"Dasar monster!"
Seorang gadis kecil mulai berlari berlinang air mata. Sekujur tubuhnya penuh kotoran yang dilempar oleh orang-orang yang bertemu dengannya. Ia duduk, menangis seraya memeluk lututnya. Kutukan yang ia terima sungguh membuatnya berpikir, ia tak pantas hidup.
Sejak kecil, ia tinggal di jalanan. Ia tak memiliki tempat tinggal maupun rumah. Urusan makan, sesuatu yang sekiranya dapat dimakan, ia makan.
Ia sendiri tak tahu, ia berasal dari mana.
Hal yang dia ingat pertama kali, rambut dan kulitnya halus berwarna putih pucat dan semua orang membenci itu.
Gadis kecil terlelap hingga malam menjelang. Saat ia membuka matanya, sekelilingnya sangat gelap. Dia berjalan mengikuti intuisinya. Di taman yang gelap, ia duduk di bawah pohon. Menatap bintang di angkasa, membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi jika ia terlahir normal. Memiliki teman, bergaul dengan orang lain, bermain... Hal yang sangat ia dambakan.
Ia memegang kepalanya yang sakit. Wajah menyeramkan itu terlintas lagi di pikiramnya. Gadis bernetra kelam dan bersayap hitam tersenyum mengejek dari singgasananya. Gadis kecil itu yakin, ia pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya. Walaupun mungkin di kehidupan sebelumnya. Gadis kecil tertawa getir, membayangkan dosa seperti apa yang dia lakukan sehingga mendapat kutukan seperti ini.
***
Semakin ia beranjak dewasa, ia terbiasa dengan cercaan orang-orang. Ia mengerti, ia adalah kasta terendah di masyarakat sehingga harus menerima apapun yang masyarakat lakukan padanya.
Gadis itu, menyebut dirinya sendiri Tsumi yang berarti "dosa". Ketika Tsumi berjalan sendirian, tiba-tiba seseorang menarik rambut panjangnya.
"Kamu tidak boleh hidup, monster!" ia memotong rambut putihnya dengan pisau.
"Lihatlah teman-teman!" ia melempar rambut putih yang ia genggam ke Tsumi. "Monster ini telah takluk kepadaku!"
Teriakan seorang pemuda dan hiruk-piruk teman-temannya menarik perhatian orang-orang disekitar.
Kepala Tsumi berdenyut-denyut. Bayangan gadis bernetra hitam itu muncul lagi. Ia terlihat mondar-mandir di kerajaannya. Tiba-tiba, gadis bernetra hitam itu memejamkan mata dan menjentikan jarinya.
"Berhenti!"
"Jawab aku, demi aku yang tak dapat melihat"
"Apakah dikriminasi ini, membuat kalian lebih baik daripada seekor binatang?"
Tsumi menatap sumber suara. Seorang pemuda jangkung dengan perban di netra, melindunginya. Air mata Tsumi tumpah, salah satu keinginannya terkabul. Orang-orang mulai berhenti berkerumun dan melanjutkan aktivitas mereka.
"Siapa namamu?" tanya pemuda itu.
"Tsumi"
Pemuda itu tersenyum. "Aku Dave dan aku tidak bisa melihat."
***
Sejak hari itu, Dave sering mengajak Tsumi bermain. Tsumi yang awalnya penyendiri, mulai terbuka kepada Dave. Tanpa sadar, kasih sayang mulai tumbuh di antara mereka.
Siang ini, Tsumi tertidur dibawah pohon bersama Dave. Ia bermimpi. Gadis bernetra kelam itu berputar mengelilingi Dave seraya membuka perban yang menutupi matanya. Tsumi dapat melihat iris hijau yang indah dibalik perban itu.
Dave memberikan bunga lily hitam kepada Tsumi sebagai tanda perpisahan. Gadis bernetra kelam itu menggenggam tangan Dave dan menyeringai ke arah Tsumi.
Tsumi terbangun dengan napas yang memburu. Hari sudah gelap. Ia menemukan bunga lily hitam dipangkuannya. Ia menangis. Ia pantas untuk mendapatkan hukuman ini. Ia melupakan posisinya dan jatuh cinta kepada Dave.
"Aku lebih baik mati" raung Tsumi.
Bayangan mengenai impiannya untuk memiliki teman, memiliki kekasih, sirna.
"Tidak! Sampai kita kembali kepada-Nya, aku akan terus bersamamu"
Tsumi tertegun.
"Sejak hari ini, kau akan menjadi gadis normal, oke?" ia menyisipkan lily putih ke telinga Tsumi.
Tsumi mengangguk. Kutukan ini adalah anugrah terindah yang ia dapatkan.
***
Saya terinspirasi dari lagu Tsumi no Namae - Ryo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sea of Story
Cerita PendekKumpulan Cerita Pendek buatan saya. Fiksi ataupun nyata. Trigger Warning ditandai dengan❗ ▪︎Suicide