Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
●●●
Malam harinya, Farel dan Fadel kembali ke rumahnya. Tentunya bersama Kirana dan Dave. Kirana bahkan sudah meminta izin kepada Hayden-sang suami-untuk menemani Farel dan Fadel sampai beberapa hari ke depan. Dan untungnya Hayden menyetujui itu. Bahkan tanpa pertanyaan lainnya, hanya menjawab, "Boleh, nanti aku nyusul ke sana."
Mereka semua memutuskan untuk tidur di kamar Fadel, mengingat kamarnya lebih luas dari milik Farel-kecuali Kirana, ia memutuskan untuk tidur di kamar tamu.
Setelah cukup lama Kirana menidurkan Farel, Fadel dan Dave, akhirnya Kirana memutuskan untuk pergi ke kamar tamu. Tetapi ia sempatkan untuk menuju dapur terlebih dahulu, untuk membaca beberapa note yang belum sempat ia baca.
Dafa sama Rafa gimana sekolahnya? Baik-baik aja 'kan? Maaf, ya, mama gak ada waktu buat sekedar nemenin Dafa sama Rafa sekolah. Maaf, mama bener-bener sibuk. Semangat terus, ya, kesayangannya mama.
-Mama-
Apa segitu sibuknya mereka sampe nggak sempat nganterin mereka sekolah? batin Kirana. Ia menggelengkan kepalanya. Merasa tidak sopan karena membacanya. Tapi, matanya kembali membaca note lainnya. Entahlah, rasanya begitu penasaran, seperti ada suatu hal yang mendorongnya untuk terus membaca itu.
Fadel, kata guru kamu, katanya kamu jatuh, ya? Lain kali hati-hati, ya^^
-Mama-
Farel, Fadel hari ini mama sama baba mau berangkat ke luar kota. Maaf gak ngasih tau kalian secara langsung, soalnya kita berangkat pagi banget dan kita gak tega buat bangunin kalian. Nanti kita beliin oleh-oleh, ya. Oh iya, sarapan udah mama siapin di lemari makanan, bekal makan buat sekolah juga udah mama siapin, kalian cuma bekal roti bakar doang gapapa, 'kan, sayang? Nanti ada mbak yang nemenin kalian sanpe kita pulang. Belajar yang bener, ya^^
-Baba&Mama-
Jagoan kesayangan baba, hari ini baba ada lembur di kantor, jadi baba gak bisa nemenin kalian tidur. Maafin baba, ya, sayang.
-Baba-
●●●
Farel masih belum bisa tertidur, ia terus mengganti posisi tidurnya sedari tadi. Sebenarnya, tadi ia hanya pura-pura tidur agar Kirana tidak kerepotan.
Farel memutuskan untuk menuju dapur untuk meminum susu coklat kesukaannya. Mungkin ia belum bisa tidur karena susu coklat kesukaannya belum diminum.
Ketika akan membuka pintu kulkas, Farel baru menyadari bahwa banyak sekali kertas di pintu kulkasnya. Farel segera membacanya dari jauh, karena ia tidak sampai.
Semuanya dibaca, tanpa ada yang terlewatkan. Hingga akhirnya Farel membaca kertas paling bawah. Seketika ia langsung menjatuhkan gelasnya, alhasil gelasnya pecah. Farel segera terduduk lemas ketika mengetahui fakta bahwa kedua orang tuanya pergi meninggalkan mereka di kota orang. Ya, Farel dan Fadel memang tinggal di luar kota bersama orang tuanya.
Bagaimana sekarang? Bahkan kedua orang tuanya pergi entah kemana tanpa meninggalkan alamat atau sekedar nomor ponsel yang aktif. Farel menangis dalam diam. Hingga pelukan hangat segera membawanya dirinya untuk kembali.
"Jangan nangis, Bibi gak akan ninggalin kalian," ucap Kirana lembut sambil mengusap rambut Farel.
"Kenapa baba sama mama pergi ninggalin Farel sama Fadel? Apa mereka udah gak sayang sama kita? Kenapa mereka jahat?" adu Farel sambil menangis. Kirana merasakan perih ketika mendengar aduan dari Farel, seperti ada pisau yang menyayat hatinya.
"Mereka bukannya gak sayang kalian. Mereka sayaaaang banget sama kalian, makanya mereka pergi sementara buat menyelesaikan urusannya. Mereka gak mau kalian terlibat dalam hal ini," jelas Kirana lembut sembari bersusah payah menahan agar dirinya tidak menangis. Sesungguhnya, ia sangat sakit mengetahui kenyataan ini semua.
"Ayo sekarang tidur bareng bibi aja, ya?" tawar Kirana dan langsung diangguki oleh Farel, tetapi matanya melihat lebam di tangannya.
"Farel, ini kenapa?" tanya Kirana meraih tangan Farel.
Farel lupa jika dirinya memakai kaos tanpa lengan, dan membuat luka lebamnya terlihat. Segera saja ia menarik kaosnya agar menutupi tangannya. "Ini ... Farel nakal, jadi dihukum sama mama baba," jawabnya jujur, membuat Kirana terkejut. Hukuman ... seperti apa?
"Digimanain?"
"Cuma dicubit kok."
Cuma dicubit kok. Kata cuma berhasil membuat Kirana berpikiran jika mereka sering mendapat yang lebih dari sekedar cubitan.
"Kalian suka digituin?"
"Nggak juga, kadang cuma dimarahin doang." Kirana lemas mendengarnya. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mereka mendapatkan itu semua? Anak di usia Farel dan Fadel mendapat perlakuan seperti itu dan ... bukankah hal wajar jika di usianya, Farel dan Fadel banyak penasaran akan hal baru?
"Kalian suka cerita ke siapa kalo mama sama baba ngelakuin itu?"
"Gak ke siapa-siapa, paling ke kakek, soalnya kalo ke mereka malah dimarahin lagi," jawabnya jujur, membuat hati Kirana semakin tersayat. "Bibi kenapa nanya-nanya mulu?"
"Gak apa-apa. Nanti lagi kalo gitu, bilang ke Bibi atau Paman Hay aja, ya!" jawab Kirana tersenyum.
"Oh iya, Bibi jangan bilang ke siapa-siapa, ya," pinta Farel yang diangguki Kirana.
"Udah, sekarang kita ke kamar, ya, biar Bibi obatin tangannya terus tidur," ajak Kirana.
"Farel, Fadel, apa yang selama ini kalian terima dan rasakan? Apa kalian baik-baik aja? Apa mereka memerlakukan kalian dengan baik?" batin Kirana.
●●●
TBC
Salam jiejie-nya Song Yaxuan dan Liu Yaowen;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Family or Enemy
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [SELESAI] Ada tawa yang menggema bersamaan dengan tangis yang mengiris. Ada hati yang puas, tetapi ada luka yang juga meluas. Tentang jatuh, patah, dan kembali bangkit, meskipun cukup sulit. Tentang mereka yang sempa...