(5) Sebuah Kenyataan

447 56 15
                                    

Author Point of View

Kegiatan Doyeon sekarang hanya belajar dan belajar, tidak ada lagi kegiatan luar sekolah yang diikutinya. Seperti sekarang dia bersama Yoojung sedang menghabiskan waktu di perpustakaan. Ditambah dia sudah beberapa kali ketinggalan pelajaran karena kondisi fisiknya yang sering kali drop. Bahkan dua hari yang lalu dia juga sempat pingsan di jam pelajaran dan berakhir di ruang kesehatan.

"Kau tidak mau memeriksa kesehatanmu? Kondisimu terlihat mengenaskan akhir-akhir ini," tawar Yoojung dengan bisikan pelan.

"Aku sudah lebih baik sekarang," jawab Doyeon masih membaca buku.

"Itu juga kalimat yang kau katakan dua hari yang lalu," sindir Yoojung karena setelah mengatakan baik-baik saja Doyeon justru tidur di ruang kesehatan.

Doyeon masih diam memikirkan ucapan Yoojung. Jika dipikir-pikir Doyeon memang baik-baik saja tapi sering kali tiba-tiba merasa pusing sampai pingsan.

"Apa aku mengidap penyakit parah?" tanyanya pada dirinya sendiri dan masih bisa didengar Yoojung.

"Oleh karena itu periksa saja, aku akan menemanimu!" semangat Yoojung tanpa sadar membesarkan volume suaranya. Tatapan orang-orang mengarah padanya. Dia membungkuk mengucapkan maaf.

"Setelah dari sini!" kata Doyeon singkat.

"Call!" jawab Yoojung dengan tingkah imutnya.


~Decision~

Doyeon memarkirkan Mercedes Benz AMG GT Coupe miliknya di halaman rumah keluarga Kim. Dia mengantarkan Yoojung pulang setelah menemaninya memeriksa kesehatannya yang sudah diragukannya selama dua bulan ini.

"Oh, Ddodo kau sudah pulang!" sapa seorang gadis cantik. Kim Sejeong kakak Doyeon yang baru pulang setelah perjalanan bisnisnya dari sebulan yang lalu. Doyeon memberikan senyuman dan pelukannya untuk sang kakak. Sejeong mengecup pipi Doyeon karena merindukan adik yang sialnya tumbuh lebih tinggi darinya.

"Kau hanya pulang sendiri?" tanya Doyeon karena sejujurnya dia merindukan keluarganya yang sibuk mengurus bisnis keluarga mereka.

"Ayah dan ibu akan pulang besok, kenapa? Karena sibuk mengurus pernikahan si sulung Kim," Sejeong menarik Doyeon untuk duduk di ruang nonton.

"Jadi, Myungsoo oppa akan menikah? Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Doyeon kesal, dia merasa tidak dianggap oleh keluarganya sendiri.

"Maafkan kami. Kami benar-benar sibuk, lagi pula kan kau sudah tahu jika Myungsoo oppa akan menikah saat kita datang ke rumah Jiyeon eonni,"

"Tapi, aku tidak tahu jika akan diadakan dalam waktu dekat ini."

Doyeon mengerucutkan bibirnya kesal. Dia tersenyum setelahnya dan memeluk Sejeong. Dia sangat merindukan kakaknya yang sulit ditemuinya itu.

"Kau manja sekali," kata Sejeong mengelus rambut Doyeon sayang. Dia juga merasa kasihan pada Doyeon karena dia pasti merasa kesepian selalu ditinggal sendiri.

~Decision~

Setelah melepas rindu dengan sang kakak, Doyeon kembali ke kamarnya. Mandi agar rasa lelah segera enyah dari tubuhnya. Dia berdiri di depan kaca memperhatikan tubuh tanpa busananya. Tatapan kosong itu berubah menjadi sendu tidak lama air mata pun menetes. Pikirannya kembali saat dia memeriksakan kondisi tubuhnya.

Tangannya menyentuh perut ratanya. Semakin deras air mata yang keluar membasahi wajahnya.

"Lucas bajingan," umpatan lagi-lagi keluar dari bibirnya.

Decision (Doyeon-Lucas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang