30.

1.2K 118 42
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.


⚠️ harsh word, slapping

Selamat membaca

●●●

Dua remaja laki-laki sedang duduk melamun di atas ranjangnya masing-masing. Mereka sepertinya memikirkan hal yang sama, hal yang selama ini menjadi bebannya. Hening. Tidak ada yang membuka obrolan. Hingga suara dari sang adik memecahkan keheningan.

"Maksudnya biar apa, ya, Ge, Mama sama Baba lakuin itu?" tanya Fadel menoleh ke arah Farel.

Farel menoleh. "Gue juga gak ngerti, Di."

"Kalau misalnya mereka ke sini buat bawa kita, terus selama hampir sembilan tahun ini---"

"Kenapa kita ditinggalin?" potong Farel. Fadel mengangguk, tanda ia mengiyakan ucapan Farel. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Farel.

"Nah, selama ini juga pertanyaan; "apa yang sebenarnya terjadi?" terus berputar di kepala gue, Ge," jawab Fadel yang sama-sama bingung dengan maksud dari kedua orang tuanya. Keduanya kembali menatap lurus.

Mereka kembali diselimuti keheningan. Perasaan mereka campur aduk; marah, kecewa, penasaran dan entahlah terlalu sulit untuk dideskripsikan.

"Di!" panggil Farel dan membuat Fadel menoleh ke arahnya.

Farel berniat berbicara, tapi rasanya begitu sulit. "Emm ...,"

"Apaan?" tanya Fadel tidak sabaran.

Farel menghela napas. "Sejujurnya, gue bingung sama maksud ini," ucap Farel menggantung dan membuat Fadel semakin penasaran.

"Apa sih, Ge? Gak usah ngegantung gitu," ucap Fadel kesal.

"Sabar," ucap Farel yang sama-sama kesal. "Gue mimpi, gu---"

"Mimpi apa?" potong Fadel.

Farel berdecak. "Jangan dipotong dulu kenapa sih?" Farel kembali diam dan membuat Fadel sangat penasaran.

"Lanjut!" seru Fadel.

"Gue lanjut, tapi jangan lo potong!" Fadel mengangguk.

"Gue mimpi aneh," gumamnya, menghentikan ucapannya dan melirik ke arah sang adik yang memerhatikan, "di mimpi itu, gue suka sama senja, dan lo tau 'kan kalau gue gak suka senja karena---"

"Gak usah disebut alesannya," potong Fadel, sudah mengetahui alasannya. Farel hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Dan di mimpi itu, ada dua orang, eh, lebih tepatnya pasangan suami-istri. Mereka bilang; "mereka bukan yang sebenarnya. Cepatlah kembali"."

Fadel menoleh ke arah Farel, seolah bertanya; "siapa mereka?"

"Gue gak tau mereka siapa. Tapi, karena mimpi itu juga gue bangun," sahut Farel.

"I don't fuckin' care with that dream. Tapi gue bersyukur karena mimpi itu lo bangun."

"Karena gue penasaran sama maksud mimpi itu," ucap Farel.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang