PART 7

10 1 0
                                    

part sebelumnya di up 16 agust skrg uda tgl 19 nov hehe. maap ya gays aku sibuk dengan sekolah dan problem2 lainnya:( wlpn gada yg nungguin si WKKW

***

Bu Nopi memelotot, "Enak aja kamu! Awas aja ya, nanti malem-malem pas kamu tidur ibu pindahin. Biar kamu tidur ama macan nanti!"

Murid yang menyeletuk tadi bergidik takut, padahal tidak sama sekali. "Aduh, bu!! Serem banget ngancamnya!!!"

"Biarin! Salah sendiri udah gak sopan sama jodoh Aliando ini!" balas Bu Nopi pura-pura kesal.

Hana tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena merasa tidak nyaman. Di lihatnya Putra pertama kali, dengan muka tak berdosanya sibuk adu mulut dengan Bu Nopi. Pantas saja rasanya aneh, ternyata bantal yang ia pakai untuk tidur, terjatuh ke lantai bus. "Bu Nopi sama racun tikus ngapain sih? Kayak gak ada kerjaan aja," nimbrung cewek itu di tengah-tengah perdebatan keduanya.

"Eh, Hana. Udah bangun?" tanya Putra balik sambil nyengir. Rasanya Hana ingin sekali menonjok muka sok polosnya saat itu juga, untung berhasil ia tahan.

Bu Nopi reflek mendaratkan buku absen di tangannya ke muka Putra, membuat cowok itu meringis karena Bu Nopi yang menyerangnya tiba-tiba. "Kenapa sih bu? Benci banget sama gue kayaknya,"

"Maafkan keponakan ibu ini ya, Han. Dia emang sedikit gob*lok keturunan bapaknya," kata Bu Nopi meminta maaf, lalu menjauhkan buku absennya dari muka Putra. Terlihat muka cowok itu sudah memerah karenanya.

"Ya terus, terus aja bully gue!" Putra terlihat kesal, langsung pindah duduk ke bangku teman di sebelahnya. Menjauhi Bu Nopi.

"Aduh, Han. Maaf ya keponakan ibu sedikit baperan," kata Bu Nopi tak enak hati.

Hana diam menahan tawanya. Tidak tahu kenapa, ia puas melihat Putra tersiksa begitu. Terus bu, gas!! Aku di pihakmu bu!!!

Tapi kata-kata itu hanya bisa terucap di dalam hatinya, karna Bu Nopi yang sudah pergi membuka pintu bus, bersiap untuk turun. Dan kenapa ia bisa tidak sadar kalau sudah sampai?

"Hana, jangan melamun! Cepat siap-siap!"

Setelah memakai tas ranselnya, Hana segera turun dari bus. Cewek itu terdiam menatapi satu persatu pohon-pohon di sekelilingnya. Dari banyaknya pohon, matanya tertuju pada dua pohon beringin yang berada di depannya. Seperti ada aura-aura aneh dari pohon itu yang membuatnya merinding sendiri. Abangnya yang sering bercerita hal-hal aneh, termasuk cerita 'pohon beringin', tiba-tiba lewat begitu saja di benaknya.

"Aduh, jangan melamun disini!!" Bu Nopi seketika sudah ada di belakangnya, mengejutkan cewek itu.

"Ih, bu! Bisa gak, gausah ngagetin?" balas Hana kesal.

Bu Nopi terkekeh, "Mending ibu ngagetin, daripada nanti kenapa-kenapa? Gak boleh tau melamun di depan pohon. Pohon beringin lagi! Nanti kesuru-

"Apa sih, bu? Gak jelas banget!" sebelum Bu Nopi menyelesaikan perkataannya, cewek itu memotongnya sambil melangkah pergi.

Bu Nopi menggeleng-geleng saja melihat kelakuan anak muridnya itu, "Hati-hati!!! Lihat depan jalannya, Han!!" pesannya sedikit berteriak, karena Hana sudah berada jauh di depannya. Ikut berkumpul dengan murid yang lain.

Kletak, Kletak ...

"Ngapa bu?" tiba-tiba Putra muncul di depannya dengan tatapan bingung. Bu Nopi terperanjat kaget sambil mengelus-ngelus dadanya.

"Ah, gak ada apa-apa kok! Eh, iya tumben. Mana dua temanmu?" tanya Bu Nopi baru teringat, melihat Putra yang hanya turun sendirian dari bus.

Cowok itu berpikir sebentar, lalu tersenyum. "Oh, ada bu. Itu masih asik ngorok di bus,"

Bu Nopi langsung saja menarik kedua pipi Putra, geram. "Kamu ini ya!!!! Capek ibu, harus minta maaf terus sama guru lain karena kelakuanmu itu, tau gak!"

"Lah, siapa yang nyuruh ibu minta maaf coba?"

Guru itu terlihat frustasi sendiri, menangani murid bandel di depannya. "Yasudah, yasudah. Cepat bangunkan dua temanmu itu, acaranya sebentar lagi mau di mulai!" pinta Bu Nopi lalu melangkah meninggalkannya. Tapi langkah wanita itu terpaksa terhenti saat mendengar jawaban Putra.

"Ibu lah yang bangunin. Kan tugas ibu? Lagian gua mau nemuin bebeb gua dulu. Dadah bu! Jumpa lagi di pelaminan!" pamit cowok itu melambaikan tangan pada Bu Nopi dengan wajah sumringah, sebelum menghilang dari hadapannya.

Guru yang sudah hampir menginjak umur 50 tahun itu hanya mendengus pasrah. Bodohnya, ia menuruti perkataan Putra tadi. Tapi barusan ia tiba-tiba teringat sesuatu. Putra menyebutkan kata 'bebebnya', tapi sejak kapan cowok itu pacaran? Sama siapa? Kok ia bisa tidak tau?

"Bebeb? Emang ada yang mau sama anak bandel kayak gitu? Hiihhh ..., buta kali yang mau!" Bu Nopi jadi geli sendiri memikirkannya.

The Daily HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang