8 - Sebuah Amanah

5.8K 273 19
                                    

"Assalamualaikum, jangan lupa vote dan komennya yah, biar aku semangat UP, happy reading,"
.
.
.
💓

Sore ini Andre dan Zulfikar mampir di sebuah cafe sebelum pulang ke Kotsan, mereka tinggal di Kotsan yang sama dan tak jauh dari majelis tempat mereka belajar ilmu agama.

"Huh .. Pusing gue" Andre mengacak-acak rambutnya frustasi setelah menutup teleponnya.

"Kenapa si lu , berantem mulu perasaan sama Nina."

"Entahlah, pusing gue apa gue udahan aja kali ya?"

"Ko gitu, emang kenapa? Orang tua lu masih belum ngasih restu?"

"Ya gitu lah, gue minta Nina sabar tapi dia mendesak gue terus buat ngasih kepastian, ya gue juga kan butuh waktu."

"Semua wanita itu tidak suka menunggu dan mereka cuma butuh kepastian." jawab Zulfikar sambil memotong pisang coklat dengan lelehan keju di atasnya.

"Iya gue faham, cuma kan semuanya ga ada yang instant kecuali mie instan cup rasa cabe cabean!" Andre menyengir melihatkan gigi putihnya.

"Tapi lu udah coba ngomong belum sama bokap nyokap lu? "Andre menggelengkan kepala, Zul hanya mendelik malas, "Pantes aja Nina marah."

"Udahlah ga usah bahas pacar gue, gue lagi males, ehh tapi ngomong-ngomong soal pacar nih ya, lu ga niat punya pacar gitu, secara kan usia lu udah mateng nih ya, ibarat buah mah udah mengkeul, ya meskipun belum mau nikah tapi seenggaknya punya calon lah." Andre menatap pekat sahabat di depannya.

Zulfikar diam dan hanya membalasnya dengan senyuman.

"Gue butuh jawaban bukan senyuman lu keong racun." timpal Andre.

Tak lama bunyi HP Zulfikar berdering.

"Hallo Assalamualaikum,"

"Oh Iya baik Bu, insyaallah nanti saya kesana."

"Iya sama-sama Bu, Wa'alaikum salam warohmatullah."

Telepon di tutup.

"siapa Zul?" tanya Andre.

Zulfikar hanya tersenyum lalu memasukkan handphone nya kembali ke dalam saku celananya.

"Lama-lama gue bisa jatuh cinta sama lu ya Zul, kalo tiap gue nanya lu jawabnya pake senyum kaya gitu, udah tau lu manis banget." Protes Andre sambil menyuapkan potongan pisang coklat miliknya.

Zulfikar yang mendengar hanya kembali tersenyum sambil mengunyah pisang kejunya tanpa menjawab pertanyaan temannya itu.

💦💦💦

Naysila POV

Aku memejamkan mata lalu merebahkan kepalaku di atas meja kerja, pekerjaanku sebagai asisten seorang designer membuatku tidak terlalu banyak aktivitas hari ini selain menunggu instruksi dari atasanku saja.

Semalaman suntuk aku tak bisa tidur, setibanya di jakarta pikiranku terus melayang mengingat ucapan ibu sore itu.

ibu:
"Tadi pagi dokter datang untuk memeriksa Bapak, dia bilang kemungkinan Bapak untuk sembuh sangat kecil, Bapak mungkin akan lumpuh selamanya dan dia tidak akan bisa bicara lagi."


aku : "Terus?"

ibu:
"Sebenarnya sudah lama Bapakmu ingin menyampaikan ini padamu, tapi dia terlalu takut untuk berbicara denganmu, dia tau kamu sangat membencinya."


aku : "Baguslah kalo nyadar, aku juga males ngomong sama Bapak."

ibu:
"Karena Bapak dalam kondisi seperti ini, terpaksa ibu yang harus menyampaikan ini sebelum semuanya terlambat.................................. sebenarnya......."

aku : "sebenarnya apa Bu?"

ibu :
"Bapak ingin kamu menikah dengan laki-laki pilihannya."

aku :"Apa? Bapak mau menjodohkan aku? Ibu ga becanda kan? ini pernikahan loh Bu, bukan untuk main-main dan aku tidak mau salah memilih seperti Kak Aisyah."

ibu :
"Ibu tau ini sangat berat buat kamu nak, tapi ibu mohon lakukan ini demi Bapakmu sekali ini saja!"

aku: "Ini bukan perkara mudah Bu, ini urusan perasaan, aku masih mencintai Aldo ibu tau itu kan? lagian untuk apa aku melakukan ini semua demi Bapak?"

ibu :
"Biar bagaimanapun dia Bapakmu, ingat Nak, tanpa ada dia kamu tidak akan ada di dunia ini."

aku : "Tapi aku juga tidak berharap terlahir menjadi anaknya."

ibu : "NAYSILA .....!!! Ibu tidak pernah mendidik kamu untuk menjadi anak yang durhaka."

Suara ibu terdengar sangat tegas, tidak tinggi namun sangat menekkan, tersirat kemarahan yang sangat besar dalam hentakannya.

Aku sangat terkejut, sejak kapan Ibu bisa mengeluarkan kata-kata setegas itu? setau ku dia sangat lemah lembut, apa yang membuatnya begitu marah padaku?.

aku : "Buu....."

Aku meraih tangan Ibuku, mencoba meminta maaf jika ada kata-kataku yang menyakiti hatinya, sungguh aku sangat menyayanginya, aku tidak ingin ada yang membuatnya sedih apalagi itu karena ulahku.

Ibuku kembali meluluh, dia memelukku erat dan dia tiba-tiba menangis.

aku : "Bu,, maafin Nay udah buat ibu nangis."

Aku merasa sangat bersalah padanya.

ibu :
"Ibu mohon Nak, jika kamu tidak bisa menerima amanah ini karena Bapak, maka lakukanlah ini demi Ibu, anggap saja ini permintaan terakhir Ibu."

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, bagaimana bisa aku menolak permintaan Ibuku, dia adalah malaikat tak bersayap ku, tapi bagaimana dengan masa depanku? aku juga tidak bisa menerima permintaan Ibuku begitu saja, ini terlalu sulit.

aku : "Beri aku waktu, Bu."

ibu :
"Tentu sayang, Ibu akan menunggumu semampu Ibu."
.
.
.

"Weyyy, ngelamun mulu lu, ayam gue kemaren mati gara-gara ngelamun mulu, kenapa sih lu?" karyawati super cerewet bernama Dea ini datang membuyarkan lamunanku.

"Gpp, makan siang yu Dey, gue laper." Aku tersenyum lalu menarik tangan Dea sedangkan dia hanya melotot bingung melihat perubahan sikapku.

Happy ied adha 😊 maaf kalo banyak salah ya 😂 salam manis dari penulis amatir yg suka typo dimana2😅 makasih udah setia baca ceritaku , jangan lupa voment ya , gratis kok.

Amanah & Cinta 💓 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang