Crisis #33: "Aku salah ya jika memohon agar kita selalu bersama selamanya?"

6.9K 631 281
                                    

Hari Kamis Solar terasa panjang.

Tapi sebetulnya sudah terasa panjang sejak 4 hari yang lalu atau tepatnya ketika sang calon menantu bernama Mingyu Raga Dewantara pamit sementara untuk pulang ke Jakarta. Hari-hari Solar direpotkan oleh kegemasan yang salah satunya harus mendengar rengekan anak pertama yang sebentar lagi menjadi Bunda.

Maklum lah ya, namanya juga meong hamil yang hidupnya diliputi hormon. Jika tidak menangis, merajuk, pastilah merengek persis anak kecil dan entah kenapa justru membuat adik kembarnya gemas dan semakin posesif dibuatnya. Solar kadang tak enak hati melihat kesabaran Jisoo yang selalu tersenyum manis saat Seokmin menenangkan Kakak Raja dengan cara berbeda.

“Kakak Raja sayang, kalo nangis terus nanti matanya bengkak loh. Pipinya makin merah gitu ih asa hariwang Mama ningalina.” (jadi khawatir Mama liatnya)

Wonwoo yang sedang mengemil buah makin manyun, menyusut air mata yang bukannya surut malah semakin deras. Ingusnya pun entah lari ke mana, yang pasti wajahnya kini berantakan, ditambah bibirnya yang selalu digigit saat kesal malah luka dan sariawan.

Sial sekali menahan rindu pada mantan.

Ternyata begitu menyiksa batin dan perasaan.

“Kenapa sih Rama gak izinin aku ke Jakarta?” Wonwoo merajuk lagi dengan kalimat sedikit terbata-bata akibat sesenggukan. “Aku mau ketemu Ragaaaaaa, hiks. Krucilsnya gak mau berhenti nendang terus perutku Mama!!! Aku gak bisa diginiin huhuhu.”

“Sayang, udah dong cupcupcup,” Solar pun gak tega refleks memeluk Wonwoo yang duduk rebah di sofa, mengelus perut gembul sang anak yang semakin besar di kehamilan yang sekarang. “Gak memungkinkan atuh kalo Kakak ikut ke Jakarta, Mama juga gak bisa nemenin kan di rumah banyak kerjaan. Raga sibuk bolak-balik rumah-kampus-kantor. Kakak emangnya nggak takut sama Adek Rama kalo marah gimana?”

“Kalian jahat!!!” Wonwoo berusaha membuang muka dan memunggungi sang Mama namun karena perutnya sedikit kram, sehingga gagal dan hanya bisa manyun bersama air mata penuh drama. “Rama cuma bisa ngatur-ngatur, padahal gak ngalamin hamil gimana rasanya! Ya mana ngerti kalo perut aku ditendang-tendang sampe sakit gini. Kalo ada Raga tuh pasti krucils langsung diem dan anteng, Ma. Terus juga gak nakal lagi. Itu tandanya bayi-bayi aku gak mau pisah sama Daddynya. Mama ngerti nggak sih perasaan aku gimana? Huhuhu.”

Mohon maaf kamera!

Solar udah gak tahan lagi dengan keuwuan anak pertamanya yang makin gak ada obat. Apalagi sejak mengandung, Wonwoo malah makin cantik dengan pertambahan bobot yang membuat pipinya chubby. Bukannya menenangkan si Kakak yang sedang manyun seraya menangis persis pemain utama telenovela, Solar malah mengusap penuh kelembutan rambut Wonwoo yang berkeringat. Sesekali mengelus pipi gembul nan glowing dan menatap sedih pada ujung bibir yang luka.

“Mama oles salep lagi ya lukanya? Jangan digigitin terus atuh Kakak ih, liat lukanya malah makin parah!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mama oles salep lagi ya lukanya? Jangan digigitin terus atuh Kakak ih, liat lukanya malah makin parah!”

Wonwoo menatap sedih pada Solar yang sebetulnya khawatir karena sejak ditinggal Mingyu jadi kurang bersemangat. Pasti itu yang membuat dua bayinya menjadi rewel juga. Memang Solar pun gak ada hak memaksa Mingyu tetap tinggal di Bandung, mengingat di depan sana masih banyak PR yang harus dituntaskan sebelum keduanya resmi naik ke kursi pelaminan.

[✔] Quarter Life CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang