🍨

1.6K 255 7
                                    

"Get it! Shake it! Wooo!"

Minho menari dengan riang bersama Felix, adiknya di sebelah mengikuti setiap gerakan itzy di sana. Mereka dengan kompak menarikan lagu ICY.

"Woo tidak ada dalam lirik Hyung."

"Hufft." Minho istirahat sejenak sambil mengelap keringat yang membasahi poninya. Matanya melirik jam yang telah memasuki pukul 5 sore. Oke, berapa lama dia bermain di sini ? Kemana saja Jisung hingga belum datang menjemput ?

"Ayo, mandi-"

"Aku tak mau mandi."

"Bagaimana bisa Jisung bertahan dengan Namja pemalas mandi sepertimu ?!"

Minho bangkit dengan tatapan marah yang menggemaskan. "Walaupun seperti itu. Dia-"

"Terpaksa." Potong Felix sambil terkekeh.

"Holy crap, Aku akan mandi. Mana handuknya, ?" Minho menadahkan tangannya ke arah Felix.

Felix mendengus. Lalu mengambilkan handuk dan baju gantung untuk Hyung pemalasnya itu. "Bagaimana kau lupa tata letak barang di rumah yang kau tinggali sedari ke-"

"Just shut up, asshole!"

"Wah, wah, wah. Hyungku sekarang sudah pandai bicara kasar." Puji Felix sakartis.

Minho merebut handuk di beri Felix. "Aku berlatih untuk itu. Supaya Jisung menghukum ku hehehehe~"

Felix memasang wajah datar, sangat datar, saat mendengar alasan super ghaib yang tidak pernah ia dengar di muka bumi ini. Lee Minho, kakak kandung yang lahir 2 tahun duluan daripada dirinya. Yang menyerah dengan pelajaran bahasa inggris sejak 6 tahun lalu sekarang belajar bahasa inggris yang lebih spesifiknya, kata umpatan untuk mendapatkan hukuman mesum dari Jisung. ASTAGA!

"Hyung, benar benar! Kalau Eomma tahu uang jajanmu akan di potong 90% loh Hyung."

"Kan ada uang Jisungie yang banyak sekali."

Astaga- Namja kucing ini. Minta di tabok dengan sapu lidi.

_

Jisung melemparkan dua kantung plastik ke dalam pembakaran umum. Melihat dengan tatapan datar ketika api mulai melahap kantung plastik berisi daging manusia yang telah Jisung cingcang sedemikian rupa dan menghasilkan bau aneh ketika daging manusia itu mulai terbakar.

"Merepotkan." Gumamnya pelan lalu meninggalkan tempat pembakaran sampah itu.

Tanpa ia sadari ada yang melihat ia datang sedari tadi.
_

"Dimana dia ?" Tanya Jisung ketika tiba di rumah orang tua Minho.

Felix yang membukakan pintu mempersilakan Jisung masuk terlebih dahulu. "Dia tertidur setelah makan dan mandi karena kau lama sekali datang. Kemana saja kau ?"

"Mengurus sesuatu yang penting sebelum kami pindah." -seperti sisa hama menjijikan.'

"Kau serius ingin membawa pria manja itu pindah ?"

Jisung mengangguk.

Ia menaiki tangga satu persatu dengan Felix di belakang. "Jisung, kau tau masalah yang menimpa Hyunjin ?"

"Hn."

"Untung saja ia masih bisa selamat."

Jisung terhenti di anak tangga kesembilan belas, membeku. Tak menoleh ke Felix di belakang.

"Tapi Hyunjin tidak bisa bicara, ia perlu operasi plastik untuk membuat wajahnya yang hancur itu kembali seperti semula. Meskipun tidak bisa kembali 100%. Aku turut berduka cita atas hal menimpanya. Bagaimana kalau kita menjenguknya ?"

Telinga Jisung berdengung, gigit nya bergemelutup marah. Tangannya mengepal, kukunya memutih. 'Sial, kenapa hama itu tidak mati saja ? Bagaimana kalau ia kembali menggoda Minho ?'

"Jisung ?" Panggil Felix lagi saat di rasa teman baiknya itu tak mendengarkannya.

"Ah, kau dan Changbin hyung saja duluan menjenguknya. Aku dan Minho akan menyusul."  Jisung menoleh dengan senyuman aneh di matanya. Menyembunyikan hazel di balik kelopak mata.
_

Jisung menggendong Minho dengan perlahan, menggendong ala bridal style dan membawanya menuruni tangga dengan sangat hati hati.

"Jangan mengebut!" Pesan Felix di ambang pintu.

Jisung mengangguk, "Kau tak perlu khawatir, bodoh."

Felix menatap mobil sedan merah itu pergi meninggalkan pekarangan rumah. Entah kenapa ia merasa aneh dengan sifat Jisung sekarang ini.
_

Jisung meletakan Minho di atas tempat tidurnya dan mulai melepaskan hoodienya, matanya melirik sekilas ke arah Minho yang tampak menggigil dalam tidurnya. Jisung jadi tidak tega, ia menaiki ranjang dan menarik badan itu ke dalam pelukannya.

Menghadapkan wajah itu ke arahnya, "Minho, aku mencintaimu." Ujar pelan dan sangat yakin Minho tak akan membalas perkataannya karena namja manis itu tampak lelap dan nyaman dalam tidurnya.

"Aku juga mencintaimu, Jisungie." Balas Minho tiba tiba membuka matanya.

Jisung tersentak kaget lalu tertawa pelan, mendekatkan wajahnya dan mulai menempelkan bibir yang tidak ia sentuh dari pagi tadi. Minho membalas ciuman Jisung dan membawa tangannya memainkan rambut belakang milik Jisung. Memberitahu betapa ia menikmati setiap sentuhan Jisung berikan.

Setelah usai mendominasi mulut Minho, Jisung menarik dirinya. Menyisakan jembatan saliva yang panjang di antara bibir mereka.

"Aku sudah mengurus semuanya. Kita akan pindah sebentar lagi,"

"Sungguh ?!" Minho menatap kedua hazel Jisung dengan tatapan berbinar binar.

"Iya. Jauh dari sini, kau tak perlu takut lagi."
_





Aku selalu bertanya dalam hati, kenapa aku sgt menikmati nulis cerita gaje kek gini_-

Lavender [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang