(14 ) Trying Before Giving up

612 54 23
                                    

Masih inget sama cerita ini? Hahaha... maaf kelamaan ya. Makasih yang udah sudi menunggu.

.

.

.

Author Point of View

Lucas berdiri di depan sebuah pintu bersiap menekan bel. Tangannya batal menekan benda kecil itu, dilihatnya lagi penampilannya. Merapikan baju yang sebenarnya tidak kusut atau kusam sama sekali. Merapikan rambut, yang jelas sudah tertata rapi dengan sentuhan pomade. Membaui aroma mulutnya, aroma mint menyentuh indra penciumannya. Merapikan bunga yang dibelinya saat melihat toko bunga di pinggir jalan. Satu kata untuk pria itu, gugup.

"Kau?" sebuah suara membuat Lucas menoleh ke belakangnya. Myungsoo menggandeng istrinya, Jiyeon. Lucas menelan ludahnya gugup bertemu kakak tertua dari wanita yang dicintainya. Dapat Lucas lihat tatapan Myungsoo yang masih syarat akan kekesalan. Pertanyaannya, segugup apa Lucas sampai tidak menyadari suara mobil masuk ke perkarangan rumah yang sekarang dikunjunginya itu?

"Oppa!" suara seorang wanita membuat lamunan Lucas buyar. Bahkan dia juga tidak sadar jika Myungsoo sudah menekan bel rumah itu sebelum dirinya.

"Eonni!" heboh wanita itu saat melihat Jiyeon yang ditanggapi dengan senyum oleh sang ipar.

"Yak! Kenapa masih berdiri di sana?" tanya Sejeong saat sadar Lucas tidak ikut masuk bersama.

"Ah ...." hanya satu kata itu yang keluar dari mulutnya. Dia pun mengikuti langkah pemilik rumah. Melihat ke sekeliling siapa tahu wanitanya akan muncul.

"Duduklah! Aku akan memanggilkan Doyeon," kata Sejeong yang mempersilakan Lucas duduk di ruang tamu. Lucas tersenyum dan menyamankan dirinya yang sebenarnya tidak nyaman, gelisah. Bagaimana jika Doyeon menolak untuk bertemu dengannya.

Langkah kaki terdengar olehnya, langkah kaki yang masih ditandainya sampai sekarang. Lucas menoleh dan tersenyum tapi tidak dengan Doyeon, wanita itu duduk di hadapan Lucas tanpa ekspresi apalagi kata.

"Kau sudah baikan?" basa-basi Lucas dan ditanggapi dengan anggukan oleh Doyeon. Lucas merasa keadaan benar-benar canggung saat ini.

"Ah, aku membelikan bunga untukmu!" lanjutnya sambil menyerahkan sebuket bunga yang nyaris diremasnya karena gugup. Doyeon tidak menolaknya, dia tidak sejahat itu pada pria yang masih menghuni relung hati terdalamnya.

"Apa kau ada waktu?" tanya Lucas lagi.

"Aku sibuk!" jawaban telak Doyeon membuat Lucas melipat bibirnya. Jemarinya meremat satu sama lain, dia benar-benar gugup. Seumur hidupnya tidak pernah merasakan kegugupan separah ini.

Doyeon menghela napasnya dalam, mulutnya memang kejam tapi hatinya tidak bisa melihat Lucas terlihat menyedihkan seperti ini.

"Aku tidak bisa menghabiskan waktu di luar jadi lebih baik kau pulang saja atau membantu ayah dan yang lainnya bergotong royong untuk membereskan taman belakang!" katanya membuat binar kembali menerangi wajah Lucas.

"Begitu, kah? Aku akan membantu saja, setidaknya aku berada di dekatmu!" balas Lucas dengan cengiran riangnya. Doyeon terdiam, mengenang betapa bahagianya dia dulu saat melihat wajah yang ada di depannya.

"Lucas-ss-"

"Bisakah memanggilku seperti biasanya?" serebot Lucas dengan cepat.

"Hatiku terasa sakit saat mendengar kau memanggilku seperti itu," lanjutnya.

"Dari sekarang aku akan memberikan peringatan padamu, aku tidak pernah menerima belas kasihan!"

"Aku mencintaimu! Apakah mencintai bisa dikatakan mengasihani? Aku tidak mengasihanimu aku menyayangimu. Kebodohanku di masa lalu memang tidak bisa dilupakan. Aku tidak memintamu untuk melupakannya, aku hanya ingin memperbaikinya." Diam. Ruang tamu tidak pernah sesunyi itu saat ada yang berkunjung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Decision (Doyeon-Lucas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang