Crisis #05 : "Besok kalo kerja jangan lupa senjatanya dibawa."

6.4K 1K 520
                                    

“Rileks, Raja. Gue gak akan macem-macem kok, tenang aja.”

Wonwoo sengaja menulikan diri dan gak mendengarkan kalimat Mingyu. Rileks dan tenang adalah dua kata bermakna sama yang bersebrangan dengan kondisi dirinya. Malam kian larut dan hujan pun tak kunjung surut. Apa yang bisa Wonwoo lakukan di dalam mobil hanya meremas tangan dan memanjatkan do'a pada Tuhan.

Semoga mantannya gak akan melakukan hal aneh apapun itu. Apalagi di kota besar yang serba ada segala sesuatunya. Bisa jadi karena manusia yang menghuni kota ini mulai lelah dengan kenyataan dan krisis hidup, Mingyu Raga—salah satu dari mereka, nekat melakukan suatu hal yang biasa dimuat dalam headline koran dan berita.

Gak lucu ceritanya kalo sampe Wonwoo menjadi korban dan ditemukan dalam keadaan terbujur kaku tanpa nyawa. Hanya karena perkara menolak pulang bersama dan balikan, diam-diam Mingyu sudah siapkan pembalasan dendam yang super kejam. Di balik wajah tampannya itu, tersimpan sosok psikopat dengan segudang rencana keji. Aduh, sungguh keterlaluan.

Padahal faktanya sangat berbanding terbalik yang mana saat itu justru Mingyu terlihat santai bak di pantai. Bahkan jika diulik lagi, sama sekali gak ada pikiran untuk melakukan hal mengerikan yang dimaksud Wonwoo.

Sedari tadi, Mingyu terlalu khidmat menikmati lantunan musik dari radio. Sesekali mengangguk kecil mengikuti beat dan menyenandungkan lirik. Suasana terasa begitu nyaman juga tenang. Yha, secara sepihak. Sebab Wonwoo di kursi samping malah keringat dingin dengan segala macam asumsi berbahaya.

“Lo gak pegel liatin jendela terus? Malem-malem gini emang apa yang bisa diliat? Gelap kayak gitu juga.”

“Banyak. Yang pasti bukan wajah kamu.”

Mendengar jawaban Wonwoo, Mingyu terkekeh singkat. “Loh, kenapa? Segitu gantengnya ya sampe lo degdegan buat liat wajah gue?”

“Aku harap kamu segera taubat, Raga. Terutama sifat narsisnya.”

“Dan gue harap lo juga segera taubat, Raja. Terutama sifat pendendamnya biar mau terima gue lagi, hehe.”

Wonwoo cuma mendecih. Malas meladeni karena dia tau cara main Mingyu. Yakni seserius apapun jawaban Wonwoo, cowok menyebalkan itu akan membalas dengan maksud bercanda. Jadi, daripada Wonwoo habiskan energinya, lebih baik mengabaikan apapun yang dilakukan mantannya.

“Gue kan udah janji bakal nganterin lo balik. Tapi nanti setelah lo nemenin gue ke suatu tempat. Kalem, gue gak akan ajak lo ke galeri masterchef kok. Jadi gak usah merasa tegang seolah mau ikutan pressure test.”

Kalo begitu sih mending Wonwoo ikutan pressure test aja daripada harus menghabiskan waktu dengan semobil bersama Mingyu. Biarin deh mau dicaci maki Chef Juna juga. Kapan lagi coba diomelin Chef seganteng dia? Setidaknya, itu lebih menantang daripada harus kembali diserang kenangan mantan.

Mana si tersangka sekarang duduk di sampingnya persis. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, kaki malah keseleo dan nginjek pecahan kaca. Iya, apes. Sesial itu Wonwoo dipertemukan lagi dengan Mingyu. Senelangsa itu Wonwoo harus menghalau rindu.

Apalagi senyum menyebalkannya itu, Wonwoo menyesal sempat melirik dan berpapasan pandang dengan Mingyu!

“Yes, udah nyampe nih. Turun yuk.”

Sekali lagi Wonwoo tekankan jika dia sangat terpaksa menuruti kemauan Mingyu lantaran untuk mencari aman. Sebab ternyata cowok bongsor itu membawanya ke sebuah kedai ... pempek? Astaga, malam-malam gerimis begini?

“Eh, ada Bang Raga,” sambut si pemilik kedai yang tampak akrab dengan Mingyu. “Lama amat gak mampir? Sibuk kuliah ya?”

“Ya gitu deh, Bang. Kalo sekarang lagi sibuk skripsian sama magang.”

[✔] Quarter Life CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang