Crisis #32 : "Kalian ikhlas sementara waktu mengalah demi Rama dan Hanggi?"

5.5K 654 292
                                    

Melihat orang yang dicintai lebih mencintai orang lain adalah definisi dari patah hati.

Tapi sesakit-sakitnya patah hati, gak separah yang dirasakan Woozi saat orang yang dia cintai lebih mencintai sang mantan yang kini sedang mengandung darah dagingnya sendiri. Mana kembar lagi. Benar-benar sebuah definisi patah hati yang level penderitaannya tanpa toleransi. Sebab setelah beberapa bulan berlalu, bahkan jauh dari ketika Mingyu menolaknya, rasa cinta yang kini bertahta di hati Woozi belum juga reda. Yang ada malah terjebak dalam rindu kian menggila.

Hingga pada akhirnya Woozi nekat menyusul Mingyu yang kabarnya mengunjungi kediaman Wonwoo di Bandung. Berbekal melucuti info pada orang dalam yang merupakan kenalan di kantor, di malam yang sama Woozi tanpa ragu memesan tiket kereta. Mencari penginapan di sekitar kediaman Wonwoo, bahkan beberapa hari menguntitnya.

Rasa sakit kian menjadi ketika melihat perbedaan tubuh Wonwoo yang terlihat sehat dan subur saat perut yang mengandung dua buah hati itu dielus oleh Ayah sang bayi. Woozi terlempar dari dunia kecil mereka yang begitu bahagia, laksana orang asing yang tak layak mendapatkan kebahagiaan yang sama. Woozi menangis lebih dari semalaman, berharap jika dia bisa menggantikan posisi Wonwoo. Meski sebuah kemustahilan, dia ingin menjadi Ibu dari dua bayi kembar yang begitu dicintai Mingyu.

Tapi meski rasa sakitnya makin menjadi, Woozi masih ingin menyakiti dirinya lebih dari ini. Lantas kembali menguntit dan berhasil mengikuti mobil yang ditumpangi dua sejoli. Rupanya mereka berhenti di sebuah kediaman dengan papan bertuliskan nama seseorang dokter.

Ditemani segelas es kopi di tengah hawa dingin Bandung, satu jam lebih Woozi menunggu, hingga akhirnya kehabisan rasa sabar karena Mingyu dan Wonwoo tampak betah di dalam sana. Namun, dia coba tahan dengan menunggu sedikit lebih lama lagi sebab Woozi gak mau mendapat kebencian lain dari Mingyu yang sudah angkat tangan padanya. Dia hanya butuh berbicara dengan si cowok bongsor empat mata saja. Bahwa ada hal yang disampaikan, jika Woozi masih belum bisa melupakan sosok Mingyu.

Anehnya, ditunggu semakin lama tidak ada tanda-tanda munculnya si tersangka yang dicari Woozi. Pada akhirnya, kaki mungil itu berjalan mendekat, bahkan kini berada di depan pintu namun memilih duduk di bangku tempat pasien menunggu panggilan. Cukup sepi, hanya ada Woozi sendirian sampai bunyi ceklek terdengar sedetik berikutnya. Woozi bertaruh dengan dada penuh gemuruh membayangkan respons Wonwoo dan Mingyu saat melihatnya, tapi nyatanya zonk pemirsa.

Bukan sepasang mantan yang Woozi temukan, melainkan sosok gak asing yang pernah dia cintai zaman kuliah dulu.

“Woozi, kamu ngapain di sini?”

Hoshi dengan setelan rapi memasang wajah tak kalah kaget dengan Woozi yang hampir pingsan karena dari sekian banyak kesialan dalam hidup yang paling parah adalah dipertemukan lagi dengan mantan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoshi dengan setelan rapi memasang wajah tak kalah kaget dengan Woozi yang hampir pingsan karena dari sekian banyak kesialan dalam hidup yang paling parah adalah dipertemukan lagi dengan mantan. Dia gak menyangka jika Hoshi berada di sini, bagaimanapun juga tidak ada tanda-tanda yang membuatnya berpikir jika kediaman yang digunakan sebagai tempat praktek dokter bernama Dr. Zico Leindert S.Pog ini adalah kediaman milik Hoshi.

[✔] Quarter Life CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang