5.Gue Gak Peduli

2K 163 25
                                    

Saat Farah dan Angel asik mengobrol, Delisa bersama para antek-anteknya datang mengganggu.

"Wah..wah..wah....si gembel udah bisa makan di kantin guys."ucap Delisa cukup keras hingga menarik perhatian seisi kantin.

"Loe apaan sih, norak tau gak."Angel berdiri di hadapan Delisa.

"Heh loe gak sah ikut campur deh, mending loe cabut dari sini."Alina mendorong bahu Angel agar menjauh.

"Tentu saja gue ikut campur, kalian ganggu waktu makan siang gue."Angel berkacak pinggang.

"Gue gak ganggu, justru gue mau ingetin loe supaya jauh-jauh dari tuh gembel berkuman."ujar Delisa.

"Daripada kalian, sampah."maki Angel.

"Sialan."Delisa hendak menampar Angel namun tangannya menggantung di udara karena tangannya terasa berat seperti ada yang menahannya.

"Bar-bar sekali jadi cewek."Geral menghempaskan tangan Delisa.

"Geral...."Delisa langsung pasang mode ganjenya dan bergelayut di lengan Geral.

"Lepas...!!"Geral merasa risih dengan sikap Delisa.

"Geral loe kok gitu,"Delisa memanyunkan bibirnya.

"Sudahlah ayo kita pergi."Angel mengajak Farah pergi daripada menyaksikan adegan drama alay di hadapannya.

Farah dan Angel berpisah di koridor karena kelas mereka berbeda.

Waktunya pulang, Farah langsung pulang ke rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju. Wajah Farah bersemu merah saat mencuci pakaian dalam milik Fraha. Ini pertama kalinya bagi Farah mencuci baju dalaman milik laki-laki. Biasanya ia memang membantu ibunya mencuci baju tapi hanya baju saja, tidak dengan dalamnya.

Farah mengusap keringat yang membasahi wajahnya, ia melirik ke arah jam dinding. Sudah hampir jam lima sore tapi Fraha belum juga pulang." Mungkin ada pelajaran tambahan."batin Farah melanjutkan kembali kegiatannya mengepel lantai yang kemarin belum sempat ia kerjakan.

Farah bosan setengah mati karena hanya televisi berukuran kecil yang menemaninya sejak pulang sekolah tadi. Sedangkan Fraha, entahlah ada dimana Farah tidak tau, nomor ponselnya saja Farah tak punya.

Jam setengah sebelas malam Fraha seperti biasa izin pulang. Sampai rumah, lampu masih menyala dan pintu juga belum di kunci. Fraha pikir Farah masih bangun sedang menonton televisi tapi ternyata televisi yang menonton Farah.

Fraha ingin membangunkan Farah tapi ia mengurungkan niatnya, akhirnya ia hanya mematikan televisi dan lampu kemudian masuk ke kamar untuk tidur.

Menjelang pagi, Farah terbangun. Di luar sangat dingin, badannya juga terasa pegal-pegal. Ia masuk ke dalam kamar dan melanjutkan tidurnya kembali.
___________

Fraha mengucek matanya, ia menengok ke arah samping dan mendapati Farah yang tertidur pulas. Fraha tak peduli jika mereka tidur bersama. Lagipula mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri. Fraha laki-laki normal yang menginginkan haknya tapi ia tidak akan pernah menuntut Farah melakukan apapun untuknya, apalagi mereka masih sekolah.

Farah menggeliat dan menguap. Mungkin Farah tak sadar jika daritadi Fraha melihatnya.

"Nyenyak sekali."Fraha tersenyum lebar.

"Kalau gitu beresin tempat tidur habis ini."

Farah langsung menunduk takut."Maaf."

"Untuk?"

"Karena gue tidur di kamar tapi sumpah, gue gak tau kenapa bisa di sini."Farah mencoba untuk menjelaskan.

"Gue gak peduli, loe mau tidur dimana pun."balas Fraha.

"Jadi gue boleh tidur di sini?"dengan hati-hati Farah bertanya pada Fraha.

Fraha hanya mengangguk sebagai jawaban.

Farah melihat Fraha yang sudah rapih menggunakan seragam. Sedangkan dirinya masih acak-acakan bangun tidur. Farah baru tau, kalau Fraha tipe orang yang rajin.

"Gue gak sempet beli sarapan. Loe beli aja sendiri sekalian berangkat. Terus loe pulang sekolah belanja sayuran ke warung depan biar besok masak sendiri."ini pertama kalinya Fraha bicara panjang dengan Farah, namun masih sama tanpa expresi."gue kasih segini, loe beli yang bener-bener di butuhin."Fraha memberikan Farah uang seratus ribu.

"Iya.

Fraha meraih tas ranselnya dan mengembangkan jaket kesukaannya.

Langkah Fraha terhenti saat Farah ikut berdiri dan mengulurkan tangannya.

Sedangkan Fraha hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Salaman."lirih Farah malu."Dalam ajaran agama kita kan diajarin buat salaman sama suami."

Fraha mengangguk dan mengulurkan tangannya. Farah pun meraih tangan Fraha dan mencium punggung tangannya. Ada rasa desiran aneh yang masuk di relung hati Fraha. Namun Fraha berusaha menepisnya.

FRAHA & FARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang