PART 1

17 3 0
                                    

12 November 2012

Seorang guru sedang mengejar muridnya di lapangan basket. Matanya yang tajam, mengikuti setiap gerak-gerik muridnya itu. "HANA! SINI KAMU YAAA!!" teriaknya penuh penekanan.

Hana dengan napas ngos-ngosan berlari menuju kelasnya. Langsung di tatap heran oleh teman-temannya di kelas. Melihat rambut cewek itu yang sudah berantakan dan jeday yang tidak lagi pada tempatnya.

"Abis ngapain lo?" tanya seorang temannya menghampiri.

Hana mengode dengan tangannya, ingin meminta minum. Terlihat dari wajah cewek itu, yang perlu asupan air.

Anya langsung mengasihi botol tupperwera-nya pada Hana. Dan langsung di teguk habis oleh cewek itu.

"Buset, lu haus atau apa?" tanya Adel kaget melihat Hana yang sangat cepat meneguknya. Ia tidak keselek?

"Gue haus banget..!" kata Hana dengan ngos-ngosan sambil mengelap keringat di dahinya.

"Hana!" suara temannya membuat cewek itu menoleh, "Lo di cariin Bu Fiona!"

Mampus. Hana harus sembunyi saat itu juga. Bisa-bisa ia di suruh ke BK, dan jadwal pulangnya akan di undur tiga jam. "Bilangin gue gak ada di kelas!" pinta Hana setengah berteriak. Langsung mencari tempat persembunyian.

Bu Fiona muncul di pintu kelas yang terbuka lebar, dengan mata elangnya mencari murid bandel langganan BK bernama Kathana Lays. "Mana yang namanya Hana?"

Semua temannya langsung terdiam seribu bahasa, hanya satu yang mengangkat suara. "Gak ada bu,"

"Serius gak ada?" tanya Bu Fiona tak percaya.

Hana menghela napasnya sebentar, untung teman sekelasnya bisa di ajak kerjasama. Tapi baru saja cewek itu menghela napas, ia melihat Putra-musuh bebuyutannya menghampiri Bu Fiona di luar kelas.

"Nyari siapa, bu?" tanya Putra dengan tatapan polosnya, sesekali cowok itu menyeruput minuman yang di belinya.

Bu Fiona menoleh garang, Putra juga termasuk muridnya yang langganan BK. "Mana temanmu?!"

"Teman gua? Ini di belakang gua, ibu gak liat?" tanya balik Putra sambil menunjuk kedua cowok di belakangnya.

Bu Fiona menggeleng, "Bukan Ryan sama Matteo. Tapi Hana! Mana teman sebangkumu itu?"

"Emang Hana kenapa, bu?" tanya Putra penasaran.

"Ah kamu banyak tanya! Mana temanmu itu?" kata Bu Fiona tidak sabaran.

Putra menatap ke dalam kelasnya, matanya menyelusuri setiap sudut kelas. Mencari keberadaan cewek itu. Sampai jeday Hana terlihat olehnya jatuh di bawa meja, cowok itu langsung tersenyum jahil. "Itu di bawah meja, Bu. Lagi sembunyi," beritahunya.

Hana yang mendengar itu langsung lemes di tempatnya. Dasar Putra tidak bisa di harap! Awas saja, ia akan balas dendam dengan cowok kribo itu!

"Hana! Keluar kamu!" suara Bu Fiona terdengar jelas di suasana kelas yang sepi. Teman-temannya pun tidak ada yang berani berpindah tempat, karena takut dengan wanita tua di depan pintu itu.

Hana dengan wajah jengkelnya keluar dari tempat persembunyian. Mendekati Bu Fiona sambil memandang datar guru itu. Tiba-tiba Bu Fiona langsung menjewer telinganya, "Sakit, bu! Sakit bu!" ringis Hana turut berduka dengan telinganya.

Bu Fiona melepas kasar tangannya dari telinga cewek itu, "Ikut ibu ke BK!" paksanya lalu berjalan duluan.

Cewek itu menatap Anya dan Adel meminta pembelaan. Tapi kedua sahabatnya itu hanya diam di tempatnya, dasar sahabat tidak bisa di untung!

"Ember banget sih lo!" kata Hana beralih menatap Putra tajam lalu memegang telinganya yang terasa perih, cewek itu mengikuti Bu Fiona menuju ruang BK.

Putra menaikkan satu alisnya, tidak membalas. Malah masuk ke dalam kelas dengan wajah tak bersalahnya.

"Gila lo Put!" seru teman-teman sekelasnya pada cowok itu. Memang tidak ada satu orang pun yang berani melawan Hana, kecuali Putra seorang.

Anya dan Adel tau. Putra dan Hana, tidak akan ada kata 'damai' untuk keduanya.

KRING!!KRING!!KRING!!

Bel pulang berbunyi. Tapi Bu Fiona masih tidak berhenti menceramahinya. Seakan telinga cewek itu ingin segera meledak, karena tak berhenti mendengar kalimat-kalimat 'super benar' dari dua jam yang lalu.

"Hana! Denger gak kamu?!" tanya Bu Fiona kesal, melihat Hana yang menguap di depannya.

"Hah apa? Ibu hamil lagi?" tanya Hana polos.

Bu Fiona memelotot, "Gak usah main-main kamu ya. Kamu mau di skors, atau sekalian di DO dari sekolah ini?!!"

"Ya mau.., eh, gak mau lah bu!" jawabnya.

"Makanya dengerin omongan ibu!" kata Bu Fiona lagi.

"Iya ini saya denger!!!" kata Hana menahan emosinya. Ingin rasanya mengeluarkan sumpah serapahnya daritadi, tapi Hana masih ada sedikit sopan santun kepada orang yang lebih tua. Iya sedikit.

The Daily HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang