Mengingat saat saat ia menyatakan cinta ke Minho selalu berhasil membuat Jisung yang hampir menyerah atas kerja paruh waktunya kembali semangat. "Aku harus bekerja. Meski waktu bersamaku dengan Minho semakin menipis, aku harus tetap bekerja."
Demi kebutuhan lainnya.
Demi kebahagiaan Minhonya.
Demi kecukupan hidup Minhonya.
Dan semua itu membutuhkan uang.
"Jisung, selesai ?" Tanya Managernya. Yeoja itu terlihat cantik dan seksi. Jisung tahu kalau dia benar benar di tahan di sini.
"Ya."
"Tolong bersihkan ruang kerjaku."
Jisung hampir saja mengumpat. Tapi ia bisa mengontrol dirinya dengan baik. Hanya tatapan kosong yang ia berikan ke manager itu dan mengikuti setiap langkah ke arah ruangan yang di maksud.
'Demi Minho.'
_Jisung membanting manager kuat ketika di sudutkan. Ia memperbaiki baju seragamnya yang kusut akibat ulah manager itu.
"Apa yang kau lakukan ?" Desis Jisung tak suka. Binar hazelnya mengkilap tajam. Hawa tak enak memenuhi ruangan itu.
"Aku pergi. Dan tolong transfer gaji ku bulan ini secepatnya, atau...," Tatapan mematikan yang tak pernah ia perlihatkan ke orang orang sekitar kecuali orang yang akan ia eksekusi kini telayangkan ke yeoja yang sedang terduduk ketakutan di lantai itu.
Sampai pintu tertutup aura mencekam tetap ada di ruangan itu.
_Tap
TapAku telah banyak menerima pernyataan cinta dari berbagai macam orang di dunia ini.
Tap
TapAku tidak perduli apapun yang mereka katakan padaku.
Tap
Tap
TapAku tidak perduli apa yang mereka lakukan untukku.
Tap
TapJisung menatap pintu apartemennya kosong. Tangannya mengepal kuat.
Karena ... aku tidak merasakan apapun.
Ceklek.
"Minho aku pulang." Jisung menoleh ke sebelah ke arah sofa.
Hanya Minho yang sampai detik ini terus menghujani ku dengan hal manis yang paling aku suka, dan itu bernama cinta.
Tidak ada Minho di sana. Bahkan saklar lampu tidak menyala.
Aku tak akan pernah membiarkan Minho pergi dari sisiku.
Ia berjalan terus hingga ke kamar mereka, kamar tamu, ruang televisi, dapur dan area balkon.
Tapi tetap saja. Ia tidak menemukan Minho di manapun.Tak akan pernah.
Sampai kapanpun.Jisung meninju dinding di sebelahnya keras. Sampai tangannya memerah ia tidak perduli. Tangan sebelahnya segera meraih ponsel dan segera menghubungi ponsel Minho.
Jisung menoleh kebawah ketika lagu cherry blossom ending terdengar. "Sial."
Ternyata Minho tidak membawa ponselnya karena ponselnya tengah di charge.
Untung Jisung selalu meletakan chip ke dalam sepatu yang biasa Minho gunakan sehari hari. Dengan mudah ia mencari keberadaan Minho dengan menggunakan fitur gps di ponselnya.
Jisung melakukan hal senekat itu juga karena hilangnya Minho waktu itu menjadi tamparan keras baginya atas keteledoran menjaga Minho. Dan, viola! Kini keberadaan Minho sudah terlacak. Nafas Jisung tercekat.
"Kenapa dia bisa pergi sejauh itu ? Siapa yang berani beraninya mengambil Minhoku." Tangannya segera menyimpan kembali ponselnya. "Minho tunggu aku." Jisung segera bergegas pergi.
_"Chan kenapa kau menyekapku di sini ?"
"Agar kau tidak bisa lari dariku lagi Minho. Tentu saja tidak ada yang akan menganggu kita meski si penganggu busuk yang selalu menjadi bodyguardmu itu,"
Minho semakin melangkah mundur ketika Chan semakin maju dan memberikan tatapan mengintimidasi.
"Apa yang kau mau dariku Chan ?... Kenapa kau melakukan hal seperti ini ?" Tanya Minho gamang dan tak mengerti.
Sangat tidak mengerti.
Ia takut. Sangat takut.
'Jisung, kau ada dimana ?'
_
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender [√]
FanfictionDia tidak pernah berubah. Hanya sedang menunjukan sisi sebenarnya saja. HanKnow Minho uke BxB! Yandere Jisung! Selesai : 14 - Agustus -2019