(12 ) Men Who Lost in Regret

432 57 23
                                    

Sorry lama banget updatenya, tapi pada belum lupa kan sama ceritanya? Jangan lupa voment-nya, perjuangan nih buat ngetiknya.

Author Point of View

Doyeon pingsan di pinggir jalan, dia mengalami pendarahan. Myungsoo tentu saja merasa bersalah karena kecerobohannya yang menyebabkan Doyeon kabur. Sifat tempramentalnya nyaris membuat nyawa adiknya melayang. Doyeon mendapatkan pertolongan pertama di puskesmas dan setelahnya dibawa ke Seoul karena Myungsoo takut terjadi sesuatu pada adiknya itu.

Ruang rawat Doyeon penuh dengan keluarganya dan Yoojung jangan lupakan Lucas juga berada di sana. Pria itu langsung datang ke rumah sakit saat Yoojung mengabarinya tentang kondisi Doyeon. Minho terpaksa tidak ikut karena tugasnya sebagai dokter di desa terpencil itu.

Doyeon belum sadarkan diri sejak kemarin, membuat raut wajah khawatir begitu kental pada keluarganya. Ayahnya tidak ingin beranjak dari kursi di samping ranjang Doyeon dan selalu menggenggam tangan putrinya itu.

"Kalian pulanglah, ayah akan menjaga Doyeon di sini!"

"Lebih baik ayah saja yang pulang, aku yang akan menjaga Doyeon. Ayah belum sepenuhnya pulih," kata Myungsoo.

"Tidak! Ayah tidak akan pergi meninggalkan Doyeon,"

Mereka semua tahu watak dari tuan Kim, jadi tidak ada gunanya memaksakan kehendak. Myungsoo dan yang lainnya menyerah dan pergi dari ruang rawat.

~Decision~

"Doyeon-ah, maafkan ayah!" kata tuan Kim meneteskan air matanya. Pria tegas dan gagah itu terlihat rapuh di hadapan putrinya yang terbaring lemah.

"Bagunlah! Ayah tidak akan pernah memintamu untuk pergi dari rumah lagi. Ayah tidak akan pernah memaksakan kehendak lagi,"

Sebenarnya Doyeon sudah dalam kondisi setengah sadar, dia mencoba untuk membuka matanya. Pengaruh bius membuatnya kesulitan dan hanya bisa diam sambil mendengarkan segala keluh kesah ayahnya. Baru telinganya yang bisa berfungsi dengan normal. Tidak bisa dipungkiri jika dia merasakan rindu yang teramat pada keluarganya. Dia terpaksa pergi menjauh agar tidak membuat nama baik keluarganya rusak hanya karena seorang anak sepertinya. Dengan usaha yang besar dia mencoba menggerakkan jarinya, mengirimkan signal pada ayahnya bahwa dia baik-baik saja. Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Tuan Kim langsung menggenggam erat jemari putrinya yang sedari tadi dielusnya penuh sayang.

"Doyeon-ah," panggilnya.

Wajah Doyeon bahkan berkeringat hanya untuk menggerakkan jemarinya. Tuan Kim menekan tombol darurat untuk memanggil petugas medis. Doyeon masih belum membuka matanya.

Petugas medis datang dan langsung memeriksa keadaan Doyeon. Tuan Kim tidak menjauhkan pandangannya dari tubuh putrinya yang sedang diperiksa.

"Sepertinya Doyeon-ssi masih dalam pengaruh obat bius, tuan. Kita tunggu saja sampai pengaruh obat biusnya habis. Keadaannya juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan,"

Para petugas medis meninggalkan ruang rawat dan kembali dengan aktifitas mereka lainnya. Tuan Kim kembali duduk menggenggam jemari putrinya.

"Ayah tahu kau tidak akan mudah menyerah,"

Bukan tanpa alasan tuan Kim begitu mengkhawatirkan anak bungsunya itu. Doyeon memang terlihat sehat tapi dia memiliki riwayat sindrom neurokardiogenetik yang menyebabkan sering kali hilang kesadaran saat kecil. Untungnya penyakit itu sudah bisa ditangani ketika dia duduk di bangku SMP.

"Akhirnya tuan putri bangun juga?" sambut tuan Kim melihat Doyeon membuka matanya. Walau masih lemah dia mencoba untuk tersenyum menyampaikan bahwa dia baik-baik saja.

Decision (Doyeon-Lucas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang