Chapter 6 : Blue Roses

1.2K 193 11
                                    

      Tabiat manusia, akan mencoba melakukan segala cara demi sebuah tujuan. Inilah yang Jungkook lakukan agar Rose tidak pergi mengikuti serangkaian kegiatan konferensi. Wanita itu sama sekali tidak curiga dengan akal-akalan Jungkook. Berbaik hati saja menemaninya kemanapun, tidak hanya pergi ke toko pakaian pria. Mereka juga membeli banyak cemilan, kudapan ringan, makanan cepat saji. Sebagian menu dinikmati ditempat, dan sebagian lagi dibawa pulang. Dilanjutkan pergi ke toko bunga, dan memesan banyak bunga anggrek, pergi ke toko hewan. Memesan empat bayi kelinci. Waktu yang bergilir semakin cepat, membuat Rose gelisah bahasa tubuhnya sangat jelas. Bukankah ini sudah sangat terlambat jika tiba-tiba muncul di sela acara yang berlangsung. Melirik jarum jam di pergelangan tangan, Jungkook yang mulai posesif, berdehem mengagetkan. "Joy sudah disana. Saya yang suruh dia gantikan kamu. Waktunya mepet, kalau kita nekat kesana."

      Tenggorokan Rose tercekat, ia takjub sambil mengerjap-ngerjap sedikit kesal, namun lega setidaknya ada kejelasan. "Oh, Joy yang gantikan."

      Jungkook menyunggingkan senyumnya. "Saya mau ambil pakaian untuk pertemuan. Cek e-mail kamu, saya sudah kirimkan pembahasan dan kesepakatan dengan pihak konsumen. Kamu yang temani saya ke Sydney, kita flight besok."

      "BESOK, ini saya kok gak dapet berita sepenting ini. Atau memang ganti lokasi ya. Di agenda saya, semua jadwal pertemuan diadakan di kantor." Rose bersidekap sambil menggeleng singkat. Memeriksa ulang jadwal kegiatan yang dibuat oleh Joy. Menurutnya hal sepenting ini, kenapa baru mengetahuinya.

      "Khusus yang ini, saya sendiri yang urus dari awal. Joy sibuk karena saya kasih banyak pekerjaan."

Akan lebih mudah jika mengangguk saja, tanpa berusaha bertanya dengan pertanyaan susulan. "Baik pak. Nanti saya baca semua isi materinya."

❄️❄️❄️

SYD, Aussie 14.00 AEST

        Dikarenakan sudah terbiasa sejak kemarin, kemanapun pergi berdua, Rose mengijinkan Jungkook menginap di apartemennya. Mereka membahas pekerjaan hingga larut malam. Jungkook tidak sama sekali menyinggung urusan pribadi. Kekaguman Rose terhadap pria itu semakin besar. Cara Jungkook bersikap padanya yang humoris, lembut, penuh sopan santun. Nilai plusnya menjaga jarak dan mengetahui batasannya. Setibanya di Sydney, atensi Rose selalu pada subjek yang sama yaitu Jungkook. Berbeda dari biasanya. Aneh saja. Seperti ada magnet yang memintanya untuk selalu melihat ke arah pria itu. Gaun berwarna hitam Rose kenakan senada dengan jas milik Jungkook, gaun itu membentuk lekuk tubuh karena terbuka dibagikan bahunya. Liontin inisial R juga pemberian dari Jungkook. Semakin mempertegas indahnya tulang selangka miliknya.

       Mobil yang mengantar mereka tiba di depan Cambridge Ave, Vaucluse. Lingkungan di sekitar lokasi cukup sepi. Seorang wanita cantik dengan santai berjalan-jalan di taman depan rumah yang bergaya minimalis dengan cat, ornamen, serba putih. Ke-empat tiang penyangga dipenuhi dengan daun dan bunga yang tumbuh merambat. Ia menoleh singkat, membuka kunci pagar yang rendah yang menjadi penghalang nuansa indah bentuk keseluruhan rumah.

        "Udah pada nunggu di dalem."

Rose menoleh ke sekitarnya. Ingin mengajak wanita itu berkenalan. Tapi mendapat penolakan terkesan menghindar.

Jangan bilang. Ini orangnya, calon istri pak Jung.

       "Siang pak Jungkook dan bu Roseanne, silahkan duduk di sebelah sini." Sapa salah seorang pria yang satu-satunya memakai kacamata.

       "Terima kasih," celetuk Rose. Perubahan raut wajah Jungkook baru Rose rasakan setelah mereka duduk di dalam rumah, aura dingin terlihat nyata.

Rote - Seide || Rosékook [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang