Padahal udah di cek berkali-kali tapi namanya manusia. Masih ada aja kekurangannya. Ada beberapa typo yang fatal buat saya pribadi jadi unpublish sementara untuk memperbaiki typo di part-part sebelumnya. Terima kasih.
❄️❄️❄️
Membawa duka cita setelah peti mati berbahan pinus di masukkan ke tungku super panas yang hanya cukup untuk satu tubuh. Jimin di dampingi oleh Namjoon menunggu selama kurang lebih tiga jam sampai prose pembakaran selesai. "Kita kasih ke Jungkook, sesuai pesan terakhir almarhum." Jimin memegangi bejana abu jenazah. Wonu tidak diberikan izin oleh pihak Lembaga Permasyarakatan untuk hadir dan melihat proses kremasi ibunya. Sehingga semua urusan dilakukan oleh dua pria ini.
"Ada tanda-tanda gak bang?"
"Belum ada,"
Namjoon terlihat gelisah, seperti ada kalimat yang ia tahan-tahan untuk diucapkan. Jimin sadar akan hal itu. "Ada yang jadi beban pikiran nih kayaknya."
"Keliatan ya Jim?"
"Iya, lo jadi agak pendiam, ngomong seperlunya. Biasanya agak gaje."
Namjoon mengangkat kedua bahu, tersenyum kaku, "gue lagi mikirin alesan aja sih buat Wonu. Kalau dia minta abu nyokapnya buat diurus. Sedangkan pesen terakhir tante. Maunya si Jungkook yang urus. Kalau gue asal nyablak aja bilang Jungkook yang urus. Wonu pasti ngamuk."
Tubuh Jimin berhenti secara otomatis mengikuti begitu langkah kakinya tiba-tiba berhenti. "Mereka kalau ketemu gak bacok-bacokan kan bang—atau bunuh-bunuhan. Maaf otak gue otodidak mikir kesana."
"Bukannya gue negthink—dia bisa bunuh ceweknya Jungkook. Kemungkinan bunuh adeknya sendiri juga bisa. Ini serius bebas tahun ini Jim."
"Iya bang, kata pengacaranya kan gitu."
"Kalau dimajukan gimana. Soalnya gue denger dari sipir yang jaga. Kelakuannya baik sebagaimana mestinya human, jadi kemungkinan bebas lebih cepet dari ketetapan seharusnya."
"Ntaran mikirin Wonu, kita cari Jungkook sampe ketemu dulu. Gue ada ide bang. Kadang-kadang IQ cerdas lho, kalah sama IQ kepepet gue." Jimin menoleh dengan raut wajah misterius, sulit dibaca oleh Namjoon bagaimana maksudnya.
❄️❄️❄️
Tragedi kecelakaan tunggal yang dialami detektif Mino sesuai dengan harapan Saerom yang tidak berniat mengantarkan nyawa pria itu pergi selama-lamanya. Kecelakaan ringan saja di kaki dan leher karena benturan. Beberapa stasiun televisi dalam siaran berita harian memberitakan kejadian itu. Namjoon yang membawa satu buku dan satu cangkir kopi ke ruang tamu ikut menyimak sang pembaca berita, Jimin lah yang menyalakan televisi ketika tiba di kediamannya. "Itu detektif yang ketemu sama almarhum tante ya Jim, nanya-nanya tentang almarhum ceweknya Jungkook.""Gue gak yakin bang. Ada berapa petugas yang namanya Mino. Dia gak kasih kartu namanya waktu itu. Pas kita datang, udah siap-siap pergi. Fotonya tadi di blur sama pihak penyiaran berita. Gue gak yakin itu orang yang sama."
Namjoon menaruh bukunya di atas sofa panjang. Agar kedua tangannya leluasa memegangi dan menyeruput minuman hangat aroma kuat dari cangkirnya tersebut. "Bener juga sih. Gimana hasilnya ide lo."
"Oh iya, gue baru terima chat dari mereka ber-empat."
"Makanya gue kemari jemput lo. Kita disuruh langsung kesana."
❄️❄️❄️
SYD, Aussie 17.00 AEST
KAMU SEDANG MEMBACA
Rote - Seide || Rosékook [END]
Fanfiction[M] [COMPLETED] "Segalanya dimulai dengan kebohongan" Diberikan catatan kecil dan sebuah foto keluarga yang belum pernah Roseanne lihat dari sang nenek, sebelum beliau wafat. Disampaikan pula cerita singkat yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga...