32 - Aldo, Naysila dan Rachel

4.6K 190 8
                                    

Naysila yang mendekap erat tubuh Zulfikar merasa ada yang aneh. Kenapa rasanya berat sekali. Pundaknya terasa menopang beban berpuluh-puluh kilo.

Perlahan Naysila merenggangkan dekapannya dan .....

Brugh

Tubuh Zulfikar ambruk tergeletak dilantai karena Naysila tidak bisa menopang laki-laki bertubuh tegap tinggi itu.

"Zul..Zul.." Pekik Naysila, "bangun!".

Karena tidak mendapat respon akhirnya Naysila segera memanggil Bi Marni untuk segera menghubungi dokter dan membantunya mengangkat tubuh Zulfikar.

Saat diperiksa oleh dokter, ternyata Zulfikar hanya mengalami kelelahan dan terlalu banyak beban fikiran yang mengakibatkan kondisi daya tahan tubuhnya tidak seimbang.

Setelah selesai menuliskan resep, Dokter pamit pulang dan memberikan resep itu untuk Naysila beli di apotek. Naysila langsung meminta Bi Marni untuk menebusnya di apotek yang tak jauh dari rumah mereka.

Kini di dalam kamar hanya ada Naysila dan Zulfikar yang masih terlelap. Naysila diam-diam duduk di samping laki-laki yang belum juga terbangun dari tidurnya. Dilihatnya wajah Zulfikar yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Tersirat rasa bersalah dalam pikirannya. "Apakah selama ini kamu kelelahan karena menjagaku? Apa kamu tertekan dengan pernikahan kita ini?" Cicitnya dalam hati.

Naysila mengelus-elus rambut Zulfikar, "Kita harus segera mengakhiri drama ini. Kamu berhak mendapatkan pendamping hidup yang bisa mencintai kamu dengan sepenuh hatimu. Wanita yang bisa memberikan sepenuh hatinya untukmu."

Setetes air mata mengalir di pipi Naysila. Meskipun di hati Naysila masih terukir jelas nama mantan kekasihnya itu, namun tak dapat dipungkiri jika kehadiran Zulfikar selama 1 bulan ini sudah menyita sebagian besar kekosongan di hatinya.

Zulfikar sudah banyak memberikan warna di hidupnya selama ini, dia selalu ada disaat Naysila membutuhkan perlindungan, sehingga Naysila merasakan sakit ketika Zulfikar kini harus terbujur lemah karena alasan yang mungkin dialah yang menjadi penyebabnya.

Saat malam sudah tiba, Zulfikar belum juga sadar. Naysila sebetulnya sedikit khawatir, namun Dokter bilang itu hanya efek dari suntikan yang dokter berikan.

Dalam keadaan belum sepenuhnya sadar dari tidurnya, Naysila mendengar Zulfikar menggigil. Sepertinya dia sudah sadar dan dia kedinginan. Naysila langsung mengambil remote AC untuk segera mematikannya.

"Kamu kedinginan? Aku buatkan teh hangat dulu ya. Kamu tunggu sebentar,"

Naysila berniat turun dari kasur, namun tangannya terlebih dulu ditarik paksa Zulfikar, sehingga kini tubuhnya ambruk dan berada tepat di atas tubuh Zulfikar.

"Aww.." pekik Naysila terkejut saat wajahnya tepat menghadap dada bidang Zulfikar.

Wajah dan mata keduanya kini saling bertatapan. Walaupun dalam keadaan sakit, namun tenaga Zulfikar masih cukup kuat untuk menopang tubuh istrinya dalam pelukannya tersebut.

"Aku tidak butuh teh hangat, aku hanya memerlukan ini," Zulfikar mengeratkan pelukannya pada pinggang Naysila, "tetaplah seperti ini! Sebentar saja," lanjutnya.

Naysila masih tidak bisa percaya atas apa yang saat ini sedang berlangsung. Tubuhnya berada di atas tubuh laki-laki, namun dia sama sekali tidak memberontak. Dia malah menikmati setiap sentuhan yang dia rasakan. Matanya tertuju pada iris mata dihadapannya yang lama kian menyipit (Zulfikar kembali tidur).

Deru nafas yang awalnya tak beraturan kini lebih terdengar rilex. Tangan Naysila yang awalnya menopang ranjang berukuran king itu kini ia biarkan melemah dan terakhir dia menenggelamkan wajahnya di atas dada bidang dihadapannya.

Amanah & Cinta 💓 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang