungjae? Tidak. Sooyoung tidak ingin melihat itu.

"Ayo!" Sungyoung yang mengerti jalan pikiran Sooyoung langsung memaksa gadis itu untuk masuk.

Hal pertama yang Sooyoung lihat adalah tubuh yang terbaring di brankar dengan banyak alat medis yang menempel di tubuhnya. Sooyoung menutup mulutnya sendiri karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sungjaenya yang selalu tampak ceria, selalu menghibur dirinya dengan lelucon konyolnya, harus terbaring tidak berdaya dengan alat medis di sekujur tubuhnya untuk penyokong hidupnya.

Air mata kembali membanjiri pipi Sooyoung, bahkan lebih deras. Ia benar-benar tidak sanggup melihat Sungjae dalam keadaan sekarat seperti itu.

Sooyoung mendekati brankar dengan kaki gemetar.

"Ini bohong kan, unnie? Sungjae oppa hanya bercanda kan? Dia cuma mau ngejailin aku kan? Jawab aku!" Teriak Sooyoung frustasi meminta jawaban.

"Ini nyata, Sooyoung." Tangis Sungyoung pun sudah pecah. Ia tidak bisa menahannya lagi. Selama ini ia sudah berusaha untuk tegar. Namun rasa sakit di hatinya tidak bisa sirna. Ia tetap sedih melihat adiknya sekarat.

"Oppa.." Panggil Sooyoung dengan suara parau khas orang menangis. Tidak ada respon dari Sungjae. Lelaki itu tetap setia memejamkan matanya.

"Ini aku, Sooyoung. Oppa bangunlah." Pinta Sooyoung memelas. Masih tidak ada respon.

Kemudian Sooyoung teringat dengan permintaan terakhir Sungjae. Di rengkuhnya pelan-pelan tubuh lemah Sungjae. Di bawanya tubuh itu ke dalam dekapannya.

"Maaf selama kita berpacaran aku belum pernah memeluk oppa. Aku bahkan ga sadar tidak pernah melakukannya. Maaf." Lirih Sooyoung. Gadis itu menangis sambil terus memeluk Sungjae.

Tangan seseorang menyentuh lembut punggung Sooyoung. Awalnya Sooyoung mengira itu tangan Sungyoung. Namun tangan itu lebih mendekatkan dirinya pada tubuh Sungjae.

"Aku memaafkanmu." Sebuah suara berbisik di telinga Sooyoung. Refleks Sooyoung merenggangkan pelukannya.

"Oppa?" Panggil Sooyoung tidak percaya. Ada binar gembira di mata Sooyoung.

Joy For Me (SungJoy)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang