Chapter 3 : "Hi, it's me again"

52 8 0
                                    

Next day~~~

Ava's POV

Aku berkemas, bersiap siap untuk pergi menari seperti biasa. Sepanjang perjalanan, aku teringat dengan pria yang menawarkanku air semalam. Ia tidak sadar bahwa aku telah mengenalinya dikarenakan ia selalu datang setiap aku menari. Bagaimana aku bisa mengenalinya?

Ingat hari disaat tidak ada yang menyaksikanku selain anak kecil, seorang bapak tua dan seorang pria?

Benar. Ialah pria itu. Ia satu satunya yang menikmati penampilanku. Mulai dari hari itu, aku mengingat wajahnya. Keesokan harinya aku sadar bahwa pria ini ialah pria yang semalam menyaksikanku. Ia datang lagi. Tak hanya dua hari, melainkan ia selalu datang setiap hari ku menari.

Semakin sering ia menontonku menari, semakin sering ia menutupi penampilannya. Ia selalu berusaha menutupi wajahnya agar tidak terlihat olehku. Ia terkadang memakai masker, topi hingga menutupi mata, hoodie menutupi rambut, jaket yang sangat besar agar menutupi bentuk tubuh, dah semacamnya. Tapi sayangnya, itu tidak berpengaruh bagiku. Aku tetap dapat mengenalinya dengan jelas.

Awalnya tentu aku takut melihat ia datang setiap hari menyaksikanku. Tapi setelah kulihat, ia sepertinya pria yang baik. Ia juga tidak macam macam denganku. Mungkin ia hanya menikmati penampilanku.

Aku sampai di Hollywood and Vine. Pria itu tidak terlihat batang hidungnya. Kemana dia? Tanyaku dalam hati.

Aku mulai menari. Satu jam berlalu. Aku mengemasi barang barangku. Pria itu tak terlihat saat penampilanku dimulai dari tadi.

Saat aku berkemas hendak pulang, seseorang menghampiriku.

"Hi. It's me again."
Ia baru muncul. Apa ia melewatkan penampilanku?

"Hi. Kenapa kau buru buru? Nafasmu terengah engah" jawabku

"Aku terburu buru kesini. Aku baru pulang kuliah. Tadi ada mata kuliah dadakan. Apa kau sudah selesai??"

"Baru saja selesai. Kau tidak perlu merepotkan diri sendiri seperti itu."

"Tidak apa apa. Ini tidak repot. Kau benar sudah selesai? Apa aku terlambat?"

"Sepertinya begitu" aku tercengir. "Ini. Minumlah dulu. Kau sangat letih." Aku mengulurkan air ku padanya.

"Tidak usah. Itu milikmu. Aku tidak apa apa."

"Aku sudah meminumnya tadi. Kau minumlah."
Ia mengambil airku dan meminumnya.

"Terima kasih. Apa kau terburu buru ingin pulang?" tanyanya

"Tidak juga. Kenapa?"

"Apa kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu duduk minum kopi sebentar jika kau tidak keberatan." Ia mengajakku dengan nada yang ragu ragu.

"Mmm.. Boleh juga. Tapi aku berkeringat seperti ini. Apa tidak apa apa?"

"Memangnya kenapa? Maka dari itu kita cari udara yang adem. Cmon!" Ia tersenyum dengan semangat.

Kami berjalan ke salah satu coffee shop. Aku memesan cold latte dan ia memesan americano.

Secangkir cold latte dan secangkir americano telah berada didepan kami. Aku menyeruput latte ku. Ia hanya bengong menatap americano nya.

"Apa kau baik baik saja?" tanyaku

"Ya? Tentu! Tentu tentu! Kenapa tidak?" jawabnya kaget.

"Kau benar benar tidak apa apa? Kau baru saja bengong 5 detik yang lalu."

"Ohh maaf. Aku hanya.. Ini sangat canggung." Ia menggaruk kepalanya.

yours truly-  Lee Felix •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang