10

3.8K 148 3
                                    

Matahari sudah menenggelamkan dirinya, langit cerah seketika berubah menjadi gelap. Aktivitas manusia juga sudah terbatas, tapi tidak dengan Arbel. Ia lebih memilih ke suatu tempat tanpa 1 orang pun yang mengetahuinya.

"Tumben Lo ke sini, ada apaan?" Tanya seorang laki-laki yang berada di samping Arbel.

"Tugas" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel yang berada di tangannya

"Apa?" Berasa mengerti apa yang di maksud Arbel, laki-laki itu langsung menanyakan apa tugas yang di maksudnya.

"Tolong cari tau tentang dia," Arbel menyodorkan ponselnya ke hadapan laki-laki itu. Laki-laki itu mengangguk sebagai jawaban.

"10 menit, gue tunggu" lanjut Arbel, laki-laki itu hanya mengangguk dan meninggalkan Arbel sendiri.

"Gue harap, ga bakalan ada yang tersakiti setelah ini" gumam Arbel.

◼ ◼ ◼

"Eh Arbel!!" Panggil Ferisha, Arbel yang berasa namanya terpanggil menoleh kebelakang, tepatnya ke arah Ferisha yang sedang berlari kecil ke arahnya.

Arbel mengangkat satu alisnya, yang berarti 'apa?'. Ferisha menggeleng di sertai dengan senyum gilanya. Arbel meninggalkan Ferisha yang masih tersenyum, ia berjalan menuju kelasnya.

Sampainya di kelas, Arbel melihat Amanda dan Rachel yang sedang mengerjakan tugas, sedangkan Cellistin mendengarkan musik di earphone miliknya. Gabriella? Ntah dia kemana hari ini.

Arbel menaruh tasnya di atas meja, di ikuti dengan Ferisha yang duduk di atas meja nya. Arbel melihat Gabriella yang sedang berjalan dengan Alvino.

"Ngeliatin apaan si Lo bel?" Tanya Rachel penasaran, ntah penasaran atau dianya sendiri yang kepoan.

Arbel menatap Rachel sekilas, "Engga" jawabnya.

"Oya bel, tadi Lo di cariin sama cowo" ucap Cellistin, Arbel menatap teman yang sedang berbicara dengannya dengan alis terangkat.

"Ama temennya yang kita tolongin kemaren kalo ga salah" lanjut Cellistin, Arbel bersikap masa bodo, mungkin laki-laki yang di maksud Cellistin salah mencari orang

"Oh" respon Arbel, Ferisha dan Rachel menahan tawanya, melihat temannya ini menahan marah akibat respon singkat dari Arbel.

"Ehh!! Entar nongkrong di Cafe yu, mau gaaa?" Ajak Ferisha membuka obrolan, karena sedari tadi hanya diam.

Cellistin menatap Ferisha, "Di Cafe tu ada bangku, ngapain nongkrong bego. Buat apa ada bangku tapi ga di gunain, jangan bilang Lo gatau fungsi bangku." Ferisha menahan marahnya, tapi Rachel dan Amanda menahan tawanya.

"Lah dia kan ga punya otak Cel" timpal Amanda yang sudah selesai menyalin tugas temannya.

"Kaya Lo punya otak aja!" Balas Ferisha, semuanya tertawa, kecuali Arbel yang diam sambil menatap ke luar.

"Lo udah di kasih tau bel Ama Cellistin, kalo tadi ada yang nyariin Lo?" tanya Amanda, Arbel hanya mengangguk sekilas.

"Emang siapa si yang nyariin Arbel? Ko gue kepo ya?" Tanya Ferisha

"Yang dinginnya 11 12 Ama Arbel dah pokonya, gua lupa namanya"

"Egi?" Tanya Arbel yang sudah menatap Amanda. Amanda hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Alah, tadi aja Lo sok ga peduli, tapi pas udah tau yang nyariin Lo tu si Egi langsung gercep, suka lo ya Ama Egi?" Tuduh Rachel, Arbel hanya menatap Rachel sekilas.

Tak kerasa bel sudah berbunyi 8 menit yang lalu, tapi Rachel, Ferisha, Amanda dan Cellistin masih asik dengan obrolannya. Hingga guru jam pertama datang, pelajaran bahasa Indonesia yang tak punya salah apapun tapi di benci banyak orang. Salah satunya Arbel.

Bu Tiwi, guru bahasa Indonesia melihat Ferisha yang sedang duduk di atas meja, guru itu hanya menggeleng melihat tingkah laku bar-bar yang Ferisha miliki.

"Jeje!! Kamu itu anak perempuan, duduknya di bangku! Jangan di meja, itu ada bangku. Buat apa fungsi bangku kalo kamu duduknya di meja?!" Beo Bu Tiwi sudah mendarat dengan sempurna. Ferisha hanya tersenyum dan menampilkan watadosnya.

"Yasudah, gausah di perpanjang. Kalian buka buku pelajaran bahasa Indonesia halaman 54" lanjut Bu Tiwi ketika kelas sudah hening.

◼ ◼ ◼

"Lo kenapa dah La? Senyum senyum mulu dari tadi" tegor Rachel, kini mereka sudah ada di kantin.

Gabriella menoleh ke arah Rachel yang menegornya. "Eh engga.. engga papa ko, hehe"

"Jangan senyum-senyum sendiri, ntar di sangka gila."

"Lah kan dia emang udah gila" respon  Cellistin yang sedari tadi sibuk dengan dunianya. Gabriella hanya tersenyum, dan memperhatikan meja yang berada di pojok.

Amanda menangkap Gabriella sedang memperhatikan meja yang di tempati oleh Egi dkk. Tepatnya ke arah Alvino.

Arbel melihat Amanda dan Gabriella secara bergantian, mereka ber dua sedang menatap satu orang yang sama, yaitu Alvino.

Arbel hanya menghela nafasnya, ia tak tau kejadian apa yang terjadi setelah ini. Yang jelas, ia tak mau orang yang ia sayang tersakiti, walaupun ia baru saja mengenalnya.

"Eh Lo ber 2!! Ngeliatin siapa si? Ke nya asik bat, Ampe lupa kalo ada gue Ama Rachel disini!" sindir Ferisha secara terang-terangan.

Gabriella menoleh menatap Ferisha, "Kayanya gue lagi suka sama seseorang deh" ucapnya.

"Siapa?" Tanya Rachel yang begitu penasaran, karena sedari tadi hatinya berkata, bahwa Alvino lah yang di maksud Gabriella.

"Alvino" jawabnya tanpa beban, Ferisha yang sedang minum tersedak begitu saja saat mendengan nama yang di sebutkan, sedangkan Rachel mentap Gabriella tak percaya, dan Amanda hanya menunjukan senyum fake, Arbel tau itu.

"Anjir! Ga salah denger gue?!" Tanya Ferisha yang sudah menetralkan batuknya tadi. Gabriella menggeleng kecil.

"Lo suka sama Alvino? Perjuangin ya, kan kita semua tau ni, kalo Alvino tu banyak penggemar cewe nya, jadi Lo harus tahan Ama godaan semacam nya, oke?" Ucap Amanda di sertai senyum Fake nya

"Eh, iya makasih ya man" mereka berdua berpelukan dan erat. Layaknya seorang sahabat yang sudah menjalin hubungan yang lama.

Arbel hanya menatap mereka berdua, ingin sekali Arbel berbicara menyemangati Amanda. Tapi bibir nya terasa terkunci untuk mengucapkan satu kalimat. Karena Arbel tau, kalau Amanda juga menyukai Alvino.

"Eh, gue pamit ke toilet dulu ya, udah kebelet banget" ucap Amanda lalu berdiri.

"Mau gue anterin ga?" Tawar Rachel, Amanda hanya menggeleng kecil lalu berjalan ke arah toilet.

◼ ◼ ◼

"Lo kuat man, Lo kuat!" Ucap Amanda menyemangati dirinya sendiri, kini Amanda sudah berada di depan cermin yang memantulkan dirinya. Amanda tak bisa menahan air mata nya agar tidak keluar, tapi usaha itu sia-sia, Amanda menangis karena seorang laki-laki.

Amanda menjambak rambutnya frustasi. Bagaimanapun Gabriella adalah sahabatnya, tapi di satu sisi, ia juga menyukai Alvino. Tangis Amanda semakin menjadi.

"Princess ga boleh nangis" ucap datar seseorang yang berada di depan Amanda, Amanda mendongakkan kepalanya, dan ternyata Arbel yang sedang menatap Amanda. Refleks, Amanda langsung memeluk Arbel lalu menangis di punggungnya.

"Lo suka Alvino?" Tanya Arbel sambil mengusap punggung Amanda yang bergetar karena menangis. Amanda mengangguk dalam tangis nya.

"Kenapa Lo lepasin?"

Amanda melepaskan pelukannya, "Karena gue tau, Alvino ga bakalan suka sama gue, dan di satu sisi, gue sayang sama Gabriella, gue udah anggep dia kaya sodara gue sendiri. Gue ga mau liat dia sedih, tapi hati gue berkata lain, gue sayang sama Alvino, gue suka sama dia."

The Cool Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang