Bab 15

8.3K 401 0
                                    

Kev, senang sekali saat Val pulang bersamanya. Mereka bisa bermain di rumah.

Seperti saat ini, ketika mereka sedang bermain lego, Kev tiba-tiba saja bertanya, "kapan mereka menikah?"

"Ayah Sam sama Tante Zoya?" Val memastikan.

"Iya, Ayah Sam sama Tante Zoya. Memangnya kamu berharap Ayah kamu menikah sama siapa lagi? Sama sekretaris centil itu?"

Moza dan Keenan yang sedang duduk sambil membaca menjadi saling tatap lalu tersenyum mendengar pembicaraan Kev kepada Val.

"Ish..., nggak! Aku nggak mau dia jadi mama aku."

"Kalau gitu, kamu harus minta Ayah Sam cepat-cepat menikah dengan Tante Zoya, jangan sampe si centil itu menggoda Ayah untuk menikah dengan dia."

Val menghentikan kegiatannya menyusun lego membentuk gedung tinggi. "Bener deh, Kev. Aku juga maunya cepat, tapi Ayah aku itu payah. Kalo gitu aku harus bujuk Ayah terus."

Moza condong ke sisi Keenan untuk berbisik sesuatu padanya. "Sudah aku bilang, Val yang akan mengendalikan semua. Dan ternyata anak kita juga ikut-ikutan menyukai Zoya."

Keenan lalu menutup buku yang ia baca, kemudian tangannya memeluk pundak Moza. "Aku rasa Sam juga sudah punya ancang-ancang untuk  melamar Zoya kembali. Karena yang dulu saat melamar dia justru ditinggal pergi, jadi mungkin dia masih ada sedikit rasa ... takut."

"Bukan Kak Sam namanya kalau takut. Kamu tenang aja, dia cuma butuh kekuatan dari Val, begitu Val memintanya dia PASTI akan maju secepatnya."

Keenan kembali menatap mata istrinya lalu berkata, "aku jadi ingat Kak Marwa. Aku yakin jika pun seandainya dia masih ada, aku punya keyakinan mereka akan tetap bersama--bahagia."

"Maksud Mas Kee, mereka bertiga? Kak Sam, Kak Marwa, Zoya?" Moza mendapat anggukan dari suaminya. "Aku rasa ... iya, Kak Marwa pasti akan meminta Kak Sam menikahi Zoya. Dan sementara Zoya yang sebenarnya nggak bisa melepas Kak Sam sejauh apa pun dia pergi, sepertinya ... akan tetap kembali pada Kak Sam. Jadi,  aku sependapat dengan kamu sayang. Mendengar kata dimadu, memang sebenarnya nggak nyaman di telinga perempuan. Tapi kalau keduanya bisa ikhlas untuk memiliki satu suami yang sama yang akan mencintai mereka dengan adil, mengapa tidak."

Keenan tersenyum misterius. "Pinter bangen istri aku, Maminya Kevin. Kalau gitu... boleh dong--?"

Moza mengernyit, kemudian membulatkan matanya. "Boleh apa?"

"Tadi katanya asal bisa mencintai dengan adil?" goda Keenan.

"Mungkin kamu bisa adil," Moza mencubit perut Keenan, "tapi aku nggak akan pernah bisa ikhlas."

"Ampun Mami...," rintih Keenan.

"Awas aja berani coba-coba! Jangan samain aku sama Kak Marwa!"

"Aku cuma becanda, ampun sayang, sakit ini."

"Minta maaf, terus janji."

"Iya Mami maaf, Papi becanda doang. Papi janji nggak akan ada selain Mami."

"Bagus."

Kev dan Val yang menyaksikan adegan orang dewasa itu yang awalnya heran kini justru tertawa.
___

Abrisam dan putrinya sedang berenang di kolam pribadi mereka. Val dengan lincahnya menenggelamkan dan memunculkan kepala beberapa kali dengan berbagai gaya lincahnya. Setelah puas ia pun akhirnya menepi, mendekati ayahnya yang sejak tadi memperhatikan kelincahannya berenang sambil
duduk di bibir kolam.

"Ayah, ayo kita ajak Kevin ke tempat Tante Yaya," Val tiba-tiba merengek. Ia teringat misinya bersama Kev untuk membujuk Ayah Sam melamar Tante Zoya.

"Oke, setelah ini."

Pernikahan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang