"Katanya, kau bisa terbang sampai ke langit?"
"Ya, itu benar."
"Apakah kau tidak jatuh? Tidak mungkin kau bisa terbang setinggi itu tanpa terjatuh."
"Kalaupun jatuh, aku jatuh diantara bintang-bintang."
"Tapi, langit dan bintang itu jauh sekali, kau tahu?"
Mimpi dan Kenyataan berdebat dengan serius.
"Aku tanya sekali lagi, Mimpi, langit dan bintang itu jauh. Bagaimana bisa..."
"Tentu saja bisa. Kita melihat bintang di langit kan?"
"Secara ilmiah, bintang itu terletak jauh sekali di angkasa. Melebihi langit malah. Jika kau hanya terbang setinggi langit..."
"Kalau begitu, aku akan terbang MELEBIHI langit."
"Dengan apa kau terbang melebihi langit? Dengan pesawat? Pesawat luar angkasapun hanya dapat mencapai pluto. Atau kau ingin mengikuti Voyager 1 yang belum kembali itu? Yang benar saja."
"Kalau begitu, aku akan menggunakan kemampuanku."
"Kemampuan apa? Kau hanya mengada-ada. Lihat Kenyataan yang ada di depanmu ini. "
"Aku tidak mengada-ada. Aku memiliki sesuatu yang bahkan, Kenyataan tidak memilikinya."
"Apa itu? Tunjukan!"
"Aku memiliki Harapan."
"Cih. Hahaha."
"Eh, mengapa kau tertawa?"
"Dimana ada Harapan, disitu juga ada Putus Asa."
"Itu benar, sih." Mimpi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang, mimpi punya kepala?
"Kau benar-benar lucu, Mimpi."
"Kau yang aneh, Kenyataan."
Kenyataan terdiam. "Kenapa?"
"Aku ada karena kau ada."
"Lalu?"
"Mengapa kau terus saja meremehkanku?"
"Kau yang tidak mengerti, Mimpi." Kenyataan terhenyak. "Kau selalu saja berlari liar meninggalkanku."
"Itu karena KAU tidak mau mengikutiku."
"Bagaimana aku dapat mengikutimu jika kau lari tak tentu arah?"
"Itu..."
"Lihat! KAU yang tidak mengerti. Senjata pamungkasmu yang bernama 'Harapan' akan segera berganti menjadi 'Putus Asa'. Kau memang pantas untuk diremehkan, Mimpi."
"Tentu saja TIDAK, Kenyataan. Kau yang seharusnya sadar. Kau tidak boleh berdiam disitu terlalu lama."
"Bagaimana lagi? Aku adalah Kenyataan. Kenyataan tidak dapat berubah semudah membalikkan telapak tangan."
"Bagaimana kalau kita menggunakan Harapan?"
"Maksudmu?"
"Ketika Kenyataan tidak dapat diubah, manusia cenderung memiliki Mimpi. Lalu, manusia akan terus berkhayal tentang Mimpinya dan menemukan Harapan. Harapan ini lah yang akan merubahmu, Kenyataan, menjadi lebih baik di masa depan."
"Ya, aku mengerti. Aku, Kenyataan, terdiri dari masa lalu dan masa sekarang. Ada kemungkinan, aku dapat berubah di masa depan. Saran yang bagus."
Mimpi tersenyum senang.
Kenyataan melanjutkan. "Namun ingat, Mimpi, ketika ada Harapan, disitu ada Putus Asa. Tidak semua hal seindah dan seideal apa yang kau pikirkan."
"Ketika ada Putus Asa, disitu pun ada secercah Harapan. Walau tidak seideal apa yang aku pikirkan, masih ada secercah yang dapat aku gunakan."
"Bagaimana jika tetap saja tidak memenuhi idealisme mu?"
"Bagaimana... hmm... tentu saja aku akan berdamai denganmu!"
"Berdamai?"
"Ya. Ngomong-ngomong, semua hal baru dapat dimulai ketika aku berdamai denganmu"
"Bagaimana caranya?"
"Bangun."
***
Setelah lama tidak update, story ini yang muncul. Hmm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea of Story
Short StoryKumpulan Cerita Pendek buatan saya. Fiksi ataupun nyata. Trigger Warning ditandai dengan❗ ▪︎Suicide