10.00 AM
Yang tadinya jalanan masih lancar jaya, sekarang bus itu mulai bergoyang kesana-kemari karena jalanan yang mulai berlobang. Mereka memasuki area hutan bertuliskan 'the forest' yang langsung di hadiahi pohon-pohon rindang di sekitarnya.
Anya yang salah satu murid tidak tidur di bus itu jadi merinding. Tidak mungkin kan kalau mereka akan berkemah di tempat seperti ini? Bisa-bisa para jenis makhluk tak terlihat itu memanggilnya tiap malam, seperti di film-film.
"Bu? Kita kemah disini?" tanya Anya cukup keras, agar Bu Nopi yang duduk di kursih depan mendengarnya.
Bu Nopi menoleh, "Iya dong! Asri banget loh tempatnya!"
"Asri apaan? Serem tau bu!" balas Anya bergidik ngeri.
"Kebanyakan nonton film horor sih kamu!" kata Bu Nopi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Eh, bantuin ibu bangunin teman-teman kamu ya. Udah mau sampai," lanjutnya meminta pertolongan Anya.
"Kenapa harus gue bu? Ibu aja lah," Anya menolak.
"Aduh!!! Bisa stres ibu bangunin teman kamu itu!!"
"Hehehe,"
"Bantuin ibu bangunin ya," pinta Bu Nopi lagi. Anya pun mengangguk pasrah, "Yaudah bu,"
Cewek itu bergerak menuju kursih Hana di belakang-paling pojok. Terlihat temannya itu sedang tertidur lelap di dalam selimut pink abu-abunya. Anya melangkah dengan hati-hati, sesekali menoleh pada Putra, Ryan dan Matteo yang juga tidur di sebelah cewek itu. Bismillahirrohmanirrohim!!
"HANAAAA BANGUNNNN!!!!!!!" teriak Anya keras.
"Buset,"
"Anya jangan teriak-teriak!"
"Maaf bu reflek."
Tapi usahanya itu tidak membuat Hana bangun, melainkan teman-temannya yang lain. Terbangun karena suara merdunya. Anya mengusap mukanya kesal, Hana kalau tidur sudah seperti mayat hidup. Membuat Anya khawatir, kalau ada terjadi apa-apa nanti bagaimana nasib cewek itu?
"Apaan sih, An?" Adel yang juga di buat terbangun menguap lebar-lebar di kursihnya.
Anya menoleh, langsung menunjuk Hana di depannya. Mengode Adel untuk membantu membangunkan cewek melebihi kebo itu. Tapi Adel seketika menggeleng, "Ogah. Hana tidur udah kek mati! Biarin aja,"
"Gaboleh gitu ih," Anya kembali kesal. "Bantuin napa!"
"Yaudah, yaudah!!" dengan terpaksa Adel beranjak dari kursihnya menuju kursih paling belakang. Tempat berderetan kursih yang hanya diisi oleh kelompok 20. Apalagi Putra and the geng yang termasuk mengambil banyak kursih, bisa hampir dua atau tiga untuk satu orang.
Adel memulai mengambil napas perlahan. 1.. 2.. 3..
"WOI BANGUUUUUNNNN!!!! TELOLET!!! KEBAKARAN HAN!!! MOMO DI BAKAR HAN!!!" teriak Adel tepat di telinga Hana.
Seketika itu membuat Anya di sebelahnya terheran-heran, melihat temannya itu langsung membelalakkan mata sayunya. "MOMO?? SIAPA BAKAR MOMO?!!" teriak Hana terbangun, raut mukanya menggambarkan kecemasan. Bagaimana tidak, cewek itu sudah menganggap Momo seperti adiknya sendiri.
Tawa Adel meledak saat itu juga. Saat melihatnya, Hana sudah bisa menebak kalau temannya itu hanya bermain-main. Juga tidak mungkin Momo-kucingnya di bakar, itu sama saja mencari masalah dengannya. Dan ia tidak akan pernah memaafkan itu kalau sampai terjadi.
Raut muka Hana yang tadi panik langsung berubah datar. "Gak lucu ya,"
"Adel!!! Jangan teriak-teriak!" pesan Bu Nopi.
Yang di pesan hanya cengengesan menunjukkan sederetan giginya. Sedangkan Hana kembali mengatur posisi berbaringnya. Menaruh bantalnya itu di atas kepala Putra, lalu cewek itu berbaring seperti tidak terjadi apa-apa.
Anya melihat itu menahan tawanya. Kalau cowok itu terbangun, pasti akan ada perang dunia di bus ini nanti. Dan semoga saja Putra bangun.
"Hana, gaboleh gitu. Kasian temanmu, nanti gabisa nafas," pesan Bu Nopi pada Hana. Namun tidak ada balasan dari cewek itu, karena sudah kembali masuk ke dunia bawah sadarnya.
Bu Nopi menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. Sampai ada salah satu murid menyeletuk.
"Kenapa bu kepala ibu? Mau putus ya? Mau di kasih lem gak bu? Mumpung saya bawa lem tembak."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Hana
HumorKeseharian Hana dan teman-temannya. Ada kisah sedih, terharu, dan baper yang bisa di nikmati.