(13 ) A Mother's Heart

609 56 13
                                    

Sebenarnya gua mau buat ini FF jadi sad ending tapi masih dipikir-pikir lagi kok. Hehehe. Jangan lupa kalau udah mampir sekalian icip-icip lah, voment gitu.

Author Point of View

"Doyeon-ah, makanlah yang banyak! Ibu sudah memasakkan makanan kesukaanmu," kata Sejeong dan meletakkan lauk pada piring Doyeon. Yang diperhatikan hanya mengangguk. Ini hari pertamanya kembali ke rumah yang telah ditinggalkannya beberapa bulan ini. Doyeon menatap ibunya yang duduk di samping sang ayah. Sedikit canggung karena sebenarnya hubungannya dengan sang ibu belum begitu membaik. Doyeon yang masih merasa takut dan bersalah serta ibunya yang berhati keras. Dengan senyum dia memasukkan makanan kesukaannya itu ke dalam mulutnya.

"Kau sudah memikirkannya?" tanya sang ibu untuk pertama kalinya membuka suara. Doyeon mengangkat kepalanya dan menatap ibunya.

"Ibu dengar jika kau dan Choi Minho memiliki hubungan. Ibu harap kau tidak begitu memberinya harapan, Minho anak yang baik tapi ada pria lain yang harus bertanggung jawab." Nyonya Kim menyantap makannya setelah mengatakan hal itu.

"Jangan mengobrol jika sedang makan. Doyeon-ah, makanlah lagi. Kita akan membicarakan ini nanti," ucap tuan Kim yang menyadari perubahan raut wajah Doyeon. Mendengar perkataan ayahnya, Doyeon pun tersenyum dan melanjutkan makannya. Di bawah meja makan, Sejeong menggenggam tangan adik satu-satunya itu, mencoba menenangkan.

~Decision~

"Kembalilah ke kamarmu, kau pasti masih butuh istirahat!" perintah tuan Kim pada putrinya dengan lembut. Nyonya Kim hanya menghela napasnya karena keinginannya untuk menuntaskan masalah sang putri digagalkan oleh suaminya. Sejeong mengantar Doyeon ke kamar yang pasti sangat di rindukan oleh pemiliknya itu.

"Eonni ...." panggil Doyeon saat Sejeong hendak keluar dari kamarnya. Sejeong menoleh dan menaikkan alisnya menunggu apa yang ingin diucapkan oleh sang adik.

"Malam ini tidurlah bersamaku, kau tidak merindukanku?" tanya Doyeon.

Sejeong tersenyum dan mendekati Doyeon. Berbaring di samping adiknya lalu memeluk tubuh Doyeon walau tidak begitu erat. Sejeong masih cukup waras.

"Ingin berbagi cerita sebelum tidur? Atau kau sudah lelah?" tanya Sejeong dan memiringkan tubuhnya menghadap Doyeon. Dan Doyeon pun melakukan hal yang sama, ditambah kondisinya yang tidak memungkinkan untuk tidur telentang.

"Aku belum lelah sama sekali," jawab Doyeon. Dia merindukan saat-saat seperti ini. Dulu pun kesempatan seperti ini sangat jarang didapatkannya, mengingat kesibukan Sejeong dan orang tuanya. Apalagi Kim Myungsoo yang memang telah lama tinggal di apartemen pribadinya.

"Doyeon-ah," panggil Sejeong dan ditanggapi dengan tatapan oleh Doyeon.

"Boleh eonni menyentuh perutmu?" tanya Sejeong penuh harap.

"Hahaha. Apa-apaan kau ini, Eonni. Tentu saja boleh," kata Doyeon dan memegang tangan Sejeong untuk diarahkan pada perutnya.

"Wuah!" kagum Sejeong saat dia merasakan adanya pergerakan dari dalam perut Doyeon.

"Dia sudah mulai menendang!" kata Doyeon memberitahu Sejeong. Senyum tidak bisa lepas dari bibirnya, dia sangat menantikan kehadiran malaikat kecilnya.

"Bagaimana dengan jenis kelaminnya?" tanya Sejeong setelah sadar atas kekagumannya.

"Aku ingin menjadikannya kejutan," jawab Doyeon masih tersenyum.

"Ah, begitu kah. Em, apa tidak terasa aneh?" tanya Sejeong ambigu.

"Awalnya. Tapi, sekarang aku sudah terbiasanya. Kenapa? Yak, eonni kapan kau akan menikah?" tanya Doyeon sukses membuat Sejeong mencebikkan bibirnya.

Decision (Doyeon-Lucas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang