Crisis #08 : "Aku gak mau ketemu Rama dalam keadaan kacau seperti ini."

7K 1K 553
                                    

Udara puncak saat malam hari kian dingin dan membekukan kulit.

Namun rupanya hal itu tak mampu mengusik Daniel yang terlanjur nyaman duduk di kursi balkon. Sudah satu jam lebih dia menatap langit dengan kerlip bintang yang ditumpahi sinar rembulan. Setiap kali angin menyapa, solusi Daniel yakni memeluk tubuh besarnya yang dibalut hoodie pink oversize agar terasa lebih hangat.

Entah mengapa, malam itu terasa sangat disayangkan apabila hanya dilalui dengan merebahkan diri di kasur dan tenggelam di dunia mimpi. Daniel masih setia menyesap minuman alkoholnya dalam tenang. Saking mujarabnya minuman itu, hawa dingin yang menyelimuti sekujur badan seolah dihalau oleh gelora panas dalam tubuhnya.

Seperti melayang, seperti berdiri di bumi namun tak menapak, Daniel nikmati efek dari minuman dengan mata terpejam. Merebahkan kepala di punggung kursi. Luar biasa sekali rasanya seperti obat penyembuh yang mana beban pikiran beserta penat terangkat.

Hampir saja Daniel jatuh tertidur jika tidak terinterupsi bunyi langkah serampangan menuju ke balkon, lebih tepatnya kursi kosong persis sampingnya. Bukan orang asing, melainkan sosok kurus berwajah manis yang terlihat sempoyongan. Barangkali efek minuman ajaib yang bisa-bisanya menemani acara malam ini.

"Aku kira gak ada siapa-siapa di sini," Seongwu menggaruk hidungnya yang gatal akibat sapuan angin. Semburat pink di pipi seolah menjelaskan jika dia tidak hanya mabuk, namun juga malu ketika berpapasan dengan cowok yang disukai.

"Belum tidur, Pak?"

Seongwu manyun. Kecewa disebut Bapak oleh Daniel.

"Dibilangin jangan panggil Bapak, kita kan bukan lagi di kantor, cuma acaranya aja ada embel-embel nama kantor."

"Sori, maksud gue..., Kak Seongwu?"

"Iyah, panggil Kakak. Lebih tepatnya Kakak sayang," ceplos Seongwu tanpa ragu. Daniel mengangkat alis, namun mengelus dada lega ketika kalimat lain datang sedetik berikutnya. "Bercanda, ya ampun. Jangan dibawa pusing deh, cukup kerjaan yang bikin pusing."

Memang benar yang boleh membuat kepala pening hanya pekerjaan saja. Urusan yang lain minimal harus menemukan solusi, termasuk masalah asmara yang dirasakan Daniel semakin dekat menuju wacana yang dia inginkan.

Setiap melihat langit bertabur bintang, praktis Daniel akan teringat senyum Wonwoo yang manis. Acara ini sekurang-kurangnya telah memberikan kebahagiaan yang tak terkira lantaran dia habiskan bersama kucing manisnya. Daniel semakin percaya diri untuk menjadikan Wonwoo miliknya.

Ya, sepulang dari sini dia akan lebih agresif lagi dalam melangsungkan serangan. Bagaimanapun juga Wonwoo harus tau dan menerima perasaannya.

"Kamu kenapa deh kok senyum-senyum sendiri? Bikin ngeri tau."

Seongwu menatap penuh rasa takut dan penasaran, namun cowok beruang itu malah tersenyum kian lebar. Menunjukkan gigi kelinci dan segaris mata yang entah mengapa justru menambah kesan menggemaskan. Seongwu dilanda serangan cinta, buru-buru diteguk gelas berisi minuman alkoholnya hingga tandas tak bersisa.

Hatiku yang tenang dong, jangan degdegan heboh begini! -Seongwu

"Berkat lo, Kak. Dengan ngadain acara seperti ini nyatanya udah memberikan udara segar buat gue dan anak-anak yang lain. Balik ke Jakarta lagi jadi lebih lega dan plong, malah dapet banyak inspirasi."

"Nggak juga," Seongwu tersipu. "Sebenernya ini buat adikku Raga. Eh, tapi kalian juga kok, cuma aku gak mau dipuji berlebihan. Kontribusiku gak seberapa."

"Tetep aja gue merasa sangat terbantu. Makasih ya Kak karena mau peduli dari hal sederhana, sering-sering aja ngadain acara begini."

"Asal jangan banyakin ngeluh aja kalo mulai kecekik dateline."

[✔] Quarter Life CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang