A┆After Twelve People

2.7K 253 50
                                    

"Tumben yang ini langgeng."

Baekhyun yang curi-curi pandang ke arah layar ponsel Sehun berceletuk. Mencoba menggoda sahabat baiknya yang tengah membalas pesan dari sang kekasih.

"Memangnya tidak boleh?" sahut Sehun malas. Dia kemudian mengunci layar ponsel lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

"Hanya penasaran saja. Kau sudah pacaran sebanyak dua belas kali sebelumnya, biasanya hanya bertahan satu bulan. Tapi bersama Irene kau bahkan sudah merayakan hari keseratus," tutur Baekhyun yang hapal betul mengenai hubungan percintaan Sehun. Tentu saja, Sehun selalu cerita padanya.

"Yang ini beda." Sehun berkata cepat.

"Beda bagaimana?" kedua alis Baekhyun menyatu. Menunjukkan betapa heran sekaligus penasarannya dia saat ini.

"Dia istimewa. Tidak seperti yang lain," ujar Sehun seraya membayangkan wajah kekasihnya diam-diam.

Baekhyun masih bingung. Tentu saja. Sempat dia mengira kalau Sehun lebih mencintai pacar yang satu ini karena kelewat cantik, tapi rasanya itu mustahil.

Well, pacar Sehun sebelum-sebelumnya juga tidak ada yang jelek. Semuanya cantik, berbadan bagus, dan bahkan cukup terkenal di kampus. Namun, pacar Sehun yang ke-tiga belas ini adalah yang paling cantik. Bahkan, semua orang memanggilnya dengan sebutan 'Dewi'.

"Kau mencintainya?"

"Tentu saja!" jawab Sehun mutlak.

"Lalu, bagaimana dengan mantan-mantanmu sebelumnya?" tanya Baekhyun lagi.

"Aku tidak pernah mencintai mereka," ucap Sehun enteng membuat Baekhyun menggeleng tak percaya.

"Bagaimana bisa?"

"Karena sebelum aku berpacaran sebanyak dua belas kali, aku sudah mencintai Irene."

Irene sebenarnya sedikit risih dengan setumpuk mantan Sehun yang berada di fakultas yang sama dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene sebenarnya sedikit risih dengan setumpuk mantan Sehun yang berada di fakultas yang sama dengannya.

Acap kali bertemu, mau tak mau Irene harus menyapa mereka dengan sedikit canggung. Iya, beruntung kalau disapa balik. Jika mendapat dengkusan sinis, Irene harus bersikap bagaimana?

Seperti yang baru saja terjadi, Irene mendapat tatapan kecaman mengerikan yang membuat gadis itu menelan liur pelan. Kalau Irene tidak salah, itu adalah mantan ke-sepuluh Sehun.

Daripada berurusan lebih jauh, Irene cepat-cepat pergi dari gedung fakultas. Bergegas menghampiri Sehun yang katanya sudah menunggu di depan.

"Hei, Tuan Hidung Besar!"

Irene memanggil Sehun yang berdiri membelakanginya. Laki-laki itu dengan cepat berbalik badan dan lekas menerbitkan senyum lebar khasnya.

Kendati tak jarang mendapat sikap tak bersahabat dari para mantan Sehun, Irene selalu saja terang-terangan menunjukkan sikap manjanya pada pemuda itu.

Lihatlah, dia sudah memeluk Sehun seperti koala. Membuat orang-orang iri saja.

"Tidak malu dilihat orang, hm?" tanya Sehun gemas.

"Kenapa malu? Kalau mereka tidak suka, suruh saja cari pacar," kata Irene sewot.

"Tidak biasanya kau galak begini, apa sesuatu terjadi?"

Irene mendengkus pelan. "Aku sedikit kesal. Mantanmu benar-benar seram. Aku merasa mereka bisa memakanku sewaktu-waktu."

Sehun tertawa lepas. "Itu karena kau lebih cantik daripada mereka."

"Kalau aku putus darimu, apa aku akan seperti mereka juga?"

Sehun menggeleng cepat. "Tidak akan. Kita tidak akan pernah putus."

"Hei, jangan-jangan kau ingin menikah denganku, ya?" goda Irene sembari mencolek dagu Sehun.

"Memang."

"Memangnya kau yakin kita berjodoh?"

"Yakin sekali."

Sehun menjawab kemudian berjongkok membelakangi Irene. Dengan cepat Irene naik ke punggung Sehun. Memang sudah menjadi kebiasaan mereka seperti itu. Jika sedang membicarakan sesuatu di luar, Sehun pasti akan menggendong Irene di punggungnya.

"Kenapa kau seyakin itu?"

"Karena kau pacar ke-tiga belasku."

Irene mencubit pipi Sehun gemas. "Apa hubungannya, Tuan Hidung Besar?"

"Nanti kau juga akan tahu."

Irene lantas tertawa kecil. Semenjak berpacaran dengan Sehun, hari-harinya selalu menarik. Laki-laki itu selalu saja mempunyai sesuatu yang membuat Irene semakin jatuh cinta padanya.

"Kalau kau merasa begitu, sepertinya aku harus menjadi istrimu, ya," kata Irene ceria sembari memeluk leher Sehun.

"Apa kita menikah saja malam ini?"

"Dasar kau ini. Sepertinya hidungmu jauh lebih besar daripada otakmu."

"Tapi kau sayang kan? Berarti otakmu lebih kecil daripada otakku," sahut Sehun lalu tertawa puas.

Sebal, Irene lantas menarik daun telinga kekasihnya itu.

"Astaga, Irene. Ampunn!"

"Sayangnya, mana, Hun?"

"Ampun Irene sayanggg!"

Keseharian mereka selalu begitu. Walau tak selamanya soal kebahagian melulu. Sekarang, hanya menunggu apakah keyakinan Sehun benar adanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AftoíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang