⚠️ Warning ⚠️
Hati-hati saat scroll karena ada jebakan batman.
Risk at your own, babe.
•••
=============================
•••
Skripsi selalu menjadi pembunuh mood bagi mahasiswa yang memperjuangkannya.
Tanpa pandang bulu, baik mereka mahasiswa berprestasi hingga mahasiswa ordinary, selalu tersimpan cerita yang berwajahkan drama selama masa bimbingan. Entah dari dosen, tema yang dibahas, teori yang digunakan, atau sistematika penyusunan yang selalu menuntut mahasiswa menjadi manusia sempurna.
Kini, Mingyu Raga Dewantara sedang merasakan apa yang sering dikeluhkan oleh teman-temannya. Menaruh skripsi seimbang dengan kegiatan magang ternyata cukup membuat kepala pusing skala vertigo. Atau ibarat kanker sudah memasuki stadium 4 tahap keganasannya.
Bukan maksud melebih-lebihkan, tapi memosisikan dua hal yang memiliki risiko tinggi dalam satu wadah dan satuan waktu yang sama sungguh merepotkan. Mingyu harus pintar-pintar menempatkan dua tugas dengan pembagian yang sama rata. Meski di dunia ini gak ada yang bisa adil salah satunya, termasuk Mingyu yang dalam beberapa minggu ini justru merasa nyaman dengan kerjaan.
Otomatis perkara skripsi menjadi korban dan terbengkalai. Sekalinya ada waktu luang berupa hari libur, dia gunakan seharian penuh untuk mengencani layar laptop beserta tumpukan kertas revisi yang melambai-lambai minta dibakar.
Mungkin Mingyu dari masa lalu akan menertawakan hidupnya yang komedi parodi ini. Dulu, akhir pekan selalu menjadi waktu paling dinanti karena dia akan habiskan dengan pacaran bersama para mantan. Nonton, kongkow, atau cuma main di kost-kostan sembari cuddlingan.
Kenapa harus malu untuk mengakui?
Realistis aja sih.
Mingyu itu laki-laki, seorang pendominasi, dan bohong rasanya jika pacaran gak dilandasi rasa ingin menyentuh untuk menambah keintiman juga romantisme dalam hubungan. Makanya, dia yakin jika masa lalunya melihat seberapa nelangsa Mingyu di masa sekarang, pasti akan menjadi bahan tertawaan.
Akhirnya karma datang juga dan memosisikan hari Mingyu menjadi jungkir balik dari hari kemarin. Sekarang dia jadi menghargai betapa jomblowan dan jomblowati di dunia tergolong kuat menghalau kesendirian ini. Apalagi saat menyusun skripsi yang membutuhkan dukungan moril, sebab Mingyu terlalu lelah hanya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Iyalah, pacar aja gak punya.
Sekalinya ketemu lagi sama mantan yang masih ada perasaan malah dipaksa patah hati lantaran udah bersuami. Ke mana lagi coba dia harus melarikan diri jika bukan skripsi? Mana dosen pembimbingnya jadi sering neror tanpa sebab. Ini aja waktu sehari semalam digunakan untuk menyelesaikan revisi dan wajib disetorkan keesokan hari sesuai janji.
Sekalinya Mingyu ke kampus si Ibu malah lagi ngajar, alhasil dia kayak orang hilang duduk melamun di depan ruang dosen. Hari Senin gak cuma jalan yang padat, tapi kampus lebih pekat oleh mahasiswa. Mingyu sampe izin datang setengah hari ke kantor, hanya demi tumpukan kertas bernama skripsi yang serupa diktator.
“Mingyu Raga yang mau bimbingan ya?” Bu BoA datang tiba-tiba. “Sini masuk.”
Buru-buru Mingyu mengekor dari belakang dosen cantik namun merepotkan itu. Mahasiswa lain banyak yang iri dengan Mingyu, tapi jika mereka tau seberapa detail dospemnya pasti akan menyesal dan memilih nikah aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Quarter Life Crisis
Fanfic[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘈𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘬𝘳𝘪𝘴𝘪𝘴 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢𝘭𝘢𝘮𝘪 𝘙𝘢𝘫𝘢 𝘞𝘰𝘯𝘸𝘰𝘰 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘢𝘣𝘢𝘥. 𝘚𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪...