8

4.1K 138 4
                                    

Di cafe

Ting...
Dentingan suara bel yang berasal dari pintu cafe. Seluruh penjuru cafe melihat kedatangan segerombolan anak perempuan dan dengan 2 orang laki-laki yang penampilannya acak-acakan dan wajahnya yang babak belur.

Semua pengunjung cafe hampir tertawa mendengar gerutuan tidak jelas yang di lontarkan Ferisha. Yap, mereka adalah Arbel dkk dan dengan 2 orang yang di tolongnya tadi.

Ferisha berdecak kesal. "Ck!, sakit bat yak ini. Mimpi apa gue tadi malem, udah kejedot bangku, ketonjok orang. Lengkap sudah penderitaan mu nak!" gerutu Ferisha sambil memegangi pipi dan dahinya dengan kedua tangannya.

"Rambut gue say... Gela, gela, gela. Udah dari salon, udah krimbat, pedikur, menikur. Eh malah jadi kaya gini" Rachel pun ikut menggerutu tidak jelas.

"Aduh gini nih bawa orang kampung ke kota, bahasanya amburadul" Cellistin membalas gerutuan tidak jelas Rachel.

"Yang mana?" ucap Arbel secara tiba-tiba

"Cell! Translate translate, kaga ngerti kita semua!" pekik Ferisha kencang. Karena tidak paham dengan ucapan yang di lontarkan Arbel.

Pekikan Ferisha sontak membuat beberapa pengunjung A'Cafe yang mendengarnya terkekeh..

Amanda yang malu karena tingkah konyol Ferisha pun bersembunyi di balik bahi Rachel sambil bergumam. "Malu gue sumpah Hel punya temen ke dia Hel"

"Anda tidak sendiri Ferguso, saya juga malu loh" ucap Rachel sambil menepuk pelan kepala amanda.

"Jadi translate ga ni?" tanya Cellistin kepada Ferisha

"Jad-"

"Itu di sana, di meja yang paling pojok." ucap laki-laki yang sedang di papah Ella sambil menunjuk salah satu meja yang tidak terganggu dengan kehadiran mereka.

"Hm" ucap Arbel menuju meja yang di tunjuk oleh ke2 laki-laki itu.

Di sisi lain
"Eh, itu kenapa dah rame banget?" ucap laki-laki yang memiliki warna rambut dark brown
"Eh tapi cewenya cakep-cakep bat anjir" sambungnya

"Kek nya gue kenal dah ama cowo yang di papah itu" ucap laki-laki yang berada di sebelahnya sambil mengusap dagu.

Laki-laki itu menyipitkan mata, menjelaskan pandangan yang ia tuju. Sontak matanya membulat. "Lah?! Itu bukannya si Memet sama si Udin?!' ucapnya dengan heboh membuat semua teman-temannya menoleh ke arah Arbel yang sedang berjalan ke arab mejanya.

Tiba-tiba segerombolan perempuan yang sedang mereka omong kan tepat ada di depan meja cafe yang mereka tempati.

"Wih ada bidadari" ucap salah satu dari mereka yang sedang memandang kagum ke arah Arbelinda dkk.
"Udah cakep, bening, putih, mulus, bohai. Aduh idaman banget dah" lanjut laki-laki itu.

Plak

Andrian atau biasa di panggil Vano menabok sayang pipi sebelah kanan laki-laki yang berada tepat di sebelahnya.

"Anjir, sakit bego. Lo mah kalo nampar kaga kira-kira, ampe panas pipi gue!" protes laki-laki di sebelahnya, lalu ia memegang pipi sebelah kanannya.

Laki-laki itu berpura-pura merajuk, dan memajukan bibirnya. Seperti seorang anak yang ngambek tidak di belikan balon oleh orang tuanya.

"Tu bibir ngapa monyong-monyong? Kode minta di cium?" timpal temannya yang berperawakan tinggi, serta kulitnya yang putih bersih.

Laki-laki yang merajuk pun mencebir, "Gila lo! Gini-gini gue masih doyan ama cewe." temannya terkekeh melihat kelakuan temannya itu, tapi tidak dengan laki-laki yang duduk dan hanya menatap datar teman-temannya.

The Cool Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang