Chapter 7 : Pillowtalk

36 7 1
                                    

“Ava… Kemarilah..  Aku membutuhkanmu..”

Aku melirik ke belakang dan melihat Felix berbaring memiringkan kepalanya melihatku.

“Kau sudah bangun?” tanyaku
Ia hanya mengangguk. Tangannya melambai memberi kode agar aku menghampirinya.

Aku langsung menutup surat yang ingin kubaca tadi lalu menaruhnya kembali. Aku berjalan perlahan mendekati Felix.

“Hi.” Ucapku canggung.

Felix berbaring dan aku duduk dilantai. Wajah kami sama sama berhadapan satu sama lain.

“Hi.” Balasnya.

Felix tersenyum manis. Aku nyaris tidak melihat matanya saat ia tersenyum.

Aku tertawa melihat tingkah manis Felix.

“Kau terlelap tadi.” Ucapku

Ia mengangguk.

“Sudah menjadi kebiasaanku. Setiap aku menangis tersedu sedu, aku pasti letih dan tertidur.” Tambah Felix.

“Dasar aneh.” Ledekku.

Ia tertawa.

“Maafkan aku..” ucap Felix tiba tiba

“Untuk apa?”

“Aku tidak memberitahumu siapa aku sebenarnya selama ini. Aku terus menerus menutup diriku. Aku sudah sangat mengenalmu tapi kau sama sekali tidak tahu siapa diriku. Aku minta maaf..”

Aku merunduk. Apa yang dikatakan Felix benar. Felix telah mengetahuiku seutuhnya tapi aku tidak tahu apa apa mengenai Felix. Aku merasa sedikit kecewa sebenarnya.

“Tidak apa apa. Aku mengerti. Kau hanya butuh waktu untuk menceritakan ku semuanya, bukan?” jawabku

“Kau benar. Aku memang ingin memberitahumu. Tetapi aku hanya ingin mencari waktu yang tepat.”

“Mengapa kau berpikir seperti itu?”

“Aku tidak siap Ava untuk menceritakan ini kembali. Semua kenangan dan rasa kesal akan menyelubungi hati dan pikiranku. Aku tidak siap. Tapi sekarang, aku tahu ini adalah waktu yang tepat. Bahkan sangat tepat.”

Banyak sekali pertanyaan yang ingin ku lontarkan pada Felix. Bagaimana dengan grup mu sekarang?? Bagaimana nasib mereka? Bagaimana hubunganmu dengan keluarga? Apakah Stray Kids tergantikan oleh band lain? Apa kau masih berkomunikasi dengan member yang lain?
Tapi aku mengurungkan niatku. Aku tidak ingin dengan pertanyaan pertanyaan yang kulontarkan ke Felix membuat Felix menjadi mengingat semua kenangan pahitnya. Aku tidak ingin melihat Felix menangis seperti itu lagi.

Aku mencoba untuk mencari pertanyaan yang sekiranya “aman” untukku tanyakan.


“Kapan terakhir kau komunikasi dengan member Stray Kids lainnya?” tanyaku

“Semalam. Kami masih berhubungan baik. Mereka telah memaafkan ku sejak awal. Aku yang hanya tidak dapat memaafkan diriku sendiri.”

“Aku mengerti. Tapi menyalahkan dirimu sendiri juga tidak dapat merubah apapun.”

Kami mengobrol masih dengan posisi yang sama. Felix berbaring dan aku duduk.

“Kau ingat saat aku mengajakmu menari waktu itu? Kau selalu saja menontonku menari tapi kau tidak pernah ikut menggerakkan tubuhmu. Jadi, aku mengajakmu untuk menari bersamaku tapi kau menolaknya. Waahh kejam sekali! Kau berbohonggg!” aku menganggu Felix.


yours truly-  Lee Felix •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang