Wedding Day

113 3 0
                                    

"Saya menyukai Devhina. Saya tahu, mungkin alasan ini sangat kurang jika dibandingkan dengan rasa yang Devhina miliki untuk saya selama ini. Tapi, jujur saja.. sejak pertama bertemu Devhina, saya tertarik dengannya. Dia unik, dia juga baik. Saya pikir dia bisa mendampingi saya yang usianya sudah tidak terlalu muda ini. Saya mencari istri, oleh sebab itulah saya langsung melamarnya tanpa berpacaran terlebih dahulu, dan saya serius dengan Devhina." jawab Marchel tenang.

"Saya sangat menyayangi Devhina. Apapun akan saya lakukan demi kebahagiaan dan keselamatannya. Dan saya pikir, untuk saat ini.. tidak ada yang bisa saya lakukan selain merestui pernikahan kalian." jawab Inggrid sambil tersenyum lembut.

>>>>>>>>>

Author's POV

Setelah acara lamaran yang singkat itu, keesokan harinya Marchel kembali datang ke rumah Devhina dengan membawa serta mamanya. Mereka pun mulai membicarakan segala hal mengenai persiapan pernikahan mereka.

"Jadi, kira - kira kapan kalian mau meresmikannya?" tanya ibu Marchel, Tiwi.

"Sebaiknya sih, secepatnya. Kalau saya, saya maunya tiga minggu dari sekarang." jawab Marchel.

"Tiga minggu? Apa tidak terlalu cepat? Kitakan sama sekali belum memulai persiapan." ucap Inggrid.

"Iya, mama pikir juga begitu. Kalau menurut kamu bagaimana, Devhina?" tanya Tiwi.

"Kalau aku, ikut aja baiknya gimana menurut kak Marchel." jawab Devhina patuh.

"Wah, belum jadi istri sudah patuh ya.. beruntung kamu, Marchel. Hahaha." canda Tiwi yang dibalas tawa oleh Inggrid dan senyuman malu oleh Devhina. 

"Ya sudah, berarti hari Sabtu, 31 Agustus 2019 ya. Kalau begitu dari besok kita sudah harus mulai persiapannya. Dari busana, catering, undangan, dekorasi dan tempat, dokumen untuk pendaftaran pernikahan dan penghulunya." ucap Inggrid.

"Ah iya, kalau boleh saya ingin acara ini bersifat private, tidak perlu ada media yang meliput ataupun mengundang orang yang berhubungan jauh dengan kita. Karena jujur saja, saya kurang suka kehidupan pribadi saya dijadikan bahan perbincangan oleh orang - orang. Jadi, saya ingin pernikahan ini hanya mengundang keluarga dekat, dan teman - teman terdekat saja, kalau bisa maksimal seratus orang. Untuk dekorasi dan tempat, sudah saya siapkan. Untuk hal lain saya saya mohon bantuan mama, tante, dan Devhina." ucap Marchel.

"Oh, baik kalau begitu, tante sih setuju setuju saja, tinggal bagaimana Devhina nya." jawab Inggrid.

"Aku setuju. Aku juga maunya konsep pernikahan yang sederhana dan private. Untuk busana, biar aku yang handle." jawab Devhina dengan senyuman.

"Okee, untuk catering, nanti biar Mami yang handle. Jadi sekarang kita tinggal persiapkan dokumen - dokumennya saja ya." ucap Inggrid.

Saat mereka sedang sibuk membicarakan soal persiapan pernikahan Devhina dan Marchel, seseorang muncul dari pintu depan rumah Devhina sambil menggeret koper berukuran sedang yang langsung disambut antusias oleh Devhina.

"PAPIIII!!!" teriak Devhina histeris sambil berlari dan memeluk pria yang baru saja masuk ke rumahnya yang ternyata adalah ayah kandung Devhina, Edward.

"Halo, sayang.. gimana kabarmu? Kamu sehat?" tanya Edward yang masih memeluk Devhina sambil mengusap kepalanya.

"Aku sehat, Papi gimana? Kok enggak bilang - bilang mau pulang? Kan nanti bisa Devhina jemput." tanya Devhina.

"Lho, kalau kamu jemput Papi, kasihan dong calon menantu Papi ditinggal sendirian? Hahaha." goda Edward.

"Ih, Papi.. yaudah ayo duduk. Kita lagi ngomongin soal pernikahan aku." ajak Devhina sambil menggandeng tangan ayahnya.

Let's Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang