🍳🍳

1.4K 214 4
                                    

*Flashback on

Minho bingung dan ketakutan ketika keluar kelas, ternyata Jisung tengah menunggunya.

"Hai, Jisung." Sapa Minho malu malu. "Apa ini di perintahkan Felix ? Seharusnya kau tidak perlu repot repot mau melakukannya."

"Tidak, Felix tidak meminta apapun padaku hari ini atau sebelumnya." Jisung bangkit dan mulai mendekati Minho.

Minho terlihat sekali ketakutan dan gelisah. Namja manis itu melangkah mundur setiap kali Jisung mengambil satu langkah.

"Kenapa ?"

"Apanya ?"

"Kau mundur ?"

Minho tidak bisa menjawab.

"Kau takut padaku ?"

Minho masih enggan menjawab. Dia bahkan berhenti menghindar sekarang. Takut terlihat kentara sekali di depan Jisung tengah menghindar.

"Padahal beberapa minggu lalu aku sangat yakin sekali kau masih menonton aksi panggung ku."

Minho membuka matanya. Menatap Jisung tak percaya. Jisung tahu ?

"Kenapa kau berhenti menonton penampilan panggung ku ? Apa perfomaku mengecewakan mu ? Apa aku melakukan kesalahan di atas panggung ?"

Jisung berhasil menyudutkan Minho ke dinding. Tidak ada lagi tempat untuk kabur, Minho terkurung antara dinding dan Jisung di depannya. Di tambah lorong di depan kelas Minho terlalu sepi karena memang Minho adalah penghuni terakhir yang keluar kelas.

"Tidak, kau tidak melakukan kesalahan di atas panggung Jisung-ssi."

"Lalu ? Apa yang membuatmu berhenti menonton ku ?"

Minho tak mengerti. Kenapa Jisung menuntut sekali alasannya ? Tidak mungkin Minho berteriak tepat di depan wajah Jisung kalau ia cemburu atas interaksi Jisung dan Yuna kan ?

"Emang kenapa kalau aku tidak menonton mu ?! Ada dan tidak adanya aku tak akan berpengaruh dengan perfoma panggungmu." Teriak Minho dengan terengah engah. Jisung terlihat terganggu dengan perkataan Minho. Apa ada kalimat yang salah di perkataan Minho barusan ? Kenapa Jisung terlihat marah sekali.

"Kau tau ?! Aku menyukaimu. Sakit sekali melihatmu berinteraksi dengan penggemar mu. Padahal pada dasarnya hubungan kita bukan apa apa. Kau saja mungkin tidak tahu kalau aku bernafas."

"Kau salah. Aku tahu kau berada di sana di meja paling pojok. Selalu menatapku tanpa kedip apalagi saat ku mengelap keringat atau sedang minum setelah perfomaku." Minho membeku ketika Jisung membahas kebiasaan buruknya. Pipinya memerah padam.

"Kau sudah terlalu jijik untuk itu kan ? Menyingkirkanlah dari hadapanku kalau begitu atau aku akan mencium bibirmu itu." Ancam Minho dengan keberanian hanya seupil. Dia sungguh sungguh tidak serius dalam ucapannya.

Jisung memejamkan matanya. "Kalau begitu cium bibirku sekarang." Ujarnya yang telah siap untuk di cium Minho.

"Ayo cepat. Kalau tidak aku tidak mau menyingkir dari jalanmu." Desak Jisung.

"Apa sebenarnya kau ingin kan ?" Teriak Minho frustasi.

"Aku mempunyai perasaan sama sepertimu."

"Kau tidak mengerti perasaanku padamu."

"Tentu saja aku mengerti. Sangat tidak menyenangkan menjalani hari tanpa melihatmu di sana. Aku selalu berharap kau datang karena aku merindukanmu,"

"Bohong." Tuding Minho.

"Apa yang harus ku lakukan untukmu agar kau yakin ? Kau ingin aku membuktikan cintaku dengan sekotak cokelat dan sebuket bunga mawar ? Aku bisa membelikannya sekarang untukmu."

Minho langsung tergagap. "Bu-bukan seperti itu!"

"Jika kau menerimaku aku akan berhenti bekerja di Caffe. Aku akan berhenti mengerjakan sesuatu yang membuatmu cemburu. Aku akan selalu ada untukmu, kau dapat menganggumi diriku untuk dirimu sendiri."

"Kalau aku menolakmu ?" Tanya Minho jahil. Entah kenapa ada rasa menyenangkan saat tahu cinta tidak di tolak. Minho dapat merasakan berjuta kepak sayap kupu kupu menggelitiki perutnya. Ia bahagia sekarang.

"Tidak, Minho. Karena aku akan memberimu hanya dua pilihan. Yes or Yes ? Silahkan pilih untuk itu."

"Kau pemaksa sekali." Jisung menarik Minho ke dalam pelukannya tidak perduli sindiran Minho barusan. Jisung tidak perduli. Karena perasaannya terasa bahagia saat ini, dan Jisung tak akan berhenti. Cukup rasa menjijikkan dan kecewa yang terus mengerumuni mulutnya ketika tahu Minho tidak datang.

Jisung tidak mau merasakan itu lagi.
_

"Jisung- Lihat! Aku menggambar dirimu!" Minho memperlihatkan hasil karyanya. Ini hari pertama mereka akan pergi berkencan. Jisung tergelak melihat hadiah kecil dari sang terkasih.

"Kenapa ? Aku buang-"

"Tidaak!" Jisung dengan cepat mengambil kertas HVS ukuran A4 yang bergambar dirinya itu dan segera menjauhkannya dari tangan Minho yang hendak merebutnya kembali.

"Waeeee ?" Protes Minho kesal. Tapi ia tidak bisa marah terhadap kekasihnya.

"Why would i throw away something so precious ?" Jisung segera menyimpan kertas itu ke dalam sakunya.

"Artinya ?" Tanya Minho polos. Jisung langsung mencubit pipi Minho gemas.

"Kawwu ngwomwonngnywa terlalwu cepwat!" Protes Minho dalam siksaan Jisung ke pipinya.

"Mengapa aku harus membuang sesuatu yang sangat berharga ?"

Pipi Minho yang awalnya sudah merah akibat cubitan pipi bertambah merah saat Jisung mengatakan hal itu.

"Bukan karena sesuatu itu jelek-"

"Kau tidak perlu berbohong."

"Ini tidak jelek. Hanya sangat jelek."

"Jisung!!!!"

"Hahahaha~"

Melihat Jisung tertawa membuat Minho perlahan mengembang senyum bahagia. Ia tak menyangka akan mendapatkan lelaki yang selama ini ia sukai.

"Aku mencintaimu, Lee Minho."

"Nado, Jisungie."

*Flashback off



_

Bentar lg ff ini akan berakhir~~~ yeay

Lavender [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang