17. Gue Takut Gelap

2.7K 158 54
                                    

WARNING!!!

Farah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, ia tak bisa tidur malam ini mengingat kejadian tadi siang saat hujan. Pipi Farah terus saja memerah, itu adalah first kiss miliknya. Farah bersyukur karena yang mengambil adalah kekasih halalnya.

Fraha adalah cinta pertama Farah, ia terus saja tersenyum karena Fraha ternyata sangat manis tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Yang Farah tau, Fraha cowok badboy dan biang onar.

"Loe belum tidur?"

Farah menurunkan selimutnya, ia melihat Fraha baru saja pulang." Belum ngantuk."jawab Farah." Mau di buatin makanan atau minum?"

"Tidak usah, tidur aja."Fraha masuk ke dalam kamar mandi.

Farah sebenarnya ingin bertanya, apa yang Fraha kerjakan setiap malam. Ia sungguh penasaran tapi tidak berani menanyakannya takut Fraha tersinggung.

"Kenapa masih belum tidur?"

Farah hanya menggeleng.

"Tidurlah besok bisa terlambat,"Fraha mematikan lampu kamarnya.

"Gue takut gelap."lirih Farah.

"Pejamkan saja mata loe."

Farah benar-benar takut dan bergeser mendekat ke Fraha."Gue takut."

"Tenang loe aman,"Fraha mendekap Farah erat membuat Farah seolah menahan nafas deg-degan.

"Farah."

"Hmm."Farah hanya bisa berdehem karena ia kesulitan untuk bicara saat seperti ini.

Jantung Farah makin tak karuan saat merasakan bibir Fraha sudah menempel di bibirnya, Farah juga merasakan pergerakan tangan Fraha yang berada di sekitar kancing baju miliknya.

Farah bingung harus bagaimana, apakah mungkin Fraha kali ini meminta haknya sebagai suami. Farah tak bisa membayangkan hal seperti itu. Kalau pun iya, Farah tak bisa menolak Fraha karena ia akan berdosa.

"Gue minta izin loe,"ucap Fraha setelah melepaskan ciumannya.

Farah hanya bisa mengangguk walapun ia tak yakin Fraha mampu melihatnya dengan jelas di dalam cahaya kamar yang temaram.

Farah merasakan Fraha naik ke atas tubuhnya, ciuman demi ciuman yang Fraha berikan membuat Farah seperti ingin kehilangan akal sehatnya. Kini mereka berdua sudah tak mengenakan sehelai benang pun.

Fraha akan melakukannya dengan hati-hati, ini pengalaman pertama baginya dan Fraha yakin ini yang pertama juga bagi Farah.

Farah meringis dan meneteskan air matanya saat Fraha memasuki dirinya.

"Tahan sedikit,"Fraha mengecup kedua mata Farah.

Farah mencengkeram kuat punggung Fraha namun ia biarkan saja karena Fraha tau, Farah pasti kesakitan.

Mereka berdua melalui malam ini sebagai malam pertama mereka untuk memasuki dunia baru, dunia rumah tangga yang sebenarnya terlalu dini bagi mereka yang masih sekolah.

Pagi hari Fraha terbangun terlebih dahulu seperti biasa. Ia memandangi wajah Farah dan tersenyum penuh syukur, ia pikir menikah akan menyisakan dirinya tapi ternyata justru membuat ia bahagia. Biasanya ia selalu merasa kesepian dan ada lubang yang kosong di hatinya, kini telah terisi oleh kehadiran Farah.

Fraha mengecup kening Farah sekilas dan ia berjanji pada dirinya sendiri, apapun yang terjadi nanti ia akan mempertahankan Farah kecuali Farah yang menginginkan pergi.

Ia menyingkap selimutnya, Fraha melihat bercak darah sebagai tanda jika Farah benar-benar miliknya seutuhnya dan Fraha sangat senang ia orang pertama bagi Farah tapi ada sedikit rasa takut di hati Fraha bahwa ia lupa kalau mereka masih sekolah, Fraha takut merusak masa depan Farah. Bisa saja Farah hamil. Fraha merutuki kebodohannya yang tak bisa menahan hawa nafsunya.

"Maaf,"Fraha mengusap lembut rambut Farah.

Kemudian ia beranjak bangun untuk mandi dan menunaikan kewajibannya.

Farah membuka matanya memastikan kalau Fraha sudah masuk ke dalam kamar mandi. Ia sungguh malu setengah mati. Farah tak bisa membayangkan bagaimana ia akan berinteraksi dengan Fraha nanti.

"Sudah bangun?"

Farah sedikit terkejut dengan wajah memerah karena Fraha hanya mengenakan handuk.

"Bangun terus kita berjamaah."perintah Fraha.

"Iya,"Farah beranjak dari tempat tidur tapi ketika ia akan berjalan, ia merasakan sakit dan perih pada miliknya.

"Kenapa?"

"Tidak, lebih baik kakak sholat terlebih dahulu Sepertinya akan lama."Farah berjalan tertatih-tatih.

"Apa sangat sakit?"Fraha ikut meringis menyaksikan cara jalan Farah."Sepertinya loe gak perlu berangkat ke sekolah hari ini.

"Gue ada ulangan kak."

"Maaf ya."

"Gak papa kak, ini kan kewajiban Farah."jawab Farah sambil tersenyum ia tak ingin Fraha menyalahkan dirinya sendiri.

FRAHA & FARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang