Hoax

15 3 1
                                    

"Kenapa Aileen dijemput sama cowok itu?" Batin Galen kesal dan menendang botol minuman. Sampah.

"Au.." Nadine terkejut sekaligus merasa sedikit sakit karena botol mengenainya.

"Ya tuhan..... Maaf ya, gue gak sengaja." Galen menghampiri Nadine.
"Lo gak papa kan?" Sambung Galen sambil memegang kepala Nadine bagian yang terkena botol.

Blush..
"Lebay lo!" Ucap Nadine sambil melepaskan tangan Galen.

"Syukur deh." Nyengir Galen.

"Gal, gue jadi pu-" Ucap Nadine tak sampai.

"Ehh" Galen menangkap Nadine yang tiba-tiba pingsan.
"Yahh,yahh. Pingsan."Sambungnya.
"LEMAH!" Sambung Galen lagi tepat di telinga Nadine.

Nadine membuka matanya dan pstt.
Satu cubitan menghinggap di lengan Galen.

"Aaaa, ampun. Mon maap." Teriak Galen kesakitan.

Nadine melepas cubitannya.

"Lo sih, malah nyari kesempatan dalam kesempitan. Untung gue peka." Ujar Galen enteng sambil mengusap-usap lengannya.

"Aaa, ampunnn. Gak lagi deh. Gue diem. Maap." Teriak Galen lagi karena Nadine menjewer telinganya.

"Minta maaf lo gk gue terima." Ucap Nadine melepas jewerannya.

"Parah lo ya. Allah aja pemaaf, masa hamba-Nya gak." Cibir Galen.
"Ampun." Sambung Galen nyengir sembari menautkan kedua telapak tangannya melihat tangan Nadine kembali terangkat.

"Sabar-sabar." Ucap Nadine sambil mengusap dadanya sendiri.

"Yuk pulang, udah sepi disini." Galen menepuk pelan kepala Nadine, disertai senyum termanisnya.

Beberapa menit, Nadine tidak merespon Galen.

"Ayok!" Galen merangkul Nadine.

Nadine tetap tidak merespon.

Galen merangkul Nadine hingga ke parkiran.

"Masuk!" Ucap Galen dengan sedikit bentakan setelah membukakan pintu untuk Nadine. Bercanda.

"keep calm, gal." Jawab Nadine tenang.

Galen melajukan mobilnya.

"Eleh. Apanya yang peka? Lo bikin gue jantungan tiap detik tau gak? Gak kan." Batin Nadine.

Galen tidak lagi merasa canggung terhadap Nadine, mengingat kedekatannya semasa kecil.

Tidak ada pembicaraan di mobil.
Hingga Nadine tersadar bahwa Galen salah jalan.

"Lo bego atau apa sih? Rumah gua belok kanan bukan kiri." Tegas Nadine.

"Gue dibilangin bego?" Ujar Galen menunjuk dirinya sendiri sembari mengangkat satu alisnya.
"Salah banget." Sambungnya sembari tertawa sinis.

"Maksud lo?" Nadine heran dengan tingkah Galen.
"Jangan bilang lo mau nyulik gue? Lo mau melampiaskan kekecewaan lo? Jahat banget lo ya. Gak habis pikir gue." Sambung Nadine tajam.

"Lo yakin? Lo yakin dengan pemikiran negative lo itu? Lo yakin gue bakalan ngelakuin hal yang gak gue suka sendiri?" Runtun Galen.

"Hmm, engga sih. Lo kan pengecut."

"Yakin? Dulu sama sekarang beda lho. Ini udah jam 5 sore dan lo berduaan sama cowok yang lo kenal dimasa kecil doang."

Nadine tertegun.

"Maksud lo apaan? Lo mau nakut-nakutin gue? Gak salah?"

"Hadeh, nyerah deh. Lo emang pemberani, gue akui itu. Tapi, lo harus inget. Pulang sekolah tuh langsung kerumah bukan main!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang