Crisis #23 : "Kenapa harus hidupku juga yang diatur oleh Papa?"

4.3K 640 265
                                    

Daniel kira semuanya baik-baik aja.

Chatnya yang gak dibales oleh Seongwu sejak Minggu lalu dan sekarang hari menunjukkan Rabu. Pikiran positifnya mengatakan jika sang pacar kehabisan kuota atau lupa, tapi kayaknya mustahil karena selama ini Seongwu menjadi pihak yang bucin di antara mereka.

Justru menjadi suatu alergi jika cowok manis itu nggak dengar suara Daniel dan bilang i love you. Yang anehnya di sini, sejak janji temu saat Minggu lalu, Seongwu lenyap tanpa jejak, meninggalkan pertanyaan besar yang menaungi kepala Daniel.

Rindu jangan ditanya, bahkan kini ruang kerja sang atasan kosong tanpa sosoknya. Tempat di mana ada kebiasaan baru Daniel yakni memeluk atau mengecup pipi sebagai penyemangat menghadapi hari. Tapi semua terasa berbeda, dalam kurun waktu 36 jam bahkan lebih sosok Seongwu hilang dari pandangan.

“Kamu ke mana sih? Jangan bikin khawatir gini.”

Ya, siapa lagi jika bukan Daniel bermonolog alias berbicara dengan diri sendiri. Hal tersebut berimbas pada keaktifan juga fokusnya yang jadi terpecah belah. Badannya mungkin bisa aja stay di sana, namun nyawa entah melayang ke mana. Selama pacaran Daniel sadar jika masih ada banyak hal baru yang belum dia tau.

Baik dari sikap dan latar belakang Seongwu. Cinta yang membawa mereka menjalin suatu hubungan hanya mengenalkan pada sisi paling atas atau mungkin permukaannya saja. Yang mana butuh waktu cukup lama untuk dia bisa selami hingga ke dalam-dalamnya.

Maka, dirasa lelah dengan kekacuan yang menyerang kepala, Daniel memilih menyeduh kopi di pantry. Menyiram semangat dan rasa kantuk dengan kafein. Setelah jam pulang kantor nanti, dia akan nekat mengunjungi rumah sang kekasih hati jika diperbolehkan. Daniel akan meminta alamat Seongwu pada Mingyu.

Tanpa harus dicari, rupanya sosok beruang yang sama bongsornya dengan tubuh Daniel sedang bermanja ria pada Wonwoo. Suatu hal lumrah menemukan hubungan keduanya yang mulai terbuka di kantor, apalagi jam makan siang yang mana kemesraan bukan sekali dua kali Daniel pergoki, bahkan mungkin gak terhitung banyaknya.

Abaikan kalimat barusan, lebih baik sekarang tebak kegiatan apa yang direcoki Daniel dari dua sejoli?

Tawanya mengudara begitu menemukan wajah Wonwoo yang merah padam beserta ekspresi keciduk di wajah Mingyu yang melotot horor. Sok malu-malu padahal biasanya juga melakukan hal malu-maluin dari ini. Beruntung Daniel udah terlatih sekarang, yakni pandai mengabaikan karena dia juga bisa melakukan serangan balas dendam.

Iya dong, mesra-mesraan dengan Seongwu.

“Nempel mulu kayak prangko, gak bosen apa tiap gue pergokin selalu dalam keadaan dan posisi yang sama?”

Tangan Mingyu yang merambat ke dalam kaos, tepatnya punggung Wonwoo ditarik. Suasana berubah kikuk, Mingyu coba menenangkan diri walau lagi-lagi gagal.

“Ganggu aja lo, Bang. Udah tau pantry jadi basecampnya gue sama Raja.”

“Heh, bocah! Ini kantor, bukan hotel buat mesum. Kalo mau ena-ena booking kamar sana!”

“Halah, lo juga kayak gak inget suka cipokin Kakak gue di ruangannya. Apa bedanya sama gue, ha?”

Giliran Daniel melotot diikuti Wonwoo yang membekap mulut. “Kok kamu bisa tau?”

“Gak sengaja pas mau ke ruangannya aku ngintip mereka lagi wikwik. Mana Kak Seongwu di gendong ala koala. Kayaknya kita harus coba deh, Rajaku. Siapa tau jadi bayi kembar, iya, bayiknya ada dua di perut gembul kamu.”

Wonwoo tersedak dan Daniel berdeham.

“Bisa gak sih bahas urusan ranjangnya entar dulu?”

“Syirik ya?”

[✔] Quarter Life CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang