main

18 4 1
                                    

Malam itu, semenjak pak Minhyun semakin dekat dengan Woojin dan anak-anak didik nya, beliau jadi sering kesini meski cuma mengantar Woong —keponakan nya bermain bersama Woojin.

Bahkan dihari libur seperti sekarang ini, pak Minhyun lagi ada di taman belakang rumah gue bersama Woong, Woojin, Donghyun dan juga Daehwi. Jangan lupakan ayah gue yang juga ikut-ikutan asyik ngobrol sama mereka.

"Teh Ara cemberut mulu ih daritadi, cantik nya ilang loh."

Donghyun yang memakan camilan ternyata memperhatikan secara detail ekspresi muka gue. Perkataan Donghyun barusan membuat ayah gue berdeham cukup keras, di iringi Woojin yang batuk-batuk kaya opa.

Gue menghela napas dengan tingkah ayah Baekho dan juga Woojin yang berlebihan, ga ada salah nya kan Donghyun bilang begitu? Donghyun itu emang tipe orang yang suka manis sama semua orang.

"Kak, ambilin gelas spiderman gue dong yang ada di dapur."

"Apasih, punya kaki kan? Ambil sendiri dong!" Jawab gue ketus, ga mau lagi gue disuruh-suruh sama Woojin. Kalau gue nurut sama permintaan atau suruhan nya, dia bisa-bisa nya ngelunjak. Ibarat dikasih hati minta nya jantung.

"Kak, please. Ya, ya? Kaki gue kan masih sakit gegara ke kilir pas latihan futsal kemarin," Tutur Woojin memasang wajah imut nya. Gue menuruti permintaan nya, antara kesel, kepaksa, dan juga kasian. Untung gue sayang sama lu, jin!

Gue akhirnya pergi ke dapur mengambilkan gelas bergambar spiderman milik Woojin. Menurut gue ya, Woojin itu masih suka berlebihan dalam segala hal, termasuk makan dan minum. Dia ogah-ogahan banget kalau makan atau pun minum tanpa menggunakan peralatan pribadi milik nya.

"Mana sih," Gumam gue membuka satu persatu lemari, dari lemari kecil yang di bawah sampai lemari diatas. Tapi gue ga menemukan gelas Woojin dimana pun.

"Mau gue bantuin cari gak?"

Gue menoleh. Woong udah berdiri di belakang gue, menentang gelas kosong. Karena Woong menawarkan bantuan, jadilah gue mencari gelas Spiderman milik Woojin bersama Woong.

"Biar gue aja yang nyari deh, lu bikinin kopi buat gue ama bang Minhyun aja."

Titah Woong ga segera gue iyakan, tapi melihat Woong yang memaksa gue cuma bisa pasrah dan benar-benar membuat kopi untuk mereka berdua.

"Ini ketemu di lemari bawah, lu tadi nyari disitu gak?"

"Hah? Masa sih, tadi gue udah nyari di situ tapi ga ada."

Woong menyerahkan gelas tersebut ke gue, ini gue harus ekstra hati-hati kalau megang barang punya Woojin. Ga mau kena amukan, plus ambekan dia. Ga lucu juga kalau misal nya ayah sampe tahu. Bisa di tarik ke ujung tiang bendera kali ya.

"Yaudah, lu serahin nih sekalian ke Woojin nya. Ini juga kopi nya, gue ngebuat nya di teko biar yang lain bisa ikutan minum juga."

Gue menata teko dan beberapa gelas diatas nampan, Woong mengangguk setuju, gue menyerahkan nampan ke tangan Woong.

"Makasih ya, pengertian banget emang," Ungkap Woong tersenyum cerah, ia segera pergi kembali ke taman belakang. Terdengar disana ada teriakan Daehwi yang meminta es pada Woong, namun Woong menolak nya.

"Teh Ara minta es!" Daehwi berlarian memasuki dapur, raut wajah nya mulai kesal karena Woong ga mengambilkan titipan nya.

"Ambil di kulkas sendiri kan bisa, hwi," Ujar gue tetap membukakan pintu kulkas serta memberi ruang untuk Daehwi seorang penggila es batu supaya dia bisa mengambil es. Gue sering liat Daehwi ngegeletukin es batu menggunakan gigi nya.

"Makasih teh!"



ada yang masih stay?

Ivy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang