"Maria Puswati, Jet Markona, Dahlul Sumpahra, Handri Keroomawi, Nabawi Nethen, Nethen Nabawi, Ahlan Suspami..," Bu Sekar memanggil satu persatu murid dari kelompok satu sampai kelompok 19. Tapi anehnya, nama Hana, Anya dan Adel masih belum di panggil.
"Dan ini kelompok terakhir ya. Kelompok 20. Kathana Lays, Anya Sabirova, Adel Yagarova.., dan ini yang cowoknya ya,"
Hana mulai mengangkat tangannya, berdoa semoga ia dapat anggota cowok yang rajin-rajin, agar ia bisa santai-santai saja nanti.
"Ryan Jaguar, Matteona Cam Admiral, dan Putra......, Putra doang ini namanya?" Bu Sekar terlihat bingung saat membaca nama yang terakhir.
"Kenapa bu?" tanya salah satu murid.
"Ini namanya Putra doang?" tanya Bu Sekar menggaruk jilbabnya.
Seorang cowok tiba-tiba berdiri di atas meja paling belakang, meja untuk menaruh perlengkapan-perlengkapan murid yang akan di masukkan nanti ke dalam bus. Semua murid pun langsung menoleh kearahnya. Termasuk guru-guru di depan, salah satu guru pun sudah menatapnya was-was. Apalagi kerjaan anak itu?
"Napa bu manggil gua? Suka?" itu Putra. Dengan cengiran khasnya yang membuat siapapun ingin sekali menabok muka cowok itu.
"Bukk!! Gue gamau sekelompok sama racun tikus!" teriak Hana tiba-tiba. Yang tadinya semua orang menatap Putra, sekarang beralih menatap cewek itu.
Putra berdecak di tempatnya, "Emang gue mau?"
"Pokoknya gue gamau sekelompok ama dia, bukkk!!" teriak Hana lagi, tidak menghiraukan omongan Putra.
"Apalagi gue bu. Mending gue satu kelompok ama yang mentok-mentok aja gapapa," balas Putra ikut-ikutan.
"Idih, punya lo kecil kek gitu. Sok-sokan mau mentok," Hana menjulurkan lidahnya.
"Oh, mau di liatin?" balas Putra lagi. Menantang cewek itu.
Hana bergedik geli di tempatnya.
"Sudah, sudah, sudah!! Sekarang kalian semua masuk ke dalam bus!" teriak Bu Fiona menghentikan adu bacot keduanya. Wanita itu lalu beralih menatap Hana dan Putra bergantian, "Kalian berdua nanti ibu jodohin, mau?!!"
"Najis,"
"Mending sama monyet."
Bu Fiona menghela napasnya sabar.
☽
Perjalanan ke tempat berkemah ternyata cukup lama. Bisa hampir dua sampai tiga jam, karena tempatnya di dalam hutan yang benar-benar hutan. Hanya terdapat pohon-pohon dan ranting, juga terletak sangat jauh dari perkotaan.
Di salah satu bus transmisi, kelompok 19 semuanya diam. Tapi sesekali masih ada yang mengobrol, update status, dan lain-lain. Beda dengan kelompok 20 yang seakan menguasai bus itu.
Matteo yang menyanyi-nyanyi tidak jelas, mendapat protes dari Adel-karena tidurnya terganggu. Anya dan Ryan yang saling cerita satu sama lain tentang keseharian mereka, sesekali keduanya berpoto agar tidak kelihatan jomblo-jomblo amat.
Beda halnya dengan Hana dan Putra. Awalnya mereka berdua berebut ingin duduk di belakang. Jadinya keduanya sempit-sempitan karena semua temannya sudah mengambil kursih, sehingga tidak ada kursih lagi. Sesekali keduanya adu mulut karena tidak setuju dengan satu hal-dua hal. Putra yang kesal karena Hana mengambil banyak tempat di kursihnya. Dan Hana yang kesal karena duduknya harus di bagi dua dengan cowok itu.
"Bisa geseran gak sih?" tanya Hana sambil mendorong badan cowok itu, membuat posisi Putra menempel dengan Ryan yang duduk di sebelahnya.
Putra menahan diri agar tempatnya tidak di ambil, "Harusnya lu yang geser! Badan kecil gitu sok-sokan mau ngambil tempat banyak," balasnya kesal.
Hana dan Putra masih saling dorong-dorongan, sampai badan cewek itu terjatuh karena Putra yang terlalu kuat mendorongnya. Hana meringis, "AAANNNJJJII-"
"Sukur!" maki Putra merasa menang, memotong ucapan mutiara cewek itu. Ia tidak peduli dengan tatapan menusuk Hana padanya, tidak peduli sakit apa yang di derita cewek itu karena bersentuhan dengan besi kursih di depannya.
"Gila lo put, sakit gak Han?" Anya yang melihat itu langsung menghentikan obrolannya dengan Ryan. Tatapannya fokus pada Hana yang masih terduduk di lantai bus.
Hana mengelus-ngeluskan bokongnya yang perih. Dasar Putra laknat!
"Sakit lah, lu kira kena besi tajem gini gak sakit, An?" tanya balik Hana sambil sesekali meringis.
Anya berdecak, melihat ekspresi meringis Hana membuatnya ikut merasa apa yang cewek itu rasa. Adel pun yang duduk di sebelahnya, sudah bergerak membantu Hana berdiri.
"Nanti kalo udah nyampe kita ke toilet, takutnya nanti ada luka," kata Adel sambil menuntun Hana duduk. Kali ini ia duduk di tempat Adel, agar kejadian tadi tidak terulang lagi.
Terpaksa Adel yang tempatnya di ambil Hana mengalah untuk duduk di depan, dekat dengan supir."Awas aja lo Put," ancam Hana saat sudah kembali duduk di kursih.
Putra menoleh sesaat, tidak peduli. Kembali melihat ponsel yang sekarang menjadi pusat perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Hana
HumorKeseharian Hana dan teman-temannya. Ada kisah sedih, terharu, dan baper yang bisa di nikmati.