un (PROLOGUE)

15.7K 1K 79
                                    

Sore yang sejuk membawa Namjoon, laki-laki berperawakan tampan, memiliki badan yang bagus, dan tentu sangat pintar ke apartment temannya.

Ia berniat untuk mengerjakan tugas kelompok dengan Seokjin yang diberikan oleh dosen cantik yang suka menggodanya dikelas.

Ia menekan bel kamar Seokjin dan keluarlah laki-laki berambut hitam yang mengenakan kaos putih kebesaran ditubuhnya dan celana panjang yang membungkus kaki jenjangnya.

"Hai Namjoon. Ayo masuk." Seokjin membuka pintu kamarnya lebih lebar, tanda mempersilahkan Namjoon masuk.

Namjoon duduk ditepi ranjang Seokjin, saat Seokjin menyuruhnya untuk menunggu dikamarnya selagi ia membuatkan Namjoon minum. Ia memperhatikan seluruh kamar Seokjin. Ada sofa didepan ranjang yang ia duduki sekarang. Ada televisi diruangan tengah, ia dapat melihatnya dari sini karena tidak ada pembatas antara ruang tengah dan kamar.

Namjoon bisa melihat punggung Seokjin dari sini yang sedang membuat minuman untuknya. Karna lagi-lagi kamar dan dapur tidak ada pembatas pintu hanya ada kaca transparan besar yang menghalanginya.

"Ini minumannya." Seokjin menaruh minuman yang ia bawa dimeja dekat sofa. Ia memunggungi Namjoon.

"Lebih baik kita mengerjakan tugasnya sekarang, kemarilah Namjoon" Seokjin langsung menyambar buku catatan serta laptopnya dan duduk di sofa.

Namjoon menghampiri Seokjin yang sedang sibuk mengetik satu persatu kata yang sudah tersusun rapih di kepalanya dan duduk di depannya.

"Seokjin? Aku saja yang mengetik. Kau yang membacakannya."

Seokjin mengeluarkan kata demi kata yang langsung saja diketik oleh Namjoon. Mereka mengerjakan tugasnya dalam diam. Tidak ada yang berbicara selain suara Seokjin yang menuntun Namjoon untuk mengetik.

"Nah sudah selesai" Seokjin mengambil laptopnya dan memperhatikan apa yang diketik Namjoon. Ia menganggukkan kepala, tanda tugas itu sudah terselesaikan.

"Lebih baik kau istirahat dulu." Namjoon mengangguk setuju dan mengambil minumnya. Ia meminum jus jeruk yang sudah tidak manis lagi karena sudah dianggurkan sedari tadi.

Seokjin pun ikutan meminum minumannya. Ia sangat haus sampai-sampai air dari jus jeruk tersebut tumpah sedikit kedalam bajunya. Namjoon memperhatikan air yang jatuh dari bibir Seokjin, terus menjalar ke leher dan jatuh kedalam bajunya.

Seokjin yang merasa diperhatikan menengok ke arah Namjoon.

"Apa?" Namjoon hanya menggeleng pelan.

Keheningan menyelimuti mereka. Sampai akhirnya Namjoon menyeruakan ide yang ada dipikirannya sedartadi.

Ia mengambil tasnya yang ia bawa tadi. Lalu mencari iPad yang biasa ia bawa. Setelah menemukan benda pipih dan lebar tersebut, ia langsung membuka aplikasi permainan. The Castle.

"Mau bermain sesuatu?" Namjoon menunjuk iPadnya.

"Sesuatu?"

"The Castle"

"Yang benar saja, Namjoon. Itu permainan anak kecil" Seokjin terkekeh kecil mendengar tawaran Namjoon.

"Tidak. Ini bukan mainan anak kecil. Permainan ini memiliki beberapa peraturan dan perintah"

"Apa itu?"

"Kau harus menyetujuinya dulu. Mau bermain atau tidak?" Namjoon menaikan alisnya menunggu jawaban Seokjin. Seokjin memegang dagunya seraya memperlihatkan wajahnya yang sedang berpikir.

"Ok, Aku bermain." Namjoon terseyum lebar. Seokjin tidak tau apa arti dari senyuman tersebut.

"Baiklah kita mulai. Permainan ini seperti ular tangga, yang sampai pertama di garis finish akan menjadi pemenangnya. Tetapi dipermainan ini yang sampai digaris finish terlebih dahulu akan menjadi raja dan yang terakhir akan menjadi budak. Sangat mudah bukan?" Seokjin mengangguk menanggapinya.

"Ok, peraturan pertama. Kau harus menerima perintah yang apa dikatakan oleh permainan ini." Seokjin diam, ia hanya mengangguk pelan menanggapinya. Namjoon pun melanjutkan perkataannya.

"Kedua, orang yang pertama kali mencapai finish akan menguasai permainan ini"

Walaupun ia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud kalimat terakhir yang diucapkan Namjoon, ia tetap mengangguk karna dia sudah menyetujui permainan ini. Namjoon langsung menaruh iPadnya diantaranya dengan Seokjin.

"Kau duluan." Seokjin lagi-lagi mengangguk dan menekan tombol 'start' yang berada di layar iPad Namjoon. Kedua dadu yang berada diiPad tersebut berputar dan berhenti diangka 6.

Pin berbentuk orang berwarna merah berjalan 6 kali dari start. Tiba-tiba muncul pop-up di layar tersebut saat pin berhenti diangka 6.

'Duduk dipangkuan lawan mainmu dan lepaskan baju yang ia kenakan'.

Seokjin terperanjat kaget dengan pop-up yang timbul. Tetapi Namjoon hanya menaikan alisnya dengan senyum seringai yang tercetak diwajahnya.

"Apa maksud ini, Namjoon?" Yang ditanya hanya terkekeh pelan. Seokjin menyeringit bingung melihatnya.

"Lakukanlah apa yang diperintahkannya, Seokjin"

"Tapi--"

"Tidak ada tapi. Kau sudah menyetuji untuk bermain bukan? Lakukanlah apa yang disuruh." Namjoon tersenyum lebar. Ia menuntun Seokjin duduk dipangkuannya.

"Lepaskan bajuku dan biarkan aku melanjutkan permainan ini hingga selesai." Seokjin yang sekarang duduk dipangkuan Namjoon sudah berkeringat dingin.

Seokjin adalah anak baik-baik. Ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini. Tetapi dia tidak akan mengingkari perkataannya sendiri yang tadi sudah menyetuji permainan ini.

Seokjin perlahan duduk di paha Namjoon. Namjoon yang melihatnya langsung menarik pinggang Seokjin mendekat kepadanya. Ia mendudukan Seokjin tepat dipangkal pahanya. Seokjin ingin menjauh tetapi Namjoon melingkarkan kaki Seokjin ke pinggangnya.

"Nanti kau bisa terjatuh." Namjoon menyeringai. Seokjin bisa merasakan hembusan nafas Namjoon yang hangat diposisinya.

"Ayo Seokjin. Cepat lakukan apa yang diperintahkan." Seokjin menghela nafas pelan. Tangannya yang bergetar membuka satu persatu kancing kemeja yang Namjoon pakai.

Sampai pada kancing yang terakhir. Ia dapat melihat badan Namjoon dari sedekat ini. Badan yang didamba-dambakan oleh seluruh temannya dikampus. Badan yang selalu membuat seluruh wanita dan bahkan laki-laki terpaku melihatnya. Mata Seokjin tidak lepas dari tubuh Namjoon. Ia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya, tangannya yang dingin tiba-tiba saja menyentuh badan Namjoon.

"Seokjin, kau melanggar peraturan. Kau hanya disuruh melepaskan bajuku. Tetapi tangan nakalmu itu sudah berani meraba tubuhku." Namjoon mendesah pelan menatap Seokjin. Ia buru-buru melepaskan tangannya dan menunduk malu.

"Tapi tidak apa-apa, Aku suka itu". Namjoon terkekeh dan terus memperhatikan laki-laki yang berada dipangkuannya. Manis, pikir Namjoon. Seokjin tidak suka diperhatikan seperti ini. Ia menggerakan badannya ke kanan dan ke kiri gelisah.

"Hmm." Namjoon menggeram tertahan. Ia menatap Seokjin dengan nafsu. Seokjin merasakan ada tonjolan dibalik celana jeans yang Namjoon kenakan.

"Ayo kita selesaikan permainan ini." Namjoon langsung menurunkan Seokjin dari pangkuannya. Ia menekan tombol 'done' di iPadnya dan melakukan gilirannya.

---
Hai! Aku bakalan update cerita ini setiap sabtu malam ya! Jadi stay tune, jangan lupa vote dan comment ya! -s

The Castle [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang