Happy 5k readers (I won't ever delete this little memory)
Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
●●●
Tangisan bayi terdengar begitu nyaring, setelah dengan sengaja sang kakak merebut dotnya. Sang mama yang sedang menyiapkan susu untuk sang kakak dan sang ayah yang sedang membereskan rumah langsung menghampirinya. Belum kedua orang tuanya sampai, bayi satunya lagi malah ikut menangis. Dasar kembar.
Kirana langsung menggendong El, lalu menenangkannya. Sedangkan Hayden langsung menggendong Al. Tak lama setelah Al dan El sudah tertidur, Varo malah menangis. Hayden mengacak rambutnya, lalu berjalan mendekati Varo---setelah menidurkan Al.
"Kamu kenapa, hm?" tanya Hayden lembut. Varo hanya mengerucutkan bibirnya, kembali menangis.
"Udah jangan nangis," ucap Hayden menenangkan. Dan ya, berhasil, Varo menjadi tenang. Segera saja, Hayden menggendong Varo.
"Padahal, nyuruh aja Jayden sama Daisy tetep di sini," ucap Kirana yang baru saja sampai. Hayden terkekeh mendengarnya, lalu duduk di samping Kirana sambil terus menggendong Varo yang belum tertidur sepenuhnya. "Atau kalau perlu, Mama, Baba, Ayah, sama Ibu juga gak usah balik lagi aja."
"Repot, ya, ngurus tiga sekaligus?" tanya Hayden merangkul istrinya itu.
"Repot, tapi aku suka," jawab Kirana.
"Oh iya, Na, katanya kamu mau ke rumahnya ibu?" Kirana mengangguk sebagai jawaban, "kapan?"
"Gak tau, secepatnya aja, deh," ucap Kirana, "mau sekalian ajak Varo sama Al."
Hayden mengernyit. "El gimana?" tanya Hayden.
"Aku gak berani aja El. Takutnya di jalan malah kenapa-napa."
"Ya udah, aku jagain El aja." Kirana malah membalasnya dengan sentilan di telinga Hayden, membuat sang empu mengaduh.
"Hayden Zhu," ucap Kirana kesal. "Kamu ikutlah. Masa iya nanti aku bawa dua anak tanpa ada suaminya."
"Terus El gimana?" tanya Hayden mengulang.
"Titipin ke Darrel sama Yifei aja dulu, Mas. Kita juga gak bakalan lama, 'kan?" Hayden mengangguk setuju.
"Jadi kapan?" tanya Hayden.
"Besok aja."
Setelahnya, Hayden mengabari Darrel jika mereka ingin menitipkan putra bungsunya yang langsung diiyakan.
●●●
Darrel, dan Yifei sangat senang karena bisa menjaga El. Tentang kelainannya, mereka sudah mengetahuinya. Bagaimana tidak senang, mereka dari awal Kirana melahirkan Al dan El pun selalu membantu Hayden, dan Kirana dalam mengurus ketiganya. Dan dari situ juga, rasa sayang mereka pada ketiga putra Hayden, dan Kirana mulai tumbuh.
"Kita berangkat, ya, Rel, Fei," pamit Hayden mengusap wajah El sebentar. Darrel, dan Yifei mengangguk.
"Mama berangkat dulu, ya, sayang. Jangan rewel, ya!" ucap Kirana, lalu mencium El.
"Ayo, Na!" Kirana mengangguk.
"Hati-hati!" pesan Darrel, dan Yifei. Hayden, dan Kirana tersenyum sembari melambaikan tangannya.
Hayden, dan Kirana berjalan beriringan menuju mobilnya. Sesampainya di mobil, semuanya hanya hening. Kirana duduk di jok belakang, bersama dengan Varo, dan Al.
Jarak antara rumahnya dengan rumah Darrel cukup jauh. Ya, dulunya mereka tidak bertetangga, tetapi karena suatu hal, Hayden memilih untuk tinggal dekat dengan Darrel, dan Yifei.
Hayden sesekali melihat spion dalam untuk memastikan yang di belakang baik-baik saja. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Lampu merah di perempatan jalan menginstruksi Hayden untuk berhenti. Memanfaatkan waktu, ia memilih untuk membalik badannya untuk melihat istri dan kedua putranya. Klakson dari mobil belakang, membuatnya sadar jika lampu sudah berubah hijau.
"Mas, awas kiri!" seru Kirana menyadari ada mobil yang melaju kencang ke arahnya.
Tetapi sepertinya, kesialan menimpa mereka. Mobil lain dari arah kiri---yang mana seharusnya berhenti---menghantam mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat mobilnya itu terseret beberapa meter dan mengenai tiang yang ada di pinggir jalan. Hayden tidak sempat menghindar. Beruntung saja tidak mengenai mobil lain.
Dengan sigap, saat itu Kirana langsung memeluk kedua putranya, melindungi kepala kedua putranya dari benturan meskipun dirinya harus mengalami benturan beberapa kali. Setelahnya, ia tidak mendengar apa-apa lagi selain tangis kedua putranya.
Sementara Hayden, kepalanya terbentur kaca mobil, membuat pelipisnya berdarah. Sempat kehilangan kesadaran, tetapi tangis kedua putranya berhasil membuat ia kembali terjaga.
Tidak memedulikan dirinya, Hayden memilih untuk memecahkan kaca mobilnya agar bisa keluar untuk mencari bantuan. Tetapi, karena ia menyadari jika ada banyak orang yang mengerumuninya, ia lebih memilih untuk membuka paksa pintu belakang agar bisa mengeluarkan istri dan kedua anaknya.
"Varo, Al," gumamnya.
Hayden menggelengkan kepala ketika pusing menyerangnya. Beberapa pengguna jalan, membantu Hayden untuk mengeluarkan keluarganya. Berhasil, ia dan beberapa pengguna jalan itu berhasil mengeluarkan kedua putranya, lalu meminta yang lainnya untuk menggendong Varo dan Al.
"Na," gumam Hayden menggenggam tangan istrinya, membuat Kirana menggenggamnya balik, "Na, please, bertahan, ya," ucapnya, membuat Kirana mengangguk lemah.
Tak lama, akhirnya para medis datang, membuat mereka---Hayden dan beberapa pengguna jalan---membiarkan untuk mengeluarkan Kirana. Hayden terjatuh begitu saja ketika pusing kembali menyerangnya.
Sementara itu, di kediaman Darrel dan Yifei. "El kenapa?" tanya Darrel kalut ketika mendapati El terus menangis. Yifei hanya menggelengkan kepalanya, tidak tahu apa yang membuat bayi itu menangis.
"Rel, gimana?"
"Coba telepon Kirana," saran Darrel.
Seperti saran suaminya, Yifei langsung menghubungi Kirana untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada El, tetapi tidak ada jawaban.
"El, udah, ya, nangisnya," ucap Yifei, tidak bisa memikirkan hal lain karena khawatir.
●●●
TBCsorry kalo belibet
Salam dari jiejie-nya Song Yaxuan dan Liu Yaowen;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Family or Enemy
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [SELESAI] Ada tawa yang menggema bersamaan dengan tangis yang mengiris. Ada hati yang puas, tetapi ada luka yang juga meluas. Tentang jatuh, patah, dan kembali bangkit, meskipun cukup sulit. Tentang mereka yang sempa...