20.00 PM
"Hanaaaaaaaa!!!!!! Wali kelas lo nelpon gue terus nih. Nanyain lu besok ikut kemah atau gak," teriak Alan di luar kamarnya. Hana yang sedang enak-enak baring di kasur pun kaget, "Apa sih teriak-teriak? Nanti di denger tetangga, loh. Nanti Bang Alan di kira ngapa-ngapain gue,"
"Lah ini bocah nyambungnya kemana?" balas Alan masih berteriak, "Bu Mekel nelpon gue terus nih, Hann!!! Serius deh, gak bohong gue sumpah. Lo keluar dulu,"
"Napa sih?" Hana pun menampakkan setengah badannya di balik pintu kamar. Alan cemberut, lalu menunjukkan nomor Bu Mekel di ponselnya pada Hana. Ada hampir sepuluh panggilan tak terjawab dari guru itu.
Mata cewek itu membulat, "Serius?"
"Ya masa gue edit?" tanya balik Alan malas.
Hana menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Sebegitu pengennya Bu Mekel menyuruh cewek itu ikut kemah yang tidak ada penting-pentingnya sama sekali. Hanya akan menguras tenaganya saja.
"Bilang aja gue ikut," suruh Hana cuek.
Alan mengangguk, "Serius ya? Kalo lo main-main, besok bisa langsung di datengin ke rumah loh. Lo masih inget kejadian di kelas X kan?"
"Iya-iyaa!!!" Hana menutup kasar pintu kamarnya. Malas mendengar celotehan Alan lebih lanjut, tidak ada pentingnya sama sekali.
Cewek itu tak sengaja melihat tas kopernya di sudut kamar. Sekilas ia berpikir ingin membawa koper saja besok. Tapi masa hanya untuk kemah saja Hana membawa koper? Bisa-bisa di katain oleh teman sekelasnya nanti. Apalagi cowok itu..
Akhirnya setelah berlama-lama perang dengan pikirannya sendiri. Hana memutuskan untuk meminjam tas ransel Alan saja, ia pernah melihat cowok itu membawa tas ransel yang lumayan besar saat kemah dulu seperti dirinya.
Hana menuju kamar Alan, tidak mengetuknya. Langsung masuk ke kamar cowok itu, "Hai bro!" sapa cewek itu dengan santainya.
Alan yang sedang bersembunyi di dalam selimut pun mengeluarkan kepalanya, "Ketuk pintu dulu kek!"
"Lo ngapain di dalem selimut?" tanya balik Hana tersenyum jahil. Membuat Alan salting di tempatnya. "Apaan sih? Ada-ada aja lu,"
"Idih. Gausah malu-malu kali, gue tau lo lagi nonton gituan," kata Hana remeh, "Nonton spongebob kan lu?!"
Alan terkekeh, menggarut belakang kepalanya.
"Bang, gue mau borrow tas ransel lu," kata Hana kemudian.
"Hah? Yang mana?" tanya Alan setengah kaget. Cowok itu baru saja ingin kembali menutup badannya dengan selimut, tapi tidak jadi karena perkataan cewek itu.
"Itu loh, yang dulu lu pakek pas kemah juga," jawab Hana sambil berpikir keras. "Itu loh yang warna hitem ada motif bunga-bunga!"
"Bunga-bunga apaan? Itu gambar motor kali, bukan bunga," koreksi Alan.
Hana mengangguk sekali, "Iya, pokoknya itu dah,"
"Bentar."
☽
Keesokkan paginya di sekolah. Semua murid kelas XI sudah berbaris rapi sesuai dengan kelasnya masing-masing. Di depan mereka juga sudah ada bus transmisi yang siap mengantar mereka kemah nanti.
Hana, Anya dan Adel sengaja baris paling belakang supaya bisa mengobrol.
"Gue bawa nasi uduk, loh! Terus ada nasi kuning, nasi putih, nasi merah, nasi ......, apalagi ya?" cerita Anya yang membuat Hana dan Adel sontak terbahak.
"Sekalian aja lu bawa gih berasnya," celetuk Adel masih tertawa, di ikuti anggukan setuju dari Hana. "Sekalian aja lo bikin dapur di tengah hutan," lanjut cewek ber-jeday itu.
"Apa sih?" tanya Anya tidak mengerti maksud perkataan keduanya.
Sedangkan Bu Sekar terlihat sibuk sendiri sambil memegang microfon di tangannya. "Oke anak-anak! Berhenti dulu dong ngobrolnya," wanita yang berdiri di depan itu, membuat perhatian seluruh murid jadi tertuju padanya. Kecuali Hana dan kedua temannya yang masih asik mengobrol di belakang.
Bu Sekar menggeleng-gelengkan kepalanya, "Hana and friends, denger gak ibu ngomong apa?" tanya guru itu fokus menatap ketiganya. Membuat murid yang lain penasaran, ikut menatap ketiga cewek itu.
Hana, Anya dan Adel hanya diam tak menjawab. Bu Sekar segera melanjutkan ucapannya, "Hari ini kita akan bagi tim, ya. Jadi setiap tim anggotanya akan ada enam orang. Dua tim akan di masukkan di bus yang sama, maklum karena bus disini sedikit,"
Tiba-tiba seorang murid menunjuk tangan, "Bu, timnya itu sekelas semua atau beda-beda?"
"Sekelas semua, ya. Timnya udah di atur sama wali kelasnya masing-masing. Jadi ibu tinggal bacain ya," jawab Bu Sekar lalu mengambil selembar kertas dari meja di sebelahnya.
Tidak tau kenapa, perasaan Hana mulai tidak enak. Seperti akan ada sesuatu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Hana
UmorismoKeseharian Hana dan teman-temannya. Ada kisah sedih, terharu, dan baper yang bisa di nikmati.