(6) Sahabat Sejati

405 60 13
                                    

Sebenarnya gak banyak yang minat sama FF ini, karena gua tahu kebanyakan temen-teman yang ngikutin wp ini fansnya Jiyeon eonni dan mungkin juga karena tulisan gua gak menarik bahkan jelek. Tapi, gua nulis ini karena memang suka Doyeon sama kayak suka ke Jiyeon eonni jadi gua pengen buat FF khusus dia. Jadi, sedikit apapun yang baca bakal tetap dilanjutin, ya semoga diizinkan sampe tamat. Makasih untuk yang mau baca apalagi yang udah vote dan komen. Baca juga project-project gua yang lainnya. Oya, yang suka Doyeon mampir ke channel YT gua, banyak hiburan dari Doyeon dan Yoojung 😂😂😂

Sekedar informasi walau gak penting, FF ini dapet undangan untuk mengikuti Wattys Award 2019. Gak tau kenapa padahal yang baca cuma sedikit. 😂
Jadi, karena lagi bahagia, gua update double hari ini. Ditunggu aja.

~Decision~

Doyeon Point of View

Setelah sarapan aku menggeret Yoojung untuk masuk ke kamar. Sementara aku mandi dia kusuruh untuk merapikan tempat tidurku. Aku tahu, aku tahu. Aku tidak tidak tahu diri dengan memerintahkan tamu melakukan itu ditambah dia adalah putri pengusaha terkaya nomor dua di Korea. Tapi, aku tidak peduli.

Ah, tanganku perih sekali. Ini akibat kebodohanku waktu itu. Lebih baik aku mengganti perbannya. Ini bukan luka yang besar tapi mengapa aku merasa sangat sakit? Biasanya aku sangat tahan dengan luka kecil seperti ini.

"Kim Doyeooon!"

"Apa?"

Aish, anak ini hobi sekali berteriak.

"Cepatlah! Aku kesepian,"


~Decision~

"Jadi, kita mulai dari mana?" tanya Yoojung dengan semangat membuka lembaran bukunya. Hari ini walaupun libur kami memutuskan untuk belajar bersama karena besok adalah ujian akhir sekolah. Hah, semoga aku bisa lulus.

"Kau merasa sudah memulai?" tanyaku. Karena sebenarnya kami belum pernah mengulang satu materi pun untuk pelajaran ini. Anak ini sudah amnesia kupikir.

"Ah, benar. Kita baru mau memulainya," jawabnya dengan cengiran.

"Aish, si bodoh ini!" umpatku sambil memukul kepalanya.

"Kim Doyeon! Kupikir mulutmu itu semakin kasar,"

"Aku terlahir untuk itu," jawabku acuh.

Aku sudah duga jika belajar di rumah pasti anak ini semakin banyak bicara. Ada saja yang dibicarakannya dari gosip sekolah sampai politik. Aku kadang merasa jahat karena sering mengabaikan ceritanya untuk fokus belajar.

"Choi Yoojung, kau ini terlalu banyak bicara! Bisakah kita fokus belajar?" kataku memotong ocehannya.

"Seperti katamu, aku juga terlahir untuk itu!" aku kalah. Ya selalu saja begitu. Aku menutup bukuku dan mendengarkan ocehannya.

"Kau tahu kan di rumah aku tidak punya teman untuk menceritakan hal-hal yang tidak penting seperti ini. Aku hanya punya dirimu yang dengan senang hati menerima ocehanku,"

"Ya, nona muda. Silakan lanjutkan saja aku akan mendengarkannya dengan seksama. Masa bodoh dengan ujian besok, begitu kan?"

"Hehehehe. Kau memang sahabat terbaikku. Tapi, sepertinya tidak ada lagi yang ingin kuceritakan. Mari kita lanjutkan belajarnya,"

"Kita mulai, bukan lanjutkan!" koreksiku. Apanya yang mau dilanjutkan, dimulai saja belum.

Untunglah materi pelajaran ini cukup mudah jadi tidak butuh waktu lama untuk mengulangnya. Walau ada satu atau dua soal yang belum terpecahkan setidaknya masih ada waktu sekedar makan atau minum. Tidak menguras energi dan otak yang berlebihan.

Decision (Doyeon-Lucas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang