🌺

1.5K 232 5
                                    

"Minho segera tinggalkan Jisung. Aku yakin ada yang salah dengan kepribadiannya," 9 tahun berlalu setelah meninggalkan bekas luka tapi lelaki di depannya mengatakan hal itu tepat di depan Minho ?

"Kenapa aku harus ?!" Minho berteriak tidak terima. Chan terlihat frustasi.

"Aku tanpa sengaja melihat gerak geriknya. Dia berba-"

"Kau yang berbahaya! Bagaimana bisa kau melihat seseorang layaknya penguntit ?" Potong Minho sebelum Chan menyelesaikan kalimatnya.

"Bukannya kau jijik untuk terus di ikuti sepanjang hari oleh penguntit, tapi kenapa kau melakukan itu ke namjachinguku ?" Chan tahu Minho mengungkit masa lalu mereka. Tapi ini bukan waktu yang tepat membahas itu.

"Berhenti menyuruhku kau bukan seseorang yang perkataan harus kuturutin." Setelah mengatakan itu Minho menghempas tangan Chan ketika pemuda pucat itu berusaha menahan tangannya.

_

Minho menghempaskan badannya di atas ranjang double size, Jisung sulit di hubungi di tambah tadi ia bertemu dengan cinta pertamanya. Seseorang membuatnya mengerti arti self harm. Yang membuatnya mengerti bagaimana melukai diri sendiri membuatnya lebih baik meski dalam waktu singkat.

"Dia terus berteriak padaku, mengusirku dan mengatakan aku hanya menganggunya sepanjang hari--"

Minho memejamkan matanya erat mengingat betapa menyakitkannya ucapan kebencian penuh kebencian yang di lontarkan Chan ke dirinya sewaktu tahun pertama di akademi khusus laki laki.

"You know what Minho-ssi? DO YOU KNOW WHY NOBODY LIKES YOU ?" Minho mengingat jelas bagaimana Chan begitu marah padanya. Rahangnya mengeras, giginya mengertak, dan tangannya mengepal.

"YOU'RE FUCKIN' ANNOYING! THAT'S WHY EVERYBODY HATES YOU, YOUR FATHER LEFT YOU, AND WHY I DON'T LIKE YOU!" Teriak Chan waktu itu. Itu bukan sekali pertama kalinya Chan berteriak seperti itu padanya.

Saat itu Minho hanya anak kecil yang tak tahu apa apa. Hanya anak kecil polos yang malu malu ingin memberitahu perasaan ke Sunbae yang ia sukai.

Tapi gara gara perkataan Chan waktu itu memberikan doktrin ke otak Minho hingga Minho jadi berpikir yang tidak tidak tentang Ayahnya dan alasan kenapa Ayahnya dengan teganya mengirim dirinya ke akademi khusus laki laki. Ia frustasi dan berakhir melukai dirinya sendiri. Tentu saja Minho sempat masuk ke rumah sakit jiwa selama 3 tahun lamanya.

Hingga Minho kembali merasakan dunianya kembali berwarna, dan indranya kembali hidup kembali dapat merasakan sekitar. Minho di nyatakan sembuh.

Karena keasyikan melempar diri ke kenangan pahit. Tanpa sadar Minho tertidur. Mungkin dirinya terlalu lelah ketika mengingat semuanya yang menyakitinya.
_

Minho bisa merasakan usapan lembut di pipinya, perlahan ia membuka matanya dan menemukan Jisung tengah tersenyum lembut ke padanya.

"Jisung, aku mengalami mimpi buruk. Namja itu kembali," Bisik Minho berpikir pertemuannya dan Chan hanya sekedar bunga mimpi. Jisung masih setia mengusap pipinya.

"It's okey...it was a nightmare. I'm here for you, dear." Minho perlahan bangkit. Ia menatap Jisung lamat. "Kalau dia kembali. Aku bisa mengusirnya untukmu, dear. Kau tak perlu khawatir." Lanjut Jisung dengan nada menyakinkan.

Hening beberapa saat membuat Jisung perlahan khawatir.

"Kenapa hm ?" Tanya Jisung aneh karena Minho tengah menatapnya lekat. Seperti ada sesuatu yang serius tengah di pikirkan Namja itu.

"Jisung mau menikahi Minho ketika kita wisuda nanti di masa depan ?" Tanya Minho polos.

Jisung meraih tangan Minho dan melegakannya di atas tangannya. Memainkan jari mungil Minho. "Aku pernah mengatakan dan berjanji padamu, aku akan membuat jari manismu mengunakan cincin terbaik dan membuat mulut mungil mu mengucapkan janji suci di depan Tuhan dan pendeta atas cinta kita. Bersamamu hingga rambut kita berganti warna menjadi putih dan duduk bersebelahan di kala senja itu adalah tujuan akhir dalam hidupku. Tidak ada lagi selain itu. Sampai saat itu tiba tunggulah dengan sabar, dear."

Minho perlahan berkaca kaca. Ia langsung menerjang tubuh Jisung dan memeluk lelaki itu erat.

"Aku akan menunggu, aku akan menunggu untuk itu." Isaknya sambil menangis bahagia di dalam pelukan Jisung. Jisung tak mau menenangkan Minho karena ia tahu, Namjachingu dalam keadaan bahagia. Dan dia bahagia kalau Namjachingunya bahagia.

'Dan, aku akan menyingkirkan Namja itu terlebih dahulu, dear.' Janji Jisung dalam hati. Matanya menatap menakutkan ke arah dinding rumah mereka. Hasrat membunuhnya mendadak membuncah.

Lavender [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang