~Lebih baik menceritahu sebelum melabeli seseorang. Karena apa yang disaksikan oleh mata belum tentu benar~
*****
SALSA kembali duduk di kursinya pasca Aliya membuatnya tersungkur sekaligus membuatnya harus menahan malu di depan Wildan. Sekarang Salsa sudah tahu nama pria itu berkat gadis berkacamata bernama Lina yang duduk di depannya.
"Lo pasti laper kan?" Lina menoleh ke belakang dan menanyai Salsa pertanyaan itu.
"Iya," singkat Salsa.
"Lo pasti masih malu kan ke kantin karena hari ini hari pertama lo masuk sekolah?" Vani alias teman duduk Lina juga ikut menoleh memperhatikan Salsa dengan empati.
"Iya." Salsa kembali menjawab dengan singkat.
"Kita ke kantin bareng yuk!" ajak Vani.
"Ayo!" jawab Salsa.
Mereka bertiga pun bergegas ke kantin sebelum pelajaran selanjutnya di mulai.
Di kantin Salsa tidak banyak bicara dengan dua orang gadis yang duduk di hadapannya. Selain karena masih canggung, Salsa juga tidak tahu harus memulai dengan pembahasan apa. Bahkan ketika makanan dan minumannya ludes sekalipun Salsa masih merapatkan kedua sisi bibirnya.
"Lo pasti kesal kan karena ulah Aliya?" tanya Lina.
Salsa mengangkat dagu menatap dua gadis di seberangnya saling bergantian.
"Lo sabar aja Sal ngehadapin Aliya!" ujar Vani sembari memaksakan senyum. Dia juga tidak yakin apakah Aliya akan berhenti menjadi perundung dalam kehidupan Salsa dalam waktu dekat? Tapi setidaknya dia harus menyemangati Salsa untuk saat ini.
Dalam diamnya Salsa tak sengaja memperhatikan sekelilingnya. Ada salah satu tempat yang membuatnya tak mau berhenti memandang ke sana. Di sudut ruangan kantin ada satu meja yang diisi oleh tiga orang pria di mana Salsa meyakini bahwa salah satu pria tersebut adalah Wildan, teman kelasnya. Yang membuat Salsa agak bingung adalah menyaksikan Wildan sedang tertawa lepas bersama kedua rekannya. Padahal waktu di kelas pria itu bahkan terlihat dingin.
"Itu teman-temannya Wildan. Satu sekolah sepakat menamai geng mereka dengan sebutan CRUSH." Lina yang menyadari tatapan Salsa terpaku pada Wildan akhirnya menjelaskan.
"CRUSH?" ulang Salsa.
"Iya. Mereka bertiga emang udah kayak perangko sejak awal masuk SMA." Lina masih betah menjelaskan panjang lebar, "Makan bareng, bolos bareng, ngerokok bareng, sampai dihukum pun barengan."
"Ngerokok? Di sekolah?" tanya Salsa tak percaya.
"Iya. Semua siswa udah tahu kok kalau mereka suka ngerokok. Hanya saja gak ada satu pun dari kami yang berani ngelaporin mereka. Bisa-bisa digorok leher kita sama anggota CRUSH." kini giliran Vani yang menjelaskan hal-hal yang diketahuinya tentang Wildan dan anggota berandalannya yang dinamakan CRUSH.
Salsa mengangguk paham.
*****
SETELAH jam istirahat berakhir, Salsa tak melihat sosok Wildan lagi. Gadis itu hanya menemukan ransel abu-abu milik pria itu yang dibiarkan begitu saja di atas mejanya. Waktu sang guru mengabsen pun hampir semua murid malah memberi alasan katanya Wildan ijin karena sakit perut. Tapi Salsa tidak yakin dengan itu, bisa saja kan Wildan mengancam teman kelasnya. Secara kan dia terkenal dikalangan murid sebagai pria nakal.
Salsa memeriksa jam. Sudah lima belas menit sejak bel pertanda pulang menggema dari pengeras suara. Sekarang kelas hanya menyisakan Salsa seorang. Bukannya mau mengulur-ulur waktu, Salsa hanya tak mau Aliya kembali memperundingnya dengan alasan yang tidak masuk akal seperti kodrat. Oleh karena itu Salsa sengaja membiarkan Aliya pulang duluan sebelum tindakan bullying kembali menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY BAD BOY (PRE-ORDER OPEN) ✔
Fiksi Remaja《PRE-ORDER NOW!!!》 Tujuan Salsa datang ke rumah Wildan semata-mata untuk mengambil barang miliknya yang tertinggal di mobil pria itu. Namun siapa sangka. Secara tak sengaja Salsa mendengar pria itu berkeluh kesah sembari menjemur kasur di beranda ru...