Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
●●●
Suara dari televisi yang dibiarkan menyala menjadi pengisi sepi. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Keduanya hanya fokus pada apa yang mereka pikirkan. Si kakak yang masih memikirkan apa maksud dari mimpinya, dan si adik yang memikirkan ucapan dua orang dewasa tadi.
Ini sudah dua hari sejak si kakak siuman, tetapi ia menjadi lebih banyak diam. Ketika ditanya pun hanya dijawab seperlunya. Berbeda dengan biasanya. Hal ini juga membuat si adik bingung.
"Si Dave ke mana sih?" gumamnya kesal karena belum melihat anak itu dari kemarin.
"Ge!" panggil Fadel, membuat Farel menoleh.
"Lo gak apa-apa, 'kan?" tanya Fadel yang merasa aneh dengan sikap Farel sejak siuman.
"Emang gue kenapa?" tanya Farel balik. Sepertinya ia tidak sadar dengan perubahan sikapnya.
"Jalan-jalan keluar, yuk!" ajak Fadel---ia sudah meminta izin kepada Randy tadi, dan beruntung Randy mengizinkannya.
"Males, Di," tolak Farel.
"Ayolah, Ge, bentar kok. Lo gak bosen apa di kamar mulu?"
Farel mendengkus kesal. "Ya udah, ayo!" Fadel tersenyum ketika mendengar jawaban dari Farel.
●●●
Remaja manis itu mengerjapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Setelah dirasa berhasil menyesuaikan cahaya, ia menoleh ke samping kiri dan kanan bergantian. Cukup terkejut dengan tempat dimana ia berada.
Matanya beralih untuk melihat tangannya yang dirasa agak berat. Sial, kenapa ia bisa di sini? Siapa yang membawanya? Apa keluarganya tahu?
Seingatnya, ia sarapan bersama ayah dan saudaranya, lalu di perjalanan menuju kamar kakaknya, rasa sakit itu malah datang. Ia kemudian memutuskan untuk menuju kamar mandi. Dan di sana ... ia tidak begitu mengingatnya, karena rasa sakit itu menguasainya.
Ketika sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan seorang pria, yang ia kira adalah dokter karena memakai jas putih dengan stetoskop yang sedikit muncul dari sakunya.
"Bingung, ya, kenapa bisa di sini?" tanya pria itu ketika menyadari raut wajah pasiennya yang hanya menggangguk.
Pria itu menghela napasnya, dan menjawab, "Kamu pingsan di kamar mandi."
"Siapa yang bawa saya ke sini?" tanya Dave.
"Saya yang nemuin kamu di kamar mandi."
"Anda siapa?"
"Saya salah satu dokter di sini." Benar dugaannya.
"Lalu, apa keluarga saya ada yang tau saya di sini sekarang?"
"Kamu bahkan tidak membawa tanda pengenal."
"Saya mohon, apapun yang terjadi, jangan beri tahu keluarga saya. Biar saya yang memberitahu mereka. Dan masalah administrasi, Anda jangan khawatir, saya akan membayarnya. Saya belum genap satu hari di sini 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Family or Enemy
Teen FictionIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [SELESAI] Ada tawa yang menggema bersamaan dengan tangis yang mengiris. Ada hati yang puas, tetapi ada luka yang juga meluas. Tentang jatuh, patah, dan kembali bangkit, meskipun cukup sulit. Tentang mereka yang sempa...