Chapter 10 : "Felix, where are we?"

23 4 0
                                    

Aku bergegas mengejar Felix ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Wendy barusan. Kaki ku gesit berlari sekencang mungkin mengejar Felix. Tetapi Felix begitu cepat. Aku tidak dapat mengejarnya.

Aku terus mencari Felix hingga akhirnya aku bertemu dengannya didepan ruangan kepala jurusan.



“Felix!” teriakku.

Felix berhenti didepan ruangan karena teriakkan ku

.
Aku berlari mengejar Felix dengan nafas terengah engah.

“Felix, kau harusnya memberitahuku..” ucapku lirih.

“Kenapa kau masih disini? Ini sudah jam pulang.” Ucap Felix

“Tidak aku tidak ingin pulang! Aku ingin berbicara denganmu.” Aku bersikeras.

Felix celingak celinguk ke kanan dan kiri. Ia bahkan mengintip ke ruang kepala jurusan sebentar.

“Kemarilah.” Felix menarik lenganku dengan gesit dan membawa ku ke dalam pantry penyimpanan alat bersih bersih penjaga sekolah.

Ruangan ini berada dekat dengan ruang kepala jurusan Ruangannya sempit. Isinya hanyalah beberapa cairan pembersih dan semacamnya. Ruangan ini hanya muat untuk dua orang. Benar benar sempit. Lampu didalam ruangan juga mati. Felix mendorong badanku kedinding. Badan Felix juga berdekapan denganku sangking sempitnya ruangan ini.

Felix menutup pintu dengan hati hati.

“Aku memakai pakaian aneh seperti ini dikarenakan Ayah yang menyuruhku. Kepala jurusan memanggilku untuk berbicara tentang kejadian kemarin. Ayah datang hari ini. Ayah telah membuat beberapa perjanjian dengan kepala jurusan. Aku tidak akan di keluarkan karena hal itu. Jadi, tenanglah. Selepas ini, aku akan menemuimu dan menceritakan semuanya.” Ucap Felix seraya menatap mataku dan mengelus pipi ku.


“Aku khawatir kau akan dikeluarkan..” ucapku lirih

“Tidak. Tidak akan. Jangan khawatir. Ayah tahu apa yang harus ia perbuat.” Felix mengelus elus pipiku dan memainkan poniku.

Aku hanya mengangguk menjawabnya.

“Felix??” “Felix?? Dimana kau?”

Suara seseorang terdengar memanggil Felix.

“Hushhh” Felix mengacungkan jari telunjuk dibibirnya menandakan untuk tetap diam.
Badanku sudah benar benar menempel ke dinding sekarang. Felix menopangkan badannya agar tidak jatuh ke badanku, dengan satu tangan yaitu tangan kirinya. Felix lebih tinggi dibandingku. Aku sekarang berada diposisi dimana aku setara dengan lehernya.

“Itu Ayah. Aku tidak punya banyak waktu sekarang. Aku harus masuk kesana. Maukah kau menungguku?” ucap Felix berbisik bisik.

Aku spontan mengangguk.

“Tunggu aku di taman. Jangan disini. Aku akan langsung menemuimu.”

Aku mengangguk sekali lagi. Aku hanya terus menerus mengangguk atas semua ucapan Felix. Aku tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Jadi, aku mengangguk saja.

“Jangan bertingkah lucu seperti itu. Aku merindukanmu.”

Felix tiba tiba mengelus pipiku dan langsung mencium bibirku. Aku membalas ciumannya. Walaupun didalam gelap, aku dapat melihat matanya yang menutup ketika mencondongkan wajahnya kewajahku.

Ahh I miss him.

Felix keluar perlahan dari pantry. Ia gesit berlari ke ruang kajur.

yours truly-  Lee Felix •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang