~Mungkin aku saja yang terlalu bodoh karena mempercayai ucapan seorang berandalan seperti dia~
*****
SETELAH upacara bendera berakhir, semua siswa kembali ke habitatnya masing-masing. Tak terkecuali Salsa, gadis itu sedang membuka-buka lembar buku matematikanya memeriksa jawaban yang ditulisnya apakah sudah benar atau justru masih ada yang perlu diperbaiki.
Tak lama berselang guru matematika pun datang dan segera mengambil posisi duduk menghadap murid-muridnya.
"Selamat pagi anak-anak," bapak guru membuka obrolan.
"Selamat pagi, Pak!" jawab murid-murid hampir serempak.
"Apakah minggu lalu saya memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah?" tanyanya dengan satu buah alisnya yang terangkat.
"Tidak ada, Pak!" jawab beberapa murid yang duduk di kursi depan dengan suara samar-samar.
"Ada!"
Salsa terkejut ketika dirinya menjadi sumber perhatian teman kelasnya yang lain. Nyalinya langsung menciut, terlebih saat bola matanya merekam Aliya sedang menatapnya buas. Salsa juga dibuat bingung, Apa yang salah dari omongannya barusan, apakah berbicara jujur pun dilarang di kelas ini?
Mendengar dua jawaban yang berbeda membuat pak guru mengernyit bingung. Sudah jelas, salah satu diantara mereka pasti ada yang mengeluarkan kalimat dusta.
"Kau yang duduk di pojok belakang. Bawa bukumu ke sini!" titah bapak guru diakhiri gestur memanggil.
Salsa pun maju ke depan dengan iringan pasang mata yang lebih ke arah sinis. Sejauh ini ia belum juga mengerti kenapa hampir seluruh penghuni kelas malah menatapnya seperti itu? apakah mereka merasa terintimidasi setelah mendengar kejujuran yang dilayangkan oleh Salsa?
"Ini Pak buku saya," Salsa lalu menyengir sambil memberikan buku tulisnya kepada bapak guru.
Bapak guru memeriksa sebentar lalu mengudarakan buku tulis milik Salsa kepada murid-muridnya yang lain, "Siapa yang tadi bilang gak ada tugas? HAH!?" pekiknya tegas sambil memelotot memperhatikan muridnya satu persatu. "Jangan memanfaatkan kekurangan saya dalam hal mengingat!"
Semua murid memilih diam.
"Untuk yang belum menyelesaikan tugas ini silakan angkat kaki dari kelas saya, SE-KA-RANG!" bentaknya sambil menunjukkan letak pintu keluar.
Dan akhirnya tujuh orang murid memilih bangkit dari duduknya. Wildan dan juga Aliya termasuk dalam kategori itu.
Perlahan-lahan Salsa sudah menemukan jawaban atas tatapan sinis yang diperlihatkan oleh Aliya beberapa detik yang lalu.
"Kau boleh duduk!" Salsa mengangguk setelah bapak guru mengembalikan buku tulisnya.
"Gue khawatir Aliya bakalan nyerang lo," ujar Vani tepat setelah Salsa mendudukkan tubuhnya di kursi.
Dengan lipatan-lipatan kecil di dahinya, Salsa pun membalas ucapan Vani, "Maaf tapi salah gue di mana sampai dia bakalan nyerang gue."
"Karena lo, dia sampai dihukum," celetuk Lina yang duduk di sebelah Vani.
"Kan gue cuma ngomong jujur. Terus salahnya di mana?" tanya Salsa pelan, takutnya bapak guru yang sedang menulis di white board mendengar ucapannya.
"Kenyataannya lo gak salah apa-apa, tapi faktanya Aliya bukanlah orang yang bisa nerima gitu aja. Dia pasti bakalan ngelabrak orang yang udah ganggu hidupnya." jelas Lina dengan menggambar air muka prihatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY BAD BOY (PRE-ORDER OPEN) ✔
Fiksi Remaja《PRE-ORDER NOW!!!》 Tujuan Salsa datang ke rumah Wildan semata-mata untuk mengambil barang miliknya yang tertinggal di mobil pria itu. Namun siapa sangka. Secara tak sengaja Salsa mendengar pria itu berkeluh kesah sembari menjemur kasur di beranda ru...