All I Wanted [Jaeyong]

13.8K 1.2K 44
                                    

Tak terasa kematian ibu Mark sudah berlalu 6 bulan lamanya. Anak itu sempat terpukul, bagaimana tidak? Ia baru saja melamar kekasihnya, selang beberapa jam kemudian ibunya meninggal dunia. Hal itu juga membuat Jaehyun sedikit terpuruk. Kematian ibu Mark membuat lelaki itu mengingat kematian sang ayah. ia kembali teringat akan masa lalunya, akan penyesalannya yang tidak berlaku baik pada ayahnya sendiri sebelum beliau meninggal dunia.

Taeyong menjadi orang satu-satunya tempat Jaehyun bersandar. Ibu Jaehyun pergi meninggalkannya dengan laki-laki lain semenjak dirinya berumur 9 tahun. Karena hal itu juga lah yang membuat ayah Jaehyun berubah menjadi penggila seks dan itu membuat Jaehyun membenci pria yang telah tiada itu. Maka dari itu Jaehyun selalu memainkan hati para wanita. Menurutnya, wanita itu sangat menyeramkan. Ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka akan mencampakkan orang yang mencintainya dan pergi dengan meninggalkan luka yang sangat dalam.

Selama 6 bulan ini juga, Taeyong menjadi lebih membuka dirinya pada Jaehyun. Lelaki manis itu sudah tidak memperlakukan Jaehyun seperti virus mematikan. Sifatnya sangat lembut, benar-benar lembut seperti kapas walau terkadang jika sifat mesum Jaehyun keluar, Taeyong tidak segan-segan memukul bahkan menjambak lelaki yang berstatus sebagai bosnya.

Seringkali Jaehyun meminta Taeyong untuk menikah dengannya, tetapi lelaki itu selalu menolak. Ia juga pernah meminta Taeyong untuk tinggal bersamanya berhubung Ten sudah tinggal bersama Johnny dan lagi-lagi Taeyong menolak. Jaehyun hampir frustasi. Ia pikir, apa kurangnya ia hingga Taeyong terus menerus menolaknya? Tetapi dirinya tahu jika Taeyong mulai membuka hatinya untuknya.

"Hey, kau terlihat kacau."

Taeyong menaruh kotak makannya di atas meja makan. Setiap akhir pekan lelaki manis itu memang selalu menginap di apartment Jaehyun dan memasakkan makanan sebelum ia kesana.

Ia menghampiri Jaehyun yang sedang mencuci mukanya di washtafel. "Begitukah?"

"Ya." Lelaki manis itu membalikkan tubuh besar Jaehyun agar bisa melihatnya dengan jelas. Dan benar saja, lelaki yang lebih tinggi darinya itu terlihat pucat, kantung mata yang tebal, serta mata yang memerah.

"Kau tidak tidur semalaman."

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan. Jaehyun tidak menyangkal maupun mengiyakan ucapan Taeyong.

"Terlalu banyak yang mengganggu pikiranku. Sahamku yang semakin menurun karena kepergian Johnny dan Mark dua bulan yang lalu, Johnny dan keluarganya, dan kau."

"Tapi kau sudah berusaha menaikannya dan sekarang sahammu perlahan bangkit kembali."

"Hanya berkurang satu."

"Lalu ada apa dengan Johnny?"

Jaehyun mengusap wajahnya kasar, "aku tidak mendapat kabar dari Johnny selama 2 minggu ini." Pandangan Jaehyun terlihat kosong. Taeyong tersentak kecil, "mereka baik-baik saja, Jaehyun. Aku percaya Johnny bisa mengurus semua dan menjaga Tenku juga."

Sebenarnya, Taeyong sedikit panik, namun ia tidak ingin semakin membebani Jaehyun. Lelaki itu sudah menanggung banyak beban selama ini.

"Aku juga berharap begitu." Jaehyun menghela nafasnya lesu. Kini, matanya menatap kearah mata Taeyong. "Kalau begitu hanya sisa satu bebanku saat ini."

Lelaki yang lebih kecil tahu kemana arah pembicaraan Jaehyun. Jadi, dengan lembut tangannya menarik tangan besar Jaehyun. Menuntunnya ke meja makan dan mendudukkan Jaehyun di salah satu kursi.

"Makanlah, aku sudah membawakan makanan yang super banyak sesuai permintaanmu kemarin." Tangannya dengan lincah membuka kotak makan berwarna hijau itu, menyajikannya pada lelaki yang tengah duduk sambil menekuk wajahnya.

Playboy's Tale ⭑ Jaeyong, Johnten, Markhyuck ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang