~BAD BOY juga seorang manusia yang memiliki hati dan perasaan seperti orang kebanyakan~
*****
WILDAN bersama dengan dua orang rekannya sedang terduduk di ruang tamu sembari memainkan game di ponsel masing-masing. Sesekali mereka menghisap dalam-dalam sebelum mengembuskan asap rokoknya ke udara bebas.
"Wil, katanya kemarin lo berantem lagi sama Arlan?" tanya Axel. Pria itu meletakkan ponselnya, juga meletakkan rokoknya ke atas asbak.
"Ho-oh," sahut Wildan malas. "Lo tau sendiri kan kalau gue paling gak suka liat muka dia."
"Kok lo bisa sih ketemu sama dia?" tanya Axel.
"Tanyain noh sama si kampret!" Wildan menunjuk Leon yang duduk di sekitarnya menggunakan dagu.
Leon yang merasakan perhatian sedang tertuju padanya lantas mengajukan banding, "Ya mana gue tau kalau si berengsek Arlan ada di sana."
"Terus pas istirahat tadi lo kemana? Gue ke kelas lo, tapi kata Hardi lo keluar." lanjut Axel.
Wildan mendesah pelan, "Gue ketiduran di UKS."
"Lu sakit?" Axel memandang wajah Wildan saksama setelah memberi pertanyaan.
"Ya kagak lah bangsat! Gue ke UKS karena guru matematika gue lagi punya urusan."
"Bukannya lo emang sakit?" timpal Leon.
"Gue sakit apaan? Hah?!" sambung Wildan dengan gelak emosi.
"Lu sakit jiwa."
"Bangsat lu! pala lu kali yang sakit jiwa." Balas Wildan dengan jitakan yang mendarat mulus di kepala Leon. "Gue mau balik ke rumah gue dulu, capek seharian manjat pagar." Tiba-tiba Wildan mengucap pamit.
"Lo gak mau nongkrong dulu? Besok kan libur." Tanya Leon.
"Gue ngantuk."
"Dasar lemah," cibir Leon.
"Serah lo bangsat mau ngomong apa."
Hanya butuh lima menit untuk Wildan sampai ke rumahnya dengan motor berwarna hitam kesayangannya. Dia langsung masuk ke dalam setelah menyimpan motornya di garasi berdekatan dengan mobilnya.
"Ma. Wildan pulang!" teriak Wildan sambil mengetuk pintu rumahnya.
Dan pintu rumah terbuka menampilkan sosok wanita. "Kenapa gak nginep aja di rumah Axel atau di rumah Leon?" wanita itu memberi pertanyaan diikuti pergerakan tangan yang terangkat dan berakhir terlipat di depan dada.
"Wildan kan anaknya Mama, ngapain juga nginep di rumah mereka?"
Sang mama mengembuskan napas pelan, "Mama gak punya anak bandel yang modelannya kek kamu."
"Dih, sok-sokan gak mau ngakuin. Padahal kan Wildan hasil goyangan Mama sama Papa juga."
Rena memelotot tidak percaya. Bagaimana bisa anak laki-lakinya membicarakan hal sensitive seperti itu di depannya. Segera wanita itu mengangkat tangan dan menjewer telinga putranya.
"Sakit, Ma." aduh Wildan.
"Makanya kalau ngomong jangan asal nyeplos! Heran yah, kamu dapat gen dari mana sih? Kok bisa ya, saya punya anak yang modelannya kek kamu."
"Kalau gen ganteng gak usah diragukan lagi, pasti dari Mama." Gombal Wildan. Berharap mamanya luluh sehingga melepas jewerannya. "Tapi kalau gen berandalan jangan tanya sama Wildan!"
Mama mengerutkan kening, juga menurunkan tangan yang sempat menjewer telinga Wildan.
"Gen berandalan kan turun dari Papa. Kan Mama sendiri yang bilang kalau Papa juga anak berandalan pas SMA. Sah-sah saja dong kalau sifat Wildan ikut sama Papa." Wildan pun berlari menuju kamar atau sang mama akan menjambak bibirnya yang asal ceplos.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY BAD BOY (PRE-ORDER OPEN) ✔
Novela Juvenil《PRE-ORDER NOW!!!》 Tujuan Salsa datang ke rumah Wildan semata-mata untuk mengambil barang miliknya yang tertinggal di mobil pria itu. Namun siapa sangka. Secara tak sengaja Salsa mendengar pria itu berkeluh kesah sembari menjemur kasur di beranda ru...