"Bagaimana pindahannya hyung ?"
Minho memainkan jari kakinya. "Lancar, dan melelahkan. Masih banyak barang yang tersimpan dalam box dan kardus."
"Kau tidak membantu apapun kan hyung ?" Tuduh Felix curiga.
Minho menyengir tanpa merasa bersalah, "Aku lelah lix."
"Lelah kenapa ?"
"Lelah memberi semangat ke Jisung. Hehehe..,"
"..."
"Hehehe."
"Jika kau terus bermalas malasan, kau akan berubah menjadi babi gemuk pemalas, hyung. Coba lihat dirimu sekarang ? Berat badanmu naik 3 kilo kan 2 hari lalu ?" Minho membeku. Kata kata Felix begitu menusuk.
"APAA ? AKU-"
"Terima saja nasibmu, my stupid bro. Ubahlah dirimu, sebelum Jisung benar benar ke picut uke yang lebih cantik dan rajin di bandingkan kau, Hyung."
Minho menatap ujung kakinya. Mengulang perkataan Felix di dalam benaknya. 'Aku harus diet. Atau tidak, Jisung akan meninggalkanku,'
_Alis Jisung sebelah terangkat. "Minho, kenapa kau menyisakan banyak nasi di mangkukmu ?"
"Aku sudah kenyang Sung."
"Tapi kau hanya makan separuh atau seperempat, nanti kau lapar bagaimana ?"
"Aku akan makan lagi. Jangan khawatir."
Jisung hanya memandang Minho dengan tatapan khawatir, tapi ia menggelengkan kepalanya mengusir semua duga dugaan buruk yang bersarang di kepalanya. Mungkin Minho terlalu banyak makan Chiki Chiki hingga dia tak sanggup menghabiskan nasi.
_"Minho, aku ingin bicara."
Minho mendudukan dirinya di kursi di seberang meja makan.
"Ini bukan sekali atau dua kali, kenapa kau tidak menghabiskan makananmu ? Apa kau ingin menu yang lain ?"
Minho menggeleng.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi-" Jisung menatap kedua netra Minho lekat dengan sorot memohon. "Kau seharusnya tidak membuang buang makananmu. Kau tau di luar sana banyak yang kelaparan ? Kau seharusnya bersyukur memiliki makanan yang cukup dan enak."
Minho terdiam, kepalanya menunduk tak berani tatap hazel itu. Kaki yang ia lipat bergerak gelisah. Dia tidak bisa membantah kalau Jisung mulai berkata penuh dengan nada pengertian.
"Kalau begitu kurangkan porsi makan ku." Ujar Minho yang berharap Jisung akan mendengarkannya tapi tidak sesuai ekspetasi, Jisung malah memasang wajah datar dan berusaha terlihat ramah. Minho tahu Jisung berupaya tidak marah.
"Minho, aku tak ingin kita bertengkar. Aku sangat yakin ada sesuatu yang terjadi padamu, kau tidak seperti biasanya. Jangan diam, Minho. Setidaknya beritahu aku. Jika Kau terus seperti ini, ini akan membuat kita saling menyakiti."
Tapi bujukan Jisung tak berhasil. Minho tetap diam, meski separuh hatinya sudah mulai memberontak ingin memberitahu sebenarnya ke Jisung.
'Tenang Minho, Jisung tak akan berteriak dan marah padamu. Jisung akan selalu tersenyum, kau pasti bisa melewati situasi ini.' Batin Minho menanam sugesti dalam dalam agar tidak goyah. Dia harus diet.
"Kalau kau masih tidak mau bicara-" Jisung memasang kecewa. "-aku akan memberimu waktu dan ruang. Aku akan tidur di kamar se-"
Brak!
"Tidak boleh!" Seru Minho yang langsung bangkit. Jisung mengulum senyum diam diam.
"Jisung harus tidur dengan Minho! Baiklah! Aku akan memberitahu sebenarnya hngg-" Minho menarik nafas dalam dalam. Lalu membuka matanya. "-baratbadankunaik3kiloduaharilaluFelixbilangakusepertibabigemuk."
Jisung mengerjabkan matanya. "Kau sedang latihan ngerap ?"
"Bukan itu aish!"
Jisung terkekeh melihat Minho mengerang kesal.
"Berat badanku naik tiga kilo dua hari yang lalu." Sampai di situ ia menatap bagaimana reaksi Jisung mendengarkannya. Tapi Jisung tetap biasa saja dengan raut wajah santai. Tanpa memprotes atau marah.
"Kau tidak marah ?" Tanya Minho hati hati.
"Tidak, untuk apa aku marah ? Jika kau menjadi gendut sejak tinggal denganku berarti selama ini aku berhasil membuat hidupmu bahagia, makmur, dan sejahtera tanpa kekurangan kasih sayang sedikit pun. Kata dosenku, gemuk adalah lambang makmur dan sejahtera."
"Tapi Felix bilang aku terlihat seperti babi gemuk dan pemalas."
Jisung terkekeh. "Yang menjadi pacarmu siapa ? Aku atau Felix ? Kenapa kau begitu mendengarkan perkataan orang lain daripada aku ? Yang akan menilai penampilanu."
Minho rasanya ingin berbuih saja mendengar perkataan Jisung yang selalu dapat membuatnya tenang.
"Jadi jangan diet lagi ya ? Kan panda lebih imut daripada jerapah."
"Aku kucing yang imut!" Protes Minho tidak terima.
"Iya, kau adalah seekor kucing." Jisung segera membenarkan perkataannya demi membuat hati Namjachingu nya senang.
"Kucing punya Jisung ya,"
"Ya tentu saja! Selamanya akan jadi kucing Jisungie. Meski aku akan terlahir kembali, ehehehe." Cengir Minho senang. Berjalan mendekati Jisung dan duduk di atas paha Namja itu.
"Kalau aku adalah kucing Jisungie. Tandai leher ku ya? Kan aku adalah Kucing Jisungie." Lihatlah penggoda cantik satu ini. Dengan sengaja nya membasahi bawah bibirnya sensual.
Tangan Jisung meremas bokong Minho, "Aku punya kucing kok nakal sekali sih ?"
"Yang penting Jisung suka." Minho terkikik geli ketika nafas Jisung menerpa area kulit lehernya.
"I love you, Minho." Bisik Jisung mulai menggigit leher Minho dan menjilat bekas gigitnya. "Ahh i lovehh you too, Jisungie."
_
little smut *insert lenny face*
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender [√]
FanfictionDia tidak pernah berubah. Hanya sedang menunjukan sisi sebenarnya saja. HanKnow Minho uke BxB! Yandere Jisung! Selesai : 14 - Agustus -2019