PROLOG

5.5K 479 31
                                    


"Angka 4 seperti kematian untukku."

        "Lo bisa tenang gak, kalau lo panik, gue juga gak bisa mikir." Hampir-hampir membuat Namjoon yang semula baik-baik saja. Sekarang menjadi ikut panik.

Pria lain baru saja mendekat sambil menyugar rambutnya, penampilannya seperti pangeran Eric, "Lo nikahin dia. Urusan kelar, itu tanggung jawab lo yang bikin dia bunting."

        Jungkook masih tertunduk lesu di ujung tempat tidur, menopang kepalanya. Wajahnya hari ini lebih pucat dari biasanya. Ada luka yang masih basah di lengan sebelah kiri, tersimpan rapat di balik jaket kulit hitam yang ia kenakan.

       "Masalahnya itu cewek gak hidup."

       "Apaan sih. Ngomong yang jelas..."

        "Gak hidup apaaaa. Mati maksud lo. Atau apa. Lo gak bunuh dia Jung..." Jimin menyugar kesekian kalinya rambut depannya ke belakang sedikit lama. Dan menarik kerah baju yang Jungkook kenakan.

       "Jim, Jim. Sabar. Sabar. Dengerin Jung dulu." Namjoon menambahkan, kemudian menjauhkan Jimin dari Jungkook.

       "Dia bunuh diri bang." Jawabnya sambil mengangkat kepala gusar.


❄️❄️❄️

         Sore itu, keadaan loteng sudah ditata rapi. Tanaman-tanaman herbal sudah mengering sempurna. Dari depan pintu Tzuyu memperhatikan Rose sekilas setelah selesai meregangkan otot-otot lengan dan kaki, menghirup dalam-dalam aroma alam di sekitarnya.

         "Ci. Itu peach blossom tea ya. Mauuu."

Suara Tzuyu hampir membuat Rose menjatuhkan toples kaca berisi bunga magnolia kering yang baru saja selesai ia masukkan. "Kamu ih, jangan teriak. Tuh denger ayam-ayam jadi ribut di kandang karena kaget."

          Menyeruput teh milik Rose dengan anggun. Kemudian baru bisa bersikap normal. "Aku gak bisa bobo malem tadi, inget cerita cici kemarin, emang gitu ya rasanya mati..."

          Mendengar kalimat itu Rose memutar lehernya dan tersenyum pada Tzuyu. "Meninggal Tzu, bukan mati emangnya binatang. Ya gitu, yang pasti waktu itu aku bener-bener ketakutan. Aku bener-bener jelas liat detail tempat itu, aku sendirian, gelap. Keluar dari peti. Tanahnya merah, dingin. Aku teriak minta tolong, tapi gak ada yang denger. Nangis tapi gak keluar air mata."

          "Aaaaaaaa, gak denger." Tzuyu menutup kedua telinganya tidak ingin mendengar cerita bersambung dari Rose. Nanti ia akan kesulitan untuk tidur babak kedua. "Aku diceritain sama kak Nayeon. Katanya pas sekolah dulu gak ada yang berani liat mata cece. Pada takut semua. Kok bisa..."

          "Kamu mau liat, liat aja."

"不, 谢谢."** Tzuyu menghindar dan melenggang pergi. Tidak menghiraukan suara Rosie yang memanggil-manggilnya.

Bersambung....

Note:

** = No, thanks

Rote - Seide || Rosékook [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang